Liputan6.com, Jakarta Menganggap anak sendiri sebagai putri dari cerita dongeng bisa menjadi sumber kebahagiaan dan kebanggaan besar. Namun, terlalu sering memberikan perlakuan istimewa dan memenuhi hampir semua keinginan mereka dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan. Salah satu efek negatif yang dapat muncul adalah princess syndrome.
Princess Syndrome, dikenal luas melalui Jennifer L Hardstein, seorang psikolog anak, dalam bukunya "Princess Recovery". Dia menggambarkan bagaimana cerita-cerita tentang putri sering kali menyampaikan pesan bahwa hanya kecantikan fisik dan kepemilikan barang-barang mewah yang dapat membawa cinta dan popularitas, sehingga dapat membentuk persepsi yang keliru tentang dunia bagi anak-anak.
Baca Juga
Efek dari sindrom ini bisa sangat serius jika tidak segera ditangani. Princess Syndrome membuat anak perempuan bisa terbiasa dengan pandangan bahwa kecantikan dan kemewahan adalah segalanya. . Selain itu, ketika mereka menghadapi tantangan atau kegagalan, mereka mungkin cenderung mudah putus asa, karena tidak terbiasa menghadapi kesulitan dan hambatan.
Advertisement
Dilansir dari Dr. Nancy Irwin, Anda akan mengenal apa itu princess syndrome, ciri-ciri, dampak, dan cara agar anak tidak mengidap princess syndrome di masa depan. Berikut penjelasan selengkapnya sebagaimana dihimpun Liputan6.com pada Jumat (25/10/2024):
Pengertian Princess Syndrome
Princess syndrome merupakan suatu sikap di mana individu percaya bahwa mereka tidak bisa bertahan tanpa "ksatria berbaju baja" yang akan menyelamatkan mereka dari segala kesulitan. Sikap ini bisa memiliki dampak negatif pada hubungan di masa depan karena individu dengan sindrom ini memiliki harapan yang tidak realistis dan merasa bahwa mereka berhak mendapatkan perlakuan istimewa. Mereka cenderung menjadi manipulatif, menggunakan orang lain untuk memenuhi kebutuhan mereka, dan bahkan menolak perempuan lain sebagai lebih rendah karena status atau daya tarik mereka.
Penyebab Princess Syndrome
Princess Syndrome dapat muncul dari beberapa faktor. Pertama, pengaruh media, buku, dan film yang menggambarkan kehidupan sempurna sebagai seorang putri. Kedua, pola asuh yang terlalu memanjakan anak dan memenuhi semua keinginannya tanpa pertimbangan yang matang.
Anak mungkin mengalami sindrom ini karena diperlakukan seperti putri oleh orang tua dan terpengaruh oleh iklan media yang menggambarkan anak perempuan sebagai "princess". Hal-hal ini bisa membuat anak memiliki pemahaman yang salah tentang dirinya dan kurang mampu menghadapi kenyataan di luar sana.
Advertisement
Tanda-tanda Anak terkena Princess Syndrome
- Egosentrisme yang menonjol, di mana anak selalu fokus pada dirinya sendiri. Anak dengan sindrom ini cenderung sulit mengendalikan keinginannya dan berpikir bahwa semua orang merasakan dan memikirkan hal yang sama seperti dirinya.
- Memiliki sikap yang arogan, suka memerintah, dan menganggap kenyamanan serta kemewahan sebagai hal yang wajib dimiliki, misalnya hanya mau mengenakan pakaian yang mewah.
- Menjadi seseorang yang kurang menghargai aturan, karena merasa dirinya berkuasa dan bebas melanggar aturan yang ada. Sayangnya, hal ini dapat membuat anak dijauhi dalam suatu kelompok.
Dampak Princess Syndrome
Princess syndrome merupakan fenomena psikologis yang kerap dialami oleh anak perempuan dan berpotensi menimbulkan beragam masalah psikologis. Anak yang mengalami princess syndrome sering merasa kecewa jika keinginan mereka tidak terpenuhi, memiliki kesulitan dalam menjalin hubungan yang sehat, serta kurang menghargai aturan karena merasa memiliki otoritas.
Situasi ini dapat mengisolasi mereka dari lingkungan sosial. Selain itu, mereka cenderung menjadi manja, enggan berbagi atau berkompromi, dan bahkan bisa kehilangan keaslian dalam kepribadian mereka.
Advertisement
Cara Menghindari Princess Syndrome pada Anak
- Berikan pujian kepada anak atas usaha, bakat, kecerdasan, dan penampilannya, namun hindari memberi pujian berlebihan pada kecantikannya.
- Usahakan untuk tidak menggunakan istilah penuh kasih sayang seperti Putri, Bidadari, Dewi, atau Diva, dan bantu mereka memahami pesan media serta stereotip tentang perempuan.
- Izinkan anak perempuan untuk menemukan identitas dan nilai intrinsik mereka sendiri, ajarkan cara berpakaian dan berdandan yang sesuai, serta tunjukkan rasa hormat kepada semua perempuan dari berbagai usia, tipe tubuh, dan kecantikan yang berasal dari dalam diri.
Pengaruh orang tua terhadap citra diri dan pola hubungan anak perempuan mereka setara dengan pengaruh sosial yang mereka terima, dan mereka memerlukan batasan untuk mendukung perkembangan mereka. Jangan biarkan mereka tumbuh menjadi sosok putri. Itulah beberapa cara agar anak Sahabat Fimela tidak mengalami Princess Syndrome.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence