Liputan6.com, Jakarta Interaksi antara menantu dan mertua kerap menjadi topik yang sensitif dan penuh tantangan. Meski banyak yang mampu menjalani hubungan ini dengan harmonis, tidak sedikit pula yang menghadapi konflik yang mengganggu.
Mertua sering kali memiliki pandangan dan harapan yang telah terbentuk selama bertahun-tahun, sementara menantu membawa perspektif baru yang mungkin berbeda. Ketidakcocokan ini dapat menciptakan ketegangan, yang jika tidak dikelola dengan baik, bisa berkembang menjadi konflik yang lebih besar.
Mari bahas beberapa konflik umum yang sering muncul dan cara bijak untuk mengatasinya. Berikut penjelasan selengkapnya sebagaimana dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber pada Jumat (18/10/2024):
Advertisement
1. Perbedaan Metode Pengasuhan Anak
Salah satu konflik yang sering terjadi adalah perbedaan pandangan dalam mengasuh anak. Mertua mungkin memiliki cara dan pandangan yang berbeda berdasarkan pengalaman mereka, sementara menantu mungkin memiliki pendekatan yang lebih modern atau berbeda.
Sampaikan dengan lembut dan penuh hormat bagaimana kamu dan pasangan ingin mengasuh anak. Jelaskan alasan di balik metode pengasuhan kalian, dan cari titik tengah yang bisa diterima oleh semua pihak.
2. Ikut Campur dalam Rumah Tangga Terlalu BerlebihanÂ
Terkadang, mertua ingin terlibat dalam berbagai aspek kehidupan rumah tangga menantu, yang bisa terasa seperti campur tangan berlebihan. Hal ini bisa menyebabkan ketegangan dan perasaan tidak nyaman.
Buat batasan yang jelas dengan komunikasi yang baik. Berbicaralah secara terbuka dengan mertua mengenai area mana yang bisa mereka bantu dan mana yang kamu ingin tangani sendiri.
Advertisement
3. Ekspektasi yang Berbeda
Mertua mungkin memiliki harapan tertentu mengenai peran menantu, seperti bagaimana menantu seharusnya bertindak atau berkontribusi dalam urusan rumah tangga. Ketidaksesuaian harapan ini dapat menyebabkan konflik.
Diskusikan harapan tersebut secara terbuka. Pahami harapan mertua dan sampaikan juga harapanmu sebagai menantu. Melalui komunikasi yang baik, kalian dapat menemukan cara untuk saling memahami dan menghargai peran masing-masing.
4. Persiangan dengan Pasangan
Kadang, mertua bisa merasa cemburu atau khawatir bahwa menantu akan mengurangi perhatian anaknya terhadap mereka. Ini bisa memicu persaingan tidak sehat antara menantu dan mertua.
Tunjukkan bahwa kamu tidak berusaha mengambil tempat mertua dalam kehidupan pasanganmu. Beri waktu dan kesempatan bagi pasangan untuk tetap dekat dengan orang tuanya, dan tunjukkan bahwa hubunganmu dengan mertua juga penting bagimu.
5. Kritik dan Penilaian
Mertua yang sering memberikan kritik atau penilaian terhadap cara menantu menjalani hidup bisa menjadi sumber konflik besar. Kritik yang terus-menerus bisa membuat menantu merasa tidak dihargai dan tidak cukup baik.
Tanggapi kritik dengan tenang dan bijaksana. Jika kritik itu konstruktif, cobalah untuk mengambil pelajaran darinya. Namun, jika kritik tersebut tidak adil, bicarakan dengan pasanganmu dan cari cara untuk menyampaikan perasaanmu kepada mertua secara sopan.
6. Keuangan dan Pengaturan Rumah TanggaÂ
Konflik juga sering muncul terkait masalah keuangan dan bagaimana mengatur rumah tangga. Mertua mungkin merasa memiliki hak untuk memberikan saran atau bahkan intervensi dalam pengelolaan keuangan rumah tangga. Jelaskan bahwa kamu dan pasangan memiliki rencana dan cara sendiri dalam mengatur keuangan. Berterima kasih atas saran mereka, tetapi tetaplah tegas dalam keputusan yang sudah kalian buat bersama pasangan.
Advertisement
5. Evaluasi dan Umpan Balik
Mertua yang kerap memberikan kritik atau penilaian terhadap cara menantu menjalani hidup dapat menjadi sumber konflik yang signifikan. Kritik yang berulang-ulang bisa membuat menantu merasa tidak dihargai dan merasa tidak cukup baik.
Hadapi kritik dengan tenang dan bijaksana. Jika kritik tersebut membangun, cobalah untuk mengambil pelajaran darinya. Namun, jika kritik tersebut tidak adil, diskusikan dengan pasanganmu dan cari cara untuk menyampaikan perasaanmu kepada mertua dengan sopan.
6. Pengelolaan Keuangan dalam Rumah Tangga
Masalah keuangan dan pengelolaan rumah tangga sering kali menjadi sumber konflik. Mertua mungkin merasa berhak memberikan saran atau bahkan campur tangan dalam pengelolaan keuangan keluarga. Jelaskan bahwa kamu dan pasangan memiliki rencana dan metode sendiri dalam mengelola keuangan. Ucapkan terima kasih atas saran mereka, tetapi tetap teguh pada keputusan yang telah kalian buat bersama pasangan.
7. Persepsi Negatif
Terkadang, mertua memiliki persepsi negatif terhadap menantu, terutama jika mereka merasa anaknya tidak bahagia. Sikap skeptis atau prasangka ini bisa menciptakan ketegangan dan konflik yang berkelanjutan.
Â
Advertisement
8. Persaingan untuk Perhatian
Mertua mungkin merasa cemburu jika menantu mendapatkan perhatian lebih dari anak mereka. Sebaliknya, menantu juga bisa merasa terancam jika mertua terlalu menuntut perhatian dari pasangan, yang dapat menimbulkan persaingan emosional.Â
9. Komunikasi yang Buruk
Kurangnya komunikasi yang terbuka antara mertua dan menantu bisa menimbulkan salah paham. Ketidakjelasan dalam harapan dan ekspektasi sering kali menyebabkan frustrasi dan ketegangan dalam hubungan.
Menghadapi konflik dengan mertua memang menantang, namun bisa diatasi dengan komunikasi yang baik dan saling pengertian. Ingatlah, tujuan utamanya adalah menciptakan hubungan yang harmonis dan penuh kasih dalam keluarga besar.
Jadi, jika kamu sedang menghadapi konflik dengan mertua, usahakan untuk tetap tenang, sampaikan perasaanmu dengan baik, dan cari solusi bersama. Semoga tips di atas dapat membantu kamu menghadapi konflik dengan bijaksana dan membangun hubungan yang lebih baik dengan mertua.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence