Sukses

Memahami 4 Tahap Culture Shock Usai Pernikahan yang Sering Dialami Pasangan Baru

Terdapat beberapa culture shock yang sering dialami pasangan baru setelah menikah.

Liputan6.com, Jakarta Menikah adalah peristiwa penting yang banyak diidamkan oleh banyak orang. Namun, setelah acara pernikahan selesai, dimulailah babak baru yang tidak kalah menantang, yaitu kehidupan berumah tangga.

Kehidupan berumah tangga bisa dianalogikan seperti menaiki roller coaster. Ada saat-saat menyenangkan yang membuat hati terasa berbunga-bunga, namun juga ada saat-saat penuh tantangan yang membuat jantung berdegup kencang.

Menikah bukan sekadar menyatukan dua orang, tetapi juga menggabungkan dua budaya yang mungkin berbeda. Perbedaan ini sering kali menyebabkan culture shock bagi pasangan yang baru menikah. Culture shock dalam pernikahan bisa terjadi ketika dua orang dengan latar belakang, kebiasaan, dan nilai-nilai yang berbeda berusaha untuk hidup bersama dalam satu rumah tangga.

Menurut now-health.com, culture shock dalam pernikahan dapat diibaratkan seperti seseorang yang tiba-tiba berada di negara asing. Mereka harus menyesuaikan diri dengan budaya, bahasa, dan kebiasaan yang berbeda. Demikian pula dalam pernikahan, pasangan perlu belajar untuk menyesuaikan diri dengan kebiasaan dan nilai-nilai yang berbeda dari pasangan mereka setelah menikah.

Berikut ini adalah tahap-tahap culture shock yang sering dialami oleh pasangan yang baru menikah. Simak penjelasan selengkapnya sebagaimana dihimpun Liputan6.com dari now-health.com pada Rabu (16/10/2024):

2 dari 5 halaman

1. Tahap Bulan Madu

Permulaan pernikahan sering kali diwarnai dengan rasa senang dan bahagia. Masa ini dikenal sebagai "tahap bulan madu" di mana euforia cinta membuat perbedaan tampak tidak signifikan. Hal-hal baru dan unik dari pasangan justru menjadi daya tarik tersendiri yang terasa menyenangkan dan menawan.

3 dari 5 halaman

2. Tahap Frustasi

Seiring waktu berlalu, tahap bulan madu akan usai. Perbedaan yang sebelumnya tersembunyi mulai muncul dan menjadi penyebab konflik. Mulai dari kebiasaan kecil seperti merapikan pakaian, cara memasak, hingga perbedaan dalam pengelolaan keuangan. Hal ini dapat menimbulkan rasa frustrasi dan ketidaknyamanan.

4 dari 5 halaman

3. Tahap Penyesuaian

Fase ini merupakan momen penting dalam pernikahan. Pada tahap ini, pasangan mulai menyadari bahwa menjalani kehidupan berumah tangga tidaklah sederhana. Mereka perlu belajar untuk saling memahami, menghargai perbedaan, dan menemukan solusi bersama. Proses ini tentunya memerlukan kesabaran, komunikasi yang jujur, dan kemampuan berkompromi.

5 dari 5 halaman

4. Tahap Penerimaan

Pada tahap ini, pasangan mulai mengakui dan menghormati perbedaan masing-masing. Mereka berusaha saling melengkapi dan menciptakan budaya baru yang unik, hasil gabungan dari kedua budaya mereka. Tahap ini menunjukkan kesiapan untuk membentuk kehidupan rumah tangga yang harmonis dan bahagia.

Mengalami culture shock sebagai pasangan baru adalah sesuatu yang umum dan merupakan bagian dari proses adaptasi. Dengan menjalin komunikasi yang efektif, saling memahami, dan bersedia untuk berkompromi, pasangan baru dapat melalui tahapan-tahapan ini dengan baik.

Perbedaan yang ada seharusnya tidak dianggap sebagai hambatan, melainkan sebagai kesempatan untuk saling melengkapi dan memperkuat hubungan pernikahan. Oleh karena itu, jangan pernah takut akan perubahan. Pada akhirnya, penerimaan dan kebersamaan akan menjadi kunci dalam menjalani pernikahan yang harmonis dan bahagia.

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence