Sukses

Arti Kata Mangkok dalam Bahasa Jepang Cukup Sakral, Hati-hati Salah Ucap

Arti kata mangkok dalam bahasa Jepang miliki perbedaan makna.

Liputan6.com, Jakarta Arti kata mangkok dalam bahasa Jepang seringkali menimbulkan kebingungan, bagi penutur bahasa Indonesia yang belum terbiasa dengan perbedaan budaya dan bahasa. Dalam bahasa Indonesia, mangkok merujuk pada sebuah wadah cekung yang digunakan untuk menyajikan makanan, terutama makanan berkuah. Namun, penggunaan kata "mangkok" di Jepang memiliki makna yang sangat berbeda, bahkan dapat dianggap vulgar jika salah pengucapan.

Jika kita membahas arti kata mangkok dalam bahasa Jepang, kata ini sebenarnya tidak langsung ada dalam bahasa Jepang. Namun, ketika kata "mangkok" diucapkan oleh penutur Indonesia, bunyinya bisa terdengar seperti "manko" bagi orang Jepang, di mana merupakan kata kasar dan vulgar, untuk merujuk pada alat kelamin perempuan.

Sebagai gantinya, untuk menyebut mangkuk dalam bahasa Jepang, terdapat beberapa istilah yang lebih tepat dan sopan. Misalnya, kata "owan" yang digunakan untuk merujuk pada mangkuk tradisional Jepang yang sering digunakan, untuk menyajikan sup miso atau makanan berkuah lainnya. Selain itu, kata "bōru" sering digunakan untuk menyebut mangkuk modern yang terbuat dari bahan seperti plastik atau kaca.

Belajar mengenai arti kata mangkok dalam bahasa Jepang adalah salah satu langkah penting, untuk memahami perbedaan budaya dan linguistik antara Indonesia dan Jepang. Tidak hanya membantu kita menghindari penggunaan kata-kata yang salah, tetapi juga memberikan wawasan tentang bagaimana sebuah kata sederhana, bisa memiliki makna yang sangat berbeda di berbagai negara.

Berikut ini arti kata mangkok dalam bahasa Jepang yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (8/10/2024).

2 dari 4 halaman

Arti Kata Mangkok dalam Bahasa Jepang

Kata "mangkok" dalam bahasa Indonesia memiliki arti yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan bahasa Jepang. Dalam bahasa Indonesia, "mangkok" merujuk pada sebuah wadah yang digunakan untuk menyajikan makanan, terutama yang berkuah, dan biasanya berbentuk cekung. Mangkok berbeda dengan piring yang memiliki bentuk lebih datar, sehingga lebih cocok digunakan untuk makanan yang tidak berkuah. Namun, ketika kata "mangkok" dilafalkan di Jepang, maknanya bisa berubah secara signifikan dan memiliki konotasi yang sangat tidak pantas.

Arti kata mangkok dalam bahasa Jepang memiliki kemiripan dengan kata "manko" (まんこ), yang merupakan istilah vulgar dan sangat kasar yang merujuk pada alat kelamin perempuan. Oleh karena itu, penting untuk berhati-hati dan tidak menggunakan kata ini secara sembarangan di Jepang, terutama di ruang publik atau dalam percakapan formal. Penggunaan kata ini di Jepang bisa dianggap sangat tidak sopan dan dapat menimbulkan kesalahpahaman yang serius, karena dianggap sebagai bahasa yang tidak pantas dan menghina.

Sebagai gantinya, jika Anda ingin merujuk pada mangkok dalam bahasa Jepang, ada beberapa kata yang lebih tepat dan sopan untuk digunakan. Berikut adalah beberapa alternatif kata yang dapat dipakai untuk merujuk pada mangkok dalam bahasa Jepang:

1. お椀 (owan): Kata ini adalah salah satu istilah yang lebih formal dan sopan untuk mangkok, terutama digunakan dalam konteks tradisional, seperti menyajikan nasi atau sup miso. Owan sering kali terbuat dari kayu lacquer (urushi) dan digunakan dalam acara-acara formal atau saat makan bersama keluarga.

2. ボウル (bōru): Ini adalah istilah yang lebih informal dan sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari untuk merujuk pada mangkok modern, terutama yang terbuat dari bahan seperti kaca atau plastik. Kata ini diadaptasi dari bahasa Inggris "bowl," dan penggunaannya lebih luas, terutama untuk mangkok di dapur modern atau restoran.

3. 丼 (donburi): Kata ini merujuk pada jenis mangkok besar yang sering digunakan untuk menyajikan hidangan seperti nasi dengan lauk (oyakodon, katsudon) atau mie berkuah. Donburi biasanya digunakan untuk makanan yang disajikan dalam porsi besar dan memiliki beragam variasi tergantung jenis hidangannya.

3 dari 4 halaman

Kata Larangan dalam Bahasa Jepang

Selain arti kata mangkok dalam bahasa Jepang, masih ada beberapa kata lain yang dianggap sangat kasar dan tidak pantas diucapkan ketika Anda berada di Jepang. Kata-kata ini memiliki makna yang sangat negatif bagi penutur asli bahasa Jepang dan dapat menyinggung perasaan orang jika digunakan sembarangan. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami dan menghindari penggunaan kata-kata berikut, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman atau ketidaknyamanan saat berinteraksi dengan masyarakat Jepang.

1. Kichigai atau Kasu

Kata "kichigai" dan "kasu" dalam bahasa Jepang memiliki arti yang sangat kasar. Kata "kasu" secara umum bermakna "bodoh," sedangkan "kichigai" lebih merujuk pada seseorang yang dianggap mengalami gangguan mental atau gila. Kedua kata ini sangat menghina bagi orang Jepang, terutama jika diucapkan dalam konteks yang salah. Kata "kichigai" sebenarnya sudah digunakan sejak era Perang Dunia II untuk merujuk pada orang yang memiliki masalah kesehatan mental. Namun, meski kata ini masih terdengar dalam percakapan sehari-hari di kalangan anak muda Jepang dan media sosial, penggunaannya tetap sangat kasar dan merendahkan. Mengucapkan kata ini di depan orang Jepang bisa dianggap tidak sopan dan tidak menghargai kondisi mental seseorang, sehingga sebaiknya dihindari.

2. Kuso

Kata "kuso" mungkin sering terdengar dalam anime atau manga Jepang, tetapi ini adalah kata umpatan yang sangat kasar dalam bahasa Jepang. Kata ini secara harfiah berarti "kotoran" atau "tinja," namun sering digunakan dalam konteks mengumpat seperti "sial" atau "sialan." Meski penggunaannya sangat umum di media populer, mengumpat dengan kata "kuso" di depan orang Jepang, terutama di tempat umum, bisa dianggap sangat tidak sopan. Kata ini sangat kasar dan bisa menyinggung perasaan orang yang mendengarnya, sehingga sebaiknya Anda menghindari penggunaan kata ini saat berada di Jepang, terutama di depan orang banyak.

3. Kutabare atau Shi’ne

Kata kasar lain yang harus dihindari ketika berada di Jepang adalah "kutabare" atau "shi'ne". Kedua kata ini memiliki makna yang sangat kuat dan tidak pantas diucapkan dalam percakapan sehari-hari. "Kutabare" secara kasar dapat diterjemahkan sebagai "mati kau" dalam bahasa Indonesia, sementara "shi'ne" juga berarti "mati." Kedua frasa ini tergolong sebagai umpatan yang ekstrem dan kasar di Jepang dan jika diucapkan, dapat menimbulkan ketegangan atau permusuhan dalam percakapan. Mengingat konteks negatif dari kedua kata ini, sangat penting untuk menghindarinya dalam semua situasi, terutama ketika berbicara dengan orang yang tidak terlalu dikenal.

 

4 dari 4 halaman

4. Busu atau Busaiku

Kata "busu" dan "busaiku" juga termasuk dalam daftar kata yang sangat kasar di Jepang. Kata-kata ini digunakan untuk menghina seseorang, biasanya untuk merujuk pada penampilan fisik seseorang. "Busu" berarti "jelek" atau "bodoh," sedangkan "busaiku" lebih sering digunakan untuk menghina penampilan seseorang yang dianggap tidak menarik. Meskipun kata ini sering terdengar dalam percakapan di kalangan anak muda, penggunaannya sangat kasar dan dapat melukai perasaan orang yang menjadi target hinaan. Oleh karena itu, jika Anda berada di Jepang, sebaiknya hindari menggunakan kata ini, terutama di tempat umum atau saat berbicara dengan orang yang tidak dikenal.

5. Napkin

Kata "napkin" mungkin tidak terdengar kasar bagi penutur bahasa Inggris, karena berarti "serbet" atau "kain lap meja makan." Namun, di Jepang, kata ini memiliki makna yang sangat berbeda. Dalam bahasa Jepang, "napkin" berarti "pembalut wanita," sehingga penggunaan kata ini di restoran atau tempat umum dapat menimbulkan kebingungan dan situasi yang canggung. Jika Anda membutuhkan serbet di restoran di Jepang, sebaiknya gunakan kata Jepang yang sesuai, seperti "oshibori" untuk serbet tangan basah atau "fukin" untuk kain lap, agar tidak terjadi kesalahpahaman.

6. Baka atau Aho

Kata "baka" dan "aho" adalah kata-kata yang sering digunakan untuk menyebut seseorang sebagai "bodoh." Kedua kata ini juga sangat umum didengar dalam anime atau manga, tetapi dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan kata ini bisa dianggap menghina, terutama jika diucapkan di depan orang yang tidak dikenal baik. Kata "baka" cenderung lebih umum digunakan di seluruh Jepang, sementara "aho" lebih sering terdengar di wilayah Kansai, seperti Osaka. Meskipun terdengar lucu dalam konteks hiburan, mengucapkan kata-kata ini di dunia nyata, terutama saat berinteraksi dengan orang Jepang, dapat dianggap sebagai bentuk ketidaksopanan. Sebaiknya, hindari menggunakan kata ini saat berada di Jepang, terutama jika Anda tidak ingin dianggap kasar atau tidak menghormati lawan bicara.