Sukses

6 Cara Diet Sehat yang Bisa Mengurangi Gula Darah, Tips Bugar Maksimal

Diet tidak akan mengurangi kebutuhan tubuh Anda, tapi bisa menurunkan gula darah.

Liputan6.com, Jakarta Tingkat gula darah yang tinggi dapat menyebabkan diabetes. Penyakit ini sangat umum di Indonesia dan banyak orang yang mengalaminya. Meskipun ada dua tipe diabetes, keduanya menghadirkan tantangan tersendiri dalam mencari makanan yang aman tanpa meningkatkan kadar gula darah dalam tubuh.

Tingginya kadar gula darah membuat tubuh kesulitan memproduksi insulin, yang berfungsi mengontrol gula darah. Jika produksi insulin terganggu, organ-organ tubuh bisa mengalami kerusakan yang sangat berbahaya bagi kesehatanmu.

Jika kamu ingin diet, selain mengurangi asupan makanan, penting juga untuk menjalani diet yang tepat agar dapat menjaga dan menurunkan level gula darah. Saat ini, banyak makanan mengandung gula olahan yang tidak baik untuk kesehatan tubuh.

Pemenuhan kebutuhan glukosa tetap penting, dan salah satu caranya adalah dengan mengganti asupan gula dalam tubuh. Selain mengatur konsumsi gula, memilih bahan makanan yang tepat saat diet juga penting untuk menurunkan gula darah. Berikut adalah 4 tips yang bisa kamu coba yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (11/10/2024).

2 dari 4 halaman

1. Pilih tipe karbo yang sehat

Semua jenis karbohidrat memang mempengaruhi kadar glukosa dalam darah, namun penting untuk mengetahui jenis makanan yang mengandung karbohidrat berlebih. Meski begitu, kamu masih bisa memenuhi kebutuhan karbohidrat dengan memilih jenis yang lebih sehat seperti:

  • Oat dan beras cokelat.
  • Buah-buahan.
  • Sayuran.
  • Kacang-kacangan dan biji-bijian.
  • Yoghurt dan susu murni.

2. Batasi konsumsi garam

Asupan garam yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah yang berpotensi menyebabkan masalah jantung dan stroke, terutama jika kamu juga memiliki diabetes. Cobalah untuk membatasi konsumsi garam hingga maksimal 1 sendok teh per hari.

Selain itu, kamu bisa memasak makanan sendiri dari awal agar dapat mengontrol jumlah garam yang digunakan, dan lebih selektif dalam memilih bahan makanan dengan memperhatikan label kadar garam yang tercantum.

3 dari 4 halaman

3. Kurangi konsumsi daging merah dan daging olahan

Salah satu cara untuk mengurangi asupan protein hewani adalah dengan mencari alternatif pengganti daging untuk memenuhi kebutuhan protein tubuh. Hindarilah penggunaan daging merah atau olahan seperti ham, daging asap, sosis, lemak sapi, dan domba karena dapat meningkatkan risiko gangguan jantung hingga kanker.

Kamu bisa mengganti daging dan daging olahan dengan:

  • Kacang-kacangan seperti lentil.
  • Telur, minyak, hingga ikan yang kaya omega-3.
  • Daging ayam atau kalkun.
  • Kacang tanpa garam.

Kacang-kacangan dan biji-bijian memiliki kandungan serat yang tinggi dan tidak akan berdampak buruk pada kadar glukosa dalam darah, sehingga dapat membuatmu merasa kenyang lebih lama. Disarankan juga untuk mengonsumsi telur, minyak, dan ikan seperti salmon yang kaya omega-3 setidaknya dua kali seminggu.

4. Konsumsi buah dan sayur

Mengkonsumsi buah dan sayur sangat penting bagi tubuh, baik sebagai camilan atau dalam makanan utama, karena dapat menahan rasa lapar dan memberikan rasa kenyang. Selain itu, tubuh juga akan mendapatkan asupan vitamin, mineral, dan serat yang dibutuhkan setiap hari untuk menjaga kesehatan.

Tidak perlu khawatir tentang gula dalam buah-buahan karena semua gula dalam buah bersifat alami, bahkan jika kamu memiliki kadar gula darah yang tinggi, buah-buahan tetap aman untuk dikonsumsi. Selain dikonsumsi langsung, buah juga bisa diolah menjadi jus.

 

4 dari 4 halaman

5. Minum Air Putih yang Cukup

Dehidrasi dapat mempengaruhi kadar gula darah. Pastikan untuk minum cukup air sepanjang hari. Air putih membantu tubuh berfungsi dengan baik dan dapat mendukung proses metabolisme.

6. Pilih Lemak Sehat

Sertakan lemak sehat dalam diet Anda, seperti minyak zaitun, alpukat, dan ikan berlemak. Lemak sehat dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin dan mendukung kesehatan jantung.

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence