Liputan6.com, Jakarta - Setiap orang perlu tahu hernia adalah kondisi medis yang dapat memengaruhi kualitas hidup. Hernia adalah keadaan ketika organ internal atau jaringan dalam tubuh menonjol keluar melalui area lemah pada otot atau jaringan ikat di sekitarnya.
Meskipun sering disebut "turun berok," hernia sebenarnya bukan hanya terjadi di area selangkangan, tetapi bisa muncul di berbagai bagian tubuh.
Advertisement
Baca Juga
Hernia adalah masalah kesehatan yang dapat dialami oleh siapa saja, mulai dari bayi hingga lansia. Kondisi ini terjadi ketika tekanan internal mendorong organ atau jaringan melewati dinding otot yang melemah. Hernia adalah masalah yang perlu diwaspadai karena dapat berkembang menjadi kondisi yang lebih serius jika tidak ditangani dengan tepat.
Memahami hernia adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan tubuh. Pengetahuan tentang gejala, penyebab, dan penanganan hernia dapat membantu seseorang mengambil tindakan preventif atau mencari pengobatan secara tepat waktu.
Hernia adalah kondisi yang dapat diobati, namun penanganan yang tepat dan cepat sangat penting untuk mencegah komplikasi yang mungkin timbul.
Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya, Kamis (10/10/2024).
Hernia Adalah Turun Berok?
Hernia adalah kondisi medis yang terjadi ketika organ internal atau jaringan dalam tubuh menonjol keluar melalui area lemah pada otot atau jaringan ikat di sekitarnya. Melansir dari Hermina Hospitals, hernia biasanya terjadi pada dinding perut, tetapi dapat juga terjadi di pangkal paha atau paha bagian atas.
Kondisi ini dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, nyeri, dan dalam beberapa kasus, dapat menjadi kondisi yang mengancam jiwa jika tidak ditangani dengan tepat.
Hernia adalah masalah kesehatan yang dapat menyerang siapa saja, namun beberapa kelompok memiliki risiko lebih tinggi. Melansir dari Kemenkes RI, hernia umumnya dialami oleh bayi dan anak-anak, namun orang dewasa juga dapat mengalaminya. Faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, genetik, dan gaya hidup dapat mempengaruhi risiko seseorang mengalami hernia.
Berbahaya?
Pertanyaan yang sering muncul adalah apakah hernia berbahaya. Jawabannya adalah, hernia dapat menjadi kondisi yang berbahaya jika tidak ditangani dengan tepat. Melansir dari Hermina Hospitals, awalnya hernia mungkin tidak menimbulkan gejala.
Namun, ketika mulai terdapat gangguan aliran darah akibat organ yang terjepit, biasanya akan mulai timbul rasa nyeri yang termasuk dalam darurat medis. Dalam kasus yang parah, hernia dapat menyebabkan komplikasi serius seperti obstruksi usus atau strangulasi, di mana aliran darah ke jaringan yang terjepit terhambat.
Risiko hernia pada wanita memiliki karakteristik tersendiri. Melansir dari Kemenkes RI, wanita memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami hernia femoralis, terutama wanita hamil atau yang memiliki berat badan berlebih (obesitas). Selain itu, kehamilan juga dapat meningkatkan risiko terjadinya hernia umbilicalis, di mana sebagian usus atau jaringan lemak mencuat di daerah pusar.
Jenis-Jenisnya
Hernia adalah kondisi yang memiliki beberapa jenis, tergantung pada lokasi dan organ yang terlibat. Melansir dari Kemenkes RI, jenis-jenis hernia meliputi hernia inguinalis (di daerah selangkangan), hernia femoralis (di paha atas bagian dalam), hernia umbikalis (di pusar), hernia hiatus (di diafragma), hernia insisional (di bekas luka operasi), hernia epigastrik (di perut bagian atas), hernia spigelian (di sisi luar otot rektus abdominus), hernia diafragma, dan hernia otot.
Setiap jenis hernia memiliki karakteristik dan penanganan yang berbeda, sehingga diagnosis yang tepat sangat penting untuk menentukan tindakan pengobatan yang sesuai.
Advertisement
Penyebab Hernia
Hernia adalah kondisi yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut adalah beberapa penyebab utama hernia:
- Otot atau Jaringan yang Melemah: Melansir dari Hermina Hospitals, salah satu penyebab utama hernia adalah melemahnya otot atau jaringan ikat tubuh. Kondisi ini dapat terjadi secara alami seiring bertambahnya usia atau akibat faktor lain seperti cedera atau operasi sebelumnya. Otot yang lemah tidak mampu menahan organ internal dengan baik, sehingga meningkatkan risiko terjadinya hernia.
- Tekanan Berlebih dalam Perut: Tekanan berlebih dalam rongga perut dapat mendorong organ atau jaringan melewati area yang lemah. Melansir dari Kemenkes RI, kondisi seperti batuk kronis, pilek kronis, atau konstipasi kronis dapat menyebabkan tekanan yang berkelanjutan pada dinding perut, meningkatkan risiko terjadinya hernia.
- Faktor Genetik: Beberapa orang mungkin memiliki predisposisi genetik untuk mengalami hernia. Melansir dari Hermina Hospitals, faktor genetik dapat mempengaruhi kekuatan jaringan ikat dan otot, sehingga meningkatkan risiko terjadinya hernia.
- Pertambahan Usia: Seiring bertambahnya usia, otot dan jaringan ikat cenderung melemah secara alami. Melansir dari Kemenkes RI, lansia memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami beberapa jenis hernia, seperti hernia hiatus.
- Kelebihan Berat Badan: Obesitas dapat meningkatkan tekanan pada dinding perut dan melemahkan otot. Melansir dari Hermina Hospitals, kelebihan berat badan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hernia.
- Kehamilan: Kehamilan dapat menyebabkan peregangan pada dinding perut dan meningkatkan tekanan internal. Melansir dari Kemenkes RI, wanita hamil memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami hernia umbikalis dan hernia femoralis.
- Aktivitas Fisik Berlebihan: Melakukan aktivitas fisik yang terlalu berlebihan, terutama yang melibatkan pengangkatan beban berat, dapat meningkatkan risiko hernia. Melansir dari Hermina Hospitals, tekanan yang berlebihan pada otot perut saat mengangkat beban dapat menyebabkan hernia.
- Riwayat Operasi di Area Perut: Melansir dari Kemenkes RI, hernia insisional dapat terjadi bila luka operasi di perut tidak menutup dengan sempurna. Bekas luka operasi dapat menjadi area yang lemah dan rentan terhadap hernia.
- Kebiasaan Merokok: Merokok dapat melemahkan jaringan ikat dan mengganggu proses penyembuhan. Melansir dari Hermina Hospitals, kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hernia.
- Tekanan Kronis: Kondisi yang menyebabkan tekanan kronis pada dinding perut, seperti batuk kronis, pilek kronis, atau konstipasi kronis, dapat meningkatkan risiko terjadinya hernia. Melansir dari Kemenkes RI, tekanan yang terus-menerus ini dapat melemahkan dinding perut dari waktu ke waktu.
Â
Cara Mengobati Hernia
Pengobatan hernia tergantung pada jenis, lokasi, dan tingkat keparahan hernia. Berikut adalah beberapa cara mengobati hernia:
Observasi (Watchful Waiting)
Untuk hernia yang kecil dan tidak menimbulkan gejala, dokter mungkin merekomendasikan observasi. Melansir dari Kemenkes RI, beberapa jenis hernia, seperti hernia umbilikus pada bayi, dapat sembuh sendiri tanpa intervensi medis. Namun, pasien tetap perlu dipantau secara berkala untuk memastikan kondisi tidak memburuk.
Reduksi Manual
Melansir dari Hermina Hospitals, untuk hernia yang ringan, dokter dapat mencoba mengembalikan organ yang menonjol dengan jari tangan, prosedur ini disebut reduksi. Meskipun dapat memberikan kelegaan sementara, reduksi manual bukan solusi permanen dan hernia dapat muncul kembali.
Penggunaan Penyangga (Truss)
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin merekomendasikan penggunaan penyangga atau truss untuk menahan hernia. Melansir dari Kemenkes RI, meskipun dapat membantu mengurangi ketidaknyamanan, penggunaan truss bukan solusi jangka panjang dan tidak mengatasi penyebab utama hernia.
Terapi Obat
Untuk beberapa jenis hernia, seperti hernia hiatus, pengobatan mungkin melibatkan terapi obat. Melansir dari Kemenkes RI, obat-obatan dapat membantu mengurangi gejala, terutama yang berkaitan dengan refluks asam lambung.
Operasi Terbuka
Operasi terbuka adalah metode tradisional untuk memperbaiki hernia. Melansir dari Hermina Hospitals, dalam prosedur ini, dokter akan membuat sayatan di area hernia, mengembalikan organ atau jaringan yang menonjol ke posisi semula, dan memperkuat area yang lemah dengan jahitan atau mesh.
Laparoskopi
Laparoskopi adalah prosedur operasi minimal invasif yang semakin populer untuk mengobati hernia. Melansir dari Kemenkes RI, prosedur ini melibatkan beberapa sayatan kecil dan penggunaan kamera serta instrumen khusus. Laparoskopi umumnya memiliki waktu pemulihan yang lebih cepat dibandingkan operasi terbuka.
Terapi Fisik
Untuk beberapa jenis hernia, terutama hernia otot, terapi fisik mungkin direkomendasikan. Melansir dari Kemenkes RI, latihan untuk memperkuat otot di area yang terkena dapat membantu mengurangi gejala dan mencegah hernia menjadi lebih parah.
Perubahan Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat membantu mengurangi gejala hernia dan mencegah perburukan kondisi. Melansir dari Hermina Hospitals, ini mungkin termasuk penurunan berat badan, menghindari mengangkat beban berat, dan mengelola kondisi yang menyebabkan tekanan berlebih pada perut seperti batuk kronis atau konstipasi.
Kombinasi Perawatan
Dalam banyak kasus, pengobatan hernia mungkin melibatkan kombinasi dari beberapa metode di atas. Melansir dari Kemenkes RI, pendekatan yang komprehensif, yang mungkin melibatkan operasi diikuti dengan perubahan gaya hidup dan terapi fisik, dapat memberikan hasil yang optimal.
Advertisement