Liputan6.com, Jakarta Alien, atau makhluk luar angkasa, merujuk pada bentuk kehidupan yang berasal dari luar planet Bumi. Istilah ini umumnya digunakan untuk menggambarkan entitas cerdas yang mungkin menghuni planet-planet lain di alam semesta. Dalam budaya populer, alien sering digambarkan sebagai makhluk humanoid dengan ciri-ciri fisik yang berbeda dari manusia, seperti kulit hijau, mata besar, atau kepala yang lebih besar dari proporsi tubuh normal.
Baca Juga
Advertisement
Keberadaan alien masih menjadi subjek perdebatan dan spekulasi di kalangan ilmuwan dan masyarakat umum. Meskipun belum ada bukti konklusif tentang keberadaan kehidupan cerdas di luar Bumi, banyak ilmuwan berpendapat bahwa kemungkinan adanya kehidupan di planet lain sangat besar mengingat besarnya alam semesta. Pencarian kehidupan ekstraterestrialaktif dilakukan melalui berbagai metode, termasuk pengamatan astronomi, eksplorasi planet, dan pencarian sinyal radio dari luar angkasa.
Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai apakah alien nyata keberadaannya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Rabu (2/10/2024).
Mengenal Alien
Alien, dalam konteks kehidupan ekstraterestrial adalah istilah yang merujuk pada bentuk kehidupan yang berasal dari luar planet Bumi. Konsep ini mencakup berbagai kemungkinan bentuk kehidupan, mulai dari organisme mikroskopis sederhana hingga makhluk cerdas yang mungkin memiliki teknologi maju.
Dalam pemahaman ilmiah, alien didefinisikan sebagai organisme hidup yang berkembang dan berevolusi di lingkungan planet atau benda langit lain di luar Bumi. Definisi ini tidak terbatas pada makhluk cerdas saja, tetapi juga mencakup kemungkinan adanya bentuk-bentuk kehidupan primitif seperti bakteri atau organisme uniselular lainnya di planet-planet lain.
Secara etimologi, kata "alien" berasal dari bahasa Latin "alienus" yang berarti "milik orang lain" atau "asing". Dalam konteks astronomi dan astrobiologi, istilah ini digunakan untuk membedakan antara kehidupan yang berasal dari Bumi (terrestrial) dengan yang berasal dari luar Bumi (ekstraterestrial).
Advertisement
Penyelidikan NASA terhadap Penampakan Objek Terbang Misterius alias UFO
Dikutip dari laman Al-Jazeera, National Aeronautics and Space Administration (NASA) menyelenggarakan konferensi publik perdananya yang membahas fenomena UFO, atau yang kini dikenal sebagai UAP (Unidentified Anomalous Phenomena; Fenomena Anomali Tak Teridentifikasi). Pertemuan ini menandai langkah signifikan dalam keterbukaan NASA terhadap topik yang sebelumnya dianggap tabu dalam komunitas ilmiah.
Dalam konferensi tersebut, NASA mengundang 16 ilmuwan terkemuka dan para ahli dari berbagai disiplin ilmu yang telah dipilih secara cermat. Studi yang dilakukan NASA ini berjalan secara independen dari investigasi berbasis Pentagon yang baru-baru ini diformalkan, yang berfokus pada fenomena udara tak dikenal yang telah didokumentasikan oleh pilot militer dalam beberapa tahun terakhir. Data dari investigasi Pentagon ini kemudian dianalisis oleh pejabat pertahanan dan intelijen AS, menambah kredibilitas terhadap laporan-laporan tersebut.
Upaya paralel yang dilakukan NASA dan Pentagon, keduanya dilaksanakan dengan tingkat transparansi publik yang belum pernah terjadi sebelumnya, menandai titik balik penting bagi pemerintah AS. Setelah beberapa dekade dihabiskan untuk mengalihkan perhatian, membantah, dan mendiskreditkan laporan penampakan benda terbang tak dikenal, yang sejak era 1940-an sering dikaitkan dengan piring terbang dan alien, kini pemerintah mengambil pendekatan yang lebih terbuka dan ilmiah. Perubahan sikap ini mencerminkan pergeseran paradigma dalam cara pemerintah dan komunitas ilmiah memandang dan menangani laporan UAP, membuka jalan bagi penelitian yang lebih serius dan sistematis terhadap fenomena ini.
Keberadaan Alien Menurut Para Ahli
Institut Search for Extraterrestrial Intelligence (SETI) telah memulai pencarian kehidupan di luar Bumi jauh sebelum manusia mampu meninggalkan planetnya sendiri. Upaya ini mencerminkan keinginan manusia yang sudah lama ada untuk menemukan kehidupan lain di alam semesta, didorong oleh rasa ingin tahu dan eksplorasi yang tak terbatas.
Penemuan radio menjadi tonggak penting dalam eksplorasi luar angkasa. Pada awal 1900-an, ilmuwan ternama seperti Nikola Tesla dan Guglielmo Marconi optimis bahwa mereka mungkin dapat menangkap sinyal dari Mars menggunakan teknologi radio. Meskipun upaya ini tidak berhasil, hal tersebut meletakkan dasar bagi penelitian SETI di masa depan.
Penjelajahan luar Bumi berbasis radio mencapai terobosan signifikan pada tahun 1960 melalui Proyek Ozma yang dipimpin oleh astronom Frank Drake. Menggunakan dua teleskop radio, Drake berusaha mendeteksi sinyal dari planet-planet potensial yang mengorbit bintang berjarak 10 dan 12 tahun cahaya. Walaupun proyek ini tidak menghasilkan penemuan konkret, ia membuka jalan bagi upaya pencarian yang lebih canggih di masa mendatang.
Saat ini, upaya pencarian terus berlanjut dengan teknologi yang jauh lebih maju. Allen Telescope Array, sebuah jaringan antena yang mampu mendeteksi frekuensi gelombang mikro dari seberang galaksi Bima Sakti, menjadi salah satu alat utama dalam pencarian ini. Selain itu, Institut SETI juga mengembangkan metode untuk mendeteksi sinyal laser yang mungkin dikirim oleh peradaban alien maju sebagai bentuk komunikasi antariksa.
Para ilmuwan juga memperluas fokus mereka untuk mencari bentuk kehidupan yang lebih sederhana. Kemajuan dalam teknologi pesawat ruang angkasa tanpa awak dan penginderaan jarak jauh memungkinkan pencarian tanda-tanda kehidupan di planet-planet lain dengan presisi yang lebih tinggi. Metode ini memungkinkan ilmuwan untuk menganalisis kondisi lingkungan di planet-planet lain yang mungkin mendukung kehidupan.
Teleskop Luar Angkasa James Webb menjadi lompatan besar dalam kemampuan observasi kita. Dengan sensitivitasnya yang luar biasa, teleskop ini mampu mendeteksi variasi kecil dalam cahaya yang dipancarkan oleh planet-planet ekstrasurya yang jauh. Kemampuan ini memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi keberadaan oksigen, belerang, atau gas-gas lain yang mungkin mengindikasikan aktivitas mikroba di planet-planet tersebut.
Baru-baru ini, berkat James Webb, ilmuwan berhasil mendeteksi medan magnet pertama di sekitar planet yang mirip Bumi di luar tata surya kita. Penemuan ini, seperti dilaporkan oleh Livescience, semakin memperkuat keyakinan para ilmuwan akan adanya kemungkinan kehidupan di luar Bumi. Medan magnet dianggap sebagai salah satu syarat penting bagi kelangsungan hidup, melindungi permukaan planet dari radiasi bintang yang keras.
Di dalam tata surya kita sendiri, misi-misi seperti penjelajah Mars Perseverance terus mengumpulkan data berharga. Robot ini mengambil sampel dari permukaan Mars untuk mencari bukti fosil atau molekul yang mungkin menunjukkan keberadaan kehidupan mikroba di planet merah tersebut miliaran tahun yang lalu. Upaya ini merupakan bagian dari strategi komprehensif NASA dalam mencari tanda-tanda kehidupan di tata surya kita.
Pencarian alien memang merupakan perjalanan panjang yang penuh tantangan. Meskipun belum ada bukti konklusif tentang keberadaan kehidupan di luar Bumi, komunitas ilmiah tetap optimis. Mereka yakin bahwa dengan kemajuan teknologi dan pemahaman yang terus berkembang tentang alam semesta, suatu hari nanti kita mungkin akan menemukan bukti yang menunjukkan bahwa kita tidak sendirian di alam semesta yang luas ini. Optimisme ini terus mendorong inovasi dan eksplorasi, membuka kemungkinan penemuan-penemuan baru yang mungkin mengubah pemahaman kita tentang kehidupan dan tempat kita di alam semesta.
Advertisement