Liputan6.com, Jakarta Mimpi sering kali dihubungkan dengan pertanda yang akan datang dalam kehidupan, baik itu keberuntungan, peringatan, atau peristiwa besar yang akan terjadi. Dalam tradisi berbagai budaya, mimpi telah lama dianggap memiliki makna tersembunyi yang bisa mengungkap rahasia masa depan.
Baca Juga
Advertisement
Tak sedikit yang berpendapat bahwa mimpi tertentu bisa menjadi isyarat mengenai rezeki atau nasib, termasuk dalam hal peruntungan besar. Inilah yang membuat tafsir mimpi menjadi topik yang sering menarik perhatian, terutama bagi mereka yang percaya bahwa mimpi bisa memengaruhi kehidupan nyata, termasuk dalam hal permainan keberuntungan seperti togel.
Togel, atau Toto Gelap, adalah bentuk perjudian yang melibatkan penebakan angka-angka yang akan keluar dari undian. Dalam masyarakat Indonesia, terutama di kalangan menengah ke bawah, togel kerap dilihat sebagai jalan pintas untuk mengatasi masalah ekonomi. Bagi sebagian orang, 100 tafsir mimpi dipercaya menjadi sarana untuk mendapatkan "petunjuk" angka-angka yang akan keluar, sehingga tidak sedikit yang menghubungkan tafsir mimpi dengan strategi bermain togel.
100 tafsir mimpi yang dikaitkan dengan togel menimbulkan pertanyaan besar mengenai hukumnya dalam Islam. Meskipun mimpi dalam tradisi Islam bisa jadi sebuah pesan dari Allah SWT, tidak semua mimpi harus ditafsirkan secara harfiah, apalagi untuk tujuan berjudi. Berikut ulasan lebih lanjut tentang hukum 100 tafsir mimpi dalam pandangan Islam yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (15/10/2024).
Tafsir Mimpi dalam Islam
Mimpi memiliki kedudukan istimewa dalam Islam karena bisa jadi merupakan salah satu bentuk wahyu atau petunjuk dari Allah. Namun, tidak semua mimpi memiliki makna spiritual, dan oleh karenanya, tafsir mimpi adalah disiplin ilmu yang rumit dan tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam membagi mimpi menjadi tiga kategori. Dalam salah satu haditsnya, beliau bersabda,
وَالرُّؤْيَا ثَلَاثٌ، الحَسَنَةُ بُشْرَى مِنَ اللَّهِ، وَالرُّؤْيَا يُحَدِّثُ الرَّجُلُ بِهَا نَفْسَهُ، وَالرُّؤْيَا تَحْزِينٌ مِنَ الشَّيْطَانِ، فَإِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ رُؤْيَا يَكْرَهُهَا فَلَا يُحَدِّثْ بِهَا أَحَدًا وَلْيَقُمْ فَلْيُصَلِّ
Artinya: Mimpi itu ada tiga. Mimpi baik yang merupakan kabar gembira dari Allah, mimpi karena bawaan pikiran seseorang (ketika terjaga), dan mimpi menyedihkan yang datang dari setan. Jika kalian mimpi sesuatu yang tak kalian senangi, maka jangan kalian ceritakan pada siapa pun, berdirilah dan shalatlah! (HR Muslim).
Mimpi baik yang berasal dari Allah, dianggap sebagai kabar gembira seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an:
لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ
Artinya: Bagi mereka berita gembira di kehidupan dunia dan akhirat. (QS Yunus: 64).
Dalam salah satu Hadits, makna ayat di atas dijelaskan,
هِيَ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ، يَرَاهَا الْمُسْلِمُ، أَوْ تُرَى لَهُ
Artinya: Yang dimaksud kegembiraan dalam ayat di atas adalah mimpi yang baik yang terlihat oleh orang Muslim atau yang diperlihatkan padanya. (HR Ibnu Majah).
Penafsiran mimpi yang benar bisa menjadi petunjuk dan bahkan berperan dalam penetapan syariat, sebagaimana yang terjadi pada kisah Abdullah bin Zaid dan Umar bin Khattab, yang mendapat mimpi tentang azan.
Namun, Islam mengingatkan agar tidak semua mimpi dianggap sebagai petunjuk ilahi, terutama mimpi yang terjadi di awal malam, yang lebih mungkin dipengaruhi oleh setan. Ulama seperti Ibnu al-Jauzi dan Ibnu Qayyim al-Jauziyah menekankan bahwa mimpi yang paling benar terjadi saat waktu sahur, ketika rahmat Allah turun dan setan menjauh.
Selain itu, memiliki kemampuan menafsirkan mimpi dianggap sebagai keistimewaan yang diberikan oleh Allah, seperti yang disebutkan dalam kisah Nabi Yusuf, yang diberikan kemampuan menafsirkan mimpi (QS Yusuf: 21).
وَكَذَلِكَ مَكَّنَّا لِيُوسُفَ فِي الْأَرْضِ وَلِنُعَلِّمَهُ مِنْ تَأْوِيلِ الْأَحَادِيثِ وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya: Dan demikianlah Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di negeri (Mesir), dan agar Kami ajarkan kepadanya takwil mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti. (QS Yusuf:21)
Bahkan, beberapa ulama seperti Ibnu Khaldun memasukkan tafsir mimpi sebagai bagian dari ilmu syariat, dan ada anjuran dalam hadits-hadits untuk mempelajari serta bertanya tentang tafsir mimpi karena dapat memberikan pengetahuan tentang hal-hal gaib.
Meskipun demikian, penting bagi seseorang untuk terlebih dahulu menguasai ilmu-ilmu dasar syariat sebelum mempelajari tafsir mimpi, agar tidak mudah tertipu oleh bisikan setan atau hal-hal yang hanya merupakan khayalan pribadi.
Advertisement
Hubungan 100 Tafsir Mimpi dan Togel
Dalam dunia togel, kepercayaan bahwa mimpi dapat memberikan petunjuk untuk prediksi angka togel cukup populer di beberapa kalangan pemain.Ada keyakinan tradisional yang mengaitkan mimpi dengan angka togel. Namun, penting untuk dicatat bahwa ini hanyalah kepercayaan yang bersifat subjektif dan tidak memiliki dasar ilmiah. Beberapa beberapa poin kunci terkait ramalan mimpi dan togel.
1. Kepercayaan Tradisional
Banyak pemain togel mempercayai bahwa mimpi dapat memberikan petunjuk atau isyarat terkait angka yang akan keluar. Ini adalah bagian dari budaya perjudian yang telah berkembang selama bertahun-tahun di beberapa komunitas.
2. Interpretasi Subjektif
Tafsir mimpi bersifat sangat subjektif. Arti dari suatu mimpi dapat berbeda antara individu, sehingga angka yang diprediksi dari tafsir mimpi pun bervariasi antar orang.
3. Tidak Ada Dasar Ilmiah
Meskipun ada keyakinan kuat, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung bahwa tafsir mimpi dapat digunakan secara konsisten untuk memprediksi angka togel dengan akurat. Hasil pengundian togel bersifat acak dan tidak dapat diprediksi.
4. Hiburan dan Keseruan
Bagi sebagian pemain, menghubungkan mimpi dengan angka togel menjadi bagian dari hiburan dalam permainan. Hal ini menambah keseruan, meskipun tidak dapat dijadikan acuan yang pasti.
Hukum Togel dalam Islam
Dari sudut pandang Islam, togel termasuk dalam kategori judi (qimar) yang hukumnya haram. Judi dalam Islam didefinisikan sebagai segala bentuk permainan yang melibatkan taruhan, baik berupa uang maupun barang berharga lainnya. Berdasarkan ajaran agama, ada beberapa aspek yang menguatkan keharaman judi, termasuk togel:
Larangan dalam Al-Quran
Allah secara tegas mengharamkan judi dalam Surat Al-Maidah ayat 90.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْاَنْصَابُ وَالْاَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ٩٠yâ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji (dan) termasuk perbuatan setan. Maka, jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.
Dalam ayat tersebut, judi disamakan dengan perbuatan buruk lainnya seperti meminum khamar dan berhala, yang merupakan perbuatan syaitan yang harus dihindari.
Judi dalam Qimar dan Maisir
Dalam Islam, istilah qimar mengacu pada segala jenis permainan yang menggunakan taruhan, sedangkan maisir mencakup aspek yang lebih luas dari segala bentuk perjudian. Oleh karena itu, togel yang melibatkan taruhan uang, walaupun tampak seperti permainan menebak angka, tetap dihukumi haram.
Uang yang diperoleh dari judi, termasuk kemenangan dari togel, dianggap haram dalam Islam. Bahkan, jika uang tersebut digunakan untuk membeli makanan atau barang, penggunaannya tetap haram. Menurut beberapa ulama, harta haram tidak bisa menjadi halal meski disedekahkan, kecuali dikembalikan kepada yang berhak.
Solusi terbaik untuk menghilangkan uang hara hasil togel itu adalah dikembalikan kepada yang berhak. Sebab, selama yang berhak tidak meridhainya, urusannya akan terus berlanjut sampai ke akhirat. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda.
“...‘Seorang yang muflis (mengalami kebangkrutan) dari umatku ialah yang mempunyai simpanan pahala shalat, puasa, dan zakat namun ia telah menghina seseorang, memberi tuduhan kepada orang lain, mengambil harta bukan miliknya, pernah membunuh, dan memukul si ini dan itu. Ia akan disidangkan di hadapan peradilan Allah, dan diberi hukuman sepadan dengan kesalahannya, yang mengurangi kebijakan-kebijakannya. Apabila kebijakan-kebijakannya dikurangi sampai habis sebelum dapat menutup dan melunasi kesalahan-kesalahan yang ia lakukan, kesalahan-kesalahan orang lain ditimpakan kepadanya sehingga ia dimasukkan ke neraka.” (HR. Tirmidzi)
Advertisement
Adab Setelah Bermimpi yang Dianjurkan Rasulullah
Mimpi dianggap sebagai salah satu cara Allah SWT berkomunikasi dengan hamba-Nya. Mimpi bisa berasal dari Allah, dari bisikan setan, atau dari pikiran manusia sendiri. Rasulullah SAW memberikan panduan khusus dalam menghadapi mimpi, baik yang baik maupun buruk, dengan penuh adab dan rasa syukur.
1. Adab Setelah Mendapatkan Mimpi Baik
Mimpi baik yang berasal dari Allah SWT merupakan karunia yang patut disyukuri. Rasulullah SAW mengajarkan agar orang yang mendapatkan mimpi baik mengucapkan tahmid (Alhamdulillah) sebagai bentuk syukur. Mimpi ini juga boleh diceritakan kepada orang lain sebagai kabar baik, seperti disampaikan dalam hadis.
"Apabila salah seorang dari kalian melihat mimpi yang ia sukai, maka sesungguhnya ia datang dari Allah, maka bertahmid lah (mengucapkan Alhamdulillah) dan kabarkan mimpi baik tersebut kepada orang lain." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan menceritakan mimpi baik, umat Muslim dapat menyebarkan kegembiraan dan memperkuat rasa syukur kepada Allah.
2. Adab Setelah Mendapatkan Mimpi Buruk
Sebaliknya, mimpi buruk diyakini berasal dari setan dan bertujuan untuk menakuti manusia. Rasulullah SAW memberikan beberapa langkah yang harus diikuti saat seseorang mengalami mimpi buruk.
Meludah ke kiri sebanyak tiga kali. Ini dilakukan sebagai simbol pengusiran setan.
Berlindung kepada Allah dengan mengucapkan doa memohon perlindungan dari kejahatan setan sebanyak tiga kali.
Mengubah posisi tidur dari posisi sebelumnya ke posisi yang lain untuk menghilangkan pengaruh buruk mimpi tersebut.
Hadis Rasulullah SAW menyebutkan: "Apabila salah seorang dari kalian melihat mimpi yang ia benci, maka hendaknya ia meludah ke kiri sebanyak tiga kali dan berlindunglah kepada Allah dari kejahatan setan sebanyak tiga kali dan ubahlah posisi tidurnya dari posisi sebelumnya ke posisi lainnya." (HR. Muslim)
3. Berdoa Sebelum Tidur
Untuk menghindari mimpi buruk dan mendapatkan mimpi yang baik, Rasulullah SAW juga menganjurkan agar umat Muslim senantiasa membaca doa sebelum tidur. Hal ini dilakukan agar selalu berada dalam lindungan Allah SWT sepanjang tidur.
Dengan mengikuti adab ini, umat Muslim diajarkan untuk selalu bersikap positif terhadap mimpi yang dialami, baik dalam bentuk syukur ketika bermimpi baik, maupun dengan memohon perlindungan Allah saat mendapatkan mimpi buruk.