Liputan6.com, Jakarta Scapegoat child atau anak sebagai kambing hitam adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan masalah yang kerap muncul dalam beberapa keluarga. Fenomena ini umumnya berawal sejak masa kanak-kanak, ketika seorang anak dipersalahkan atas berbagai persoalan dalam rumah tangga yang tidak harmonis.
Anak yang menjadi kambing hitam sering kali dijadikan target atas berbagai kekeliruan atau masalah yang terjadi, meskipun sebenarnya mereka tidak sepenuhnya bertanggung jawab. Peran sebagai kambing hitam dapat memberikan dampak yang sangat merusak, baik bagi anak yang menjadi sasaran maupun bagi dinamika keluarga secara menyeluruh.
Oleh karena itu, mari pahami lebih lanjut tentang anak yang menjadi kambing hitam atau scapegoat chilld berdasarkan informasi yang dilansir Liputan6.com dari berbagai sumber pada Kamis (17/10/2024).
Advertisement
Â
Apa Itu Scapegoat Child
Kambing hitam dalam keluarga adalah bentuk proyeksi di mana seseorang melemparkan tanggung jawab atas masalah yang belum terselesaikan kepada anak, saudara kandung, atau anggota keluarga lainnya. Singkatnya, kambing hitam adalah anggota keluarga yang lebih mudah disalahkan daripada orang yang seharusnya bertanggung jawab atas tindakannya sendiri. Situasi ini merugikan seluruh unit keluarga karena jika satu anggota keluarga menderita, anggota lainnya juga turut merasakan penderitaan.
Contohnya, orang tua mungkin menyalahkan anak atas masalah yang terjadi dalam keluarga. Kemudian, keluarga tersebut belajar bahwa semua kesalahan akan dialihkan kepada kambing hitam untuk menjaga keseimbangan dalam kehidupan rumah tangga.
Advertisement
Bagaimana Scapegoat Child Keluarga Dipilih?
Dalam sebuah keluarga, sering kali ada anggota yang dianggap sebagai kambing hitam karena berbagai alasan yang sering kali berlawanan dengan alasan mengapa anak lain diperlakukan sebagai anak emas. Alih-alih mendapatkan keistimewaan dan dianggap unggul, kambing hitam justru dipandang dengan kecurigaan dan pandangan negatif.
Meskipun ini merupakan tindakan yang tidak adil, keluarga sebenarnya memiliki kesempatan untuk memperbaiki hubungan dan saling menjaga dengan lebih baik. Beberapa alasan mengapa seorang anak dapat menjadi kambing hitam dalam keluarga antara lain:
- Intelegensi: Anak yang dianggap kurang berprestasi di sekolah, tidak sukses dalam karier, atau tidak berkontribusi secara signifikan dalam keluarga sering kali disalahkan oleh orang tua.
- Penampilan: Anak yang tidak memenuhi standar penampilan tertentu, baik dari segi fisik, warna kulit, atau warna rambut, mungkin dibandingkan secara negatif dengan saudara yang lebih disukai.
- Pengingat akan kambing hitam sebelumnya: Anak yang mengingatkan orang tua pada anggota keluarga yang sebelumnya menjadi kambing hitam dapat mendorong mereka untuk mengambil peran tersebut.
- Perilaku: Anak yang sering terlibat dalam masalah atau melakukan kesalahan di sekolah dapat menimbulkan ekspektasi negatif dari orang tua.
- Kecemasan dalam mengasuh anak: Orang tua yang merasa tidak mampu menjalankan peran sebagai orang tua yang baik mungkin menyerah dan memilih satu anak sebagai kambing hitam.
- Penyakit: Anak yang menghadapi tantangan kesehatan mental atau fisik mungkin mendapatkan stigma negatif yang mempengaruhi perannya dalam keluarga.
- Keinginan untuk melindungi orang lain: Orang tua yang ingin menjaga anak-anak lainnya mungkin menjadikan satu anak sebagai kambing hitam demi menjaga ketenangan atau harmoni dalam keluarga.
Dampak Scapegoat Child
Menjadi kambing hitam dapat memberikan dampak signifikan pada perkembangan anak. Beberapa indikasi yang mungkin muncul dalam hidup mereka antara lain:
1. Rasa malu yang mendalam
Rasa malu yang mendalam adalah perasaan yang terinternalisasi dan bertahan lama, sering kali terkait dengan ingatan masa kecil. Seseorang yang mengalami peran sebagai kambing hitam dalam keluarga mungkin terus menyalahkan diri atas kekurangan orang tua hingga dewasa dan merasa bersalah atas hal-hal yang sebenarnya bukan kesalahan mereka, demi menjaga keharmonisan.
2. Kesulitan mempercayai
Akibat pelecehan verbal sejak kecil, anak yang menjadi kambing hitam sering merasa tidak aman secara emosional dan kesulitan mempercayai orang lain maupun intuisi mereka sendiri. Mereka juga mungkin kesulitan membedakan antara yang benar dan yang salah.
3. Tantangan dalam menetapkan batasan
Gaslighting yang sering terjadi dalam keluarga disfungsional membuat individu yang mengalami pelecehan sulit menetapkan batasan dan mengenali ketika perilaku orang lain melampaui batas. Mereka cenderung merasa bahwa mereka terlalu berlebihan, sangat sensitif, atau tidak dapat mempercayai penilaian mereka sendiri.
4. Perilaku sabotase diri atau tindakan menyakiti diri
Anak yang menjadi kambing hitam sering menginternalisasi pesan negatif tentang diri mereka sejak kecil. Hal ini dapat menyebabkan mereka melakukan sabotase diri atau menyakiti diri sendiri, seperti prestasi akademis yang buruk, mengabaikan perawatan diri, terlibat dalam aktivitas berisiko, dan bertindak dengan cara yang mendukung persepsi negatif tersebut.
5. Trauma
Kehilangan kasih sayang keluarga, dianggap sebagai "orang jahat" dalam rumah tangga, dan diabaikannya sifat-sifat positif dapat menyebabkan seorang anak mengalami tekanan emosional dan psikologis sepanjang hidup. Mereka mungkin kesulitan untuk percaya bahwa mereka adalah individu yang baik, berharga, kompeten, atau disukai.
Â
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence
Advertisement