Sukses

3 Mitos dan Fakta Seputar Gentle Parenting, Ada Apa Saja?

Walaupun banyak yang tertarik, masih ada beberapa mitos dan kesalahpahaman tentang gentle parenting yang perlu diluruskan.

Liputan6.com, Jakarta Gentle parenting saat ini menjadi perbincangan hangat dalam dunia pengasuhan anak, menarik perhatian banyak orang tua yang ingin mengadopsi metode mendidik yang lebih positif. Pendekatan ini menitikberatkan pada empati, komunikasi yang jujur, dan penghargaan terhadap emosi anak, sehingga menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan emosional mereka.

Walaupun banyak yang tertarik, masih ada beberapa mitos dan kesalahpahaman tentang gaya pengasuhan ini yang perlu diluruskan. Beberapa orang tua merasa ragu untuk mencoba gentle parenting karena adanya anggapan bahwa metode ini terlalu lembut atau kurang efektif dalam menanamkan disiplin pada anak.

Oleh karena itu, penting untuk membongkar beberapa mitos yang ada dan menggali fakta-fakta sebenarnya tentang pendekatan ini. Dengan pemahaman yang lebih mendalam, orang tua dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana dalam mendidik anak-anak mereka

Dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, berikut ini beberapa mitos dan fakta terkait dengan gentle parenting, Selasa (8/10/2024).

2 dari 4 halaman

Mitos 1: Gentle Parenting Sama Dengan Memanjakan Anak

Fakta: Walaupun banyak yang beranggapan bahwa gentle parenting sama dengan memanjakan anak, pendekatan ini sebenarnya berfokus pada keseimbangan antara kasih sayang dan disiplin. Gentle parenting mengajak orang tua untuk menetapkan batasan yang tegas dan konsisten sambil tetap menghargai perasaan anak.

Ini berarti orang tua tidak hanya memberikan kebebasan, tetapi juga mengajarkan pentingnya tanggung jawab. Dengan pendekatan ini, anak-anak belajar memahami akibat dari tindakan mereka dan merasa dihargai dalam proses belajar.

3 dari 4 halaman

Mitos 2: Gentle Parenting Tidak Mengajarkan Disiplin pada Anak-Anak

Fakta: Salah satu kesalahpahaman yang sering terjadi adalah anggapan bahwa tanpa hukuman fisik atau teguran keras, anak tidak akan memahami disiplin. Padahal, gentle parenting menawarkan cara yang lebih positif untuk mendisiplinkan anak dengan menekankan pada pemahaman dan pembelajaran.

Dalam pendekatan ini, orang tua menerapkan konsekuensi yang logis dan relevan dengan perilaku anak. Sebagai contoh, jika seorang anak tidak merapikan mainannya, mereka tidak diizinkan bermain dengan mainan lain sampai tugas tersebut selesai. Dengan metode ini, anak belajar disiplin tanpa merasa dihukum, sehingga menciptakan pengalaman yang lebih edukatif.

4 dari 4 halaman

Mitos 3: Orang Tua Sebaiknya Tetap Tenang dan Menghindari Kemarahan

Fakta: Banyak orang beranggapan bahwa untuk menerapkan gaya pengasuhan gentle parenting, orang tua harus selalu tenang dan tidak pernah menunjukkan emosi negatif. Namun, hal ini tidaklah realistis. Gentle parenting bukan tentang menekan emosi, melainkan tentang bagaimana mengelola dan mengekspresikannya dengan cara yang sehat.

Orang tua tetap bisa merasa marah atau frustrasi, tetapi penting untuk menunjukkan kepada anak cara mengatasi emosi tersebut dengan baik. Sebagai contoh, daripada berteriak, orang tua bisa berbicara tentang perasaan mereka dan menjelaskan alasan mengapa perilaku tertentu tidak dapat diterima. Dengan memberikan contoh ini, anak-anak dapat belajar menghadapi emosi mereka sendiri secara konstruktif.

Jadi, sudah paham kan? Gentle parenting bukanlah sesuatu yang buruk seperti yang sering dibicarakan. Sebaliknya, ini adalah metode pengasuhan penuh kasih sayang yang dapat membantu anak berkembang dengan lebih baik.

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence