Liputan6.com, Jakarta - Bullying adalah tindakan agresif yang dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap orang lain yang dianggap lebih lemah. Siswa, guru, orang tua, dan masyarakat umum perlu waspada terhadap perilaku bullying yang dapat terjadi di sekolah, tempat kerja, atau lingkungan sosial lainnya.
Pemahaman tentang bullying penting untuk mencegah dan menangani kasus-kasus perundungan yang dapat berdampak serius bagi korban.
Advertisement
Baca Juga
Bullying adalah masalah sosial yang semakin marak terjadi, terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA) melaporkan bahwa kasus bullying di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Perilaku bullying yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan trauma berkepanjangan dan mempengaruhi perkembangan psikologis korban.
Memahami bahwa bullying adalah perilaku yang tidak dapat ditoleransi merupakan langkah awal dalam upaya pencegahan.
Kali ini akan membahas secara komprehensif tentang apa itu bullying, dampaknya, penyebabnya, dan cara mencegahnya, sehingga pembaca dapat lebih waspada dan berperan aktif dalam memerangi perundungan di lingkungan mereka. Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya, Selasa (15/10/2024).
Bullying Adalah Apa?
Bullying adalah tindakan agresif yang dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang oleh seorang individu atau sekelompok orang terhadap korban yang dianggap lebih lemah. Melansir dari buku "Cegah dan Stop Bullying Sejak Dini" karya Widya Ayu, istilah bullying berasal dari kata "bull" dalam bahasa Inggris yang berarti banteng.
Secara etimologi, bullying dapat diartikan sebagai "penggertak" atau orang yang mengganggu yang lemah. Dalam bahasa Indonesia, bullying sering disebut sebagai "perundungan" atau "penindasan".
Bullying adalah perilaku yang dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Menurut hasil riset Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA), ada enam kategori utama bullying, yaitu kontak fisik langsung, kontak verbal langsung, perilaku nonverbal langsung, perilaku nonverbal tidak langsung, cyberbullying, dan pelecehan seksual. Setiap bentuk bullying ini memiliki karakteristik dan dampak yang berbeda-beda terhadap korbannya.
Bullying adalah masalah serius yang dapat terjadi di berbagai lingkungan, termasuk sekolah, tempat kerja, atau komunitas sosial. Unicef mengidentifikasi bullying melalui tiga karakteristik utama, yaitu disengaja (untuk menyakiti), terjadi secara berulang-ulang, dan adanya perbedaan kekuasaan antara pelaku dan korban. Penting untuk dipahami bahwa bullying bukan hanya konflik biasa atau perselisihan antar teman sebaya, melainkan pola perilaku yang berkelanjutan dan memiliki tujuan untuk menyakiti atau merendahkan korban.
Bullying adalah fenomena yang kompleks dan seringkali melibatkan dinamika sosial yang rumit. Pelaku bullying tidak selalu bertindak sendirian; mereka mungkin didukung oleh kelompok atau "pengikut" yang turut melanggengkan perilaku tersebut.
Di sisi lain, korban bullying sering merasa terisolasi dan tidak berdaya menghadapi situasi yang mereka alami. Peran saksi atau bystander juga signifikan dalam konteks bullying, di mana mereka dapat memilih untuk diam, mendukung pelaku, atau membantu korban.
Memahami bahwa bullying adalah perilaku yang tidak dapat diterima merupakan langkah penting dalam upaya pencegahan dan penanganannya. Kesadaran tentang apa itu bullying, bagaimana mengidentifikasinya, dan dampaknya terhadap korban dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman dan inklusif bagi semua orang.
Penting bagi setiap individu untuk mengenali tanda-tanda bullying dan berani untuk berbicara atau mencari bantuan ketika menyaksikan atau mengalami perilaku tersebut.
15 Contoh Bullying:
- Memukul atau mendorong teman secara berulang
- Mengejek penampilan fisik seseorang
- Menyebarkan rumor negatif tentang orang lain
- Mengucilkan seseorang dari kelompok sosial
- Mengancam untuk menyakiti jika tidak memenuhi keinginan
- Mengirim pesan intimidasi melalui media sosial
- Merusak atau mencuri barang milik orang lain
- Membuat lelucon yang merendahkan ras atau etnis tertentu
- Memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak diinginkan
- Mengambil foto atau video seseorang tanpa izin dan menyebarkannya
- Meniru atau mengolok-olok cara bicara seseorang
- Mempermalukan seseorang di depan umum
- Menyembunyikan barang milik orang lain
- Mengirim pesan atau gambar seksual yang tidak diinginkan
- Menghasut orang lain untuk menjauhi seseorang
Â
Advertisement
Dampak Bullying
Bullying dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi korbannya. Berikut adalah beberapa dampak utama bullying:
1. Dampak Psikologis
Bullying dapat menyebabkan trauma psikologis yang mendalam pada korban. Melansir dari buku "Model Intervensi Psikologi Islam Konseling Kelompok Tazkiyatun Nafsi" oleh Suyatno, korban bullying sering mengalami penurunan harga diri, kecemasan berlebihan, dan depresi. Mereka mungkin merasa tidak aman, takut, dan kehilangan kepercayaan pada orang lain. Dalam kasus yang parah, bullying dapat memicu pikiran atau bahkan tindakan bunuh diri.
2. Dampak Fisik
Bullying fisik dapat menyebabkan luka, memar, atau bahkan cedera serius pada korban. Selain itu, stres yang diakibatkan oleh bullying juga dapat memicu berbagai gangguan kesehatan seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, atau gangguan tidur. Dalam beberapa kasus, dampak fisik bullying dapat bertahan lama bahkan setelah perilaku bullying itu sendiri telah berhenti.
3. Dampak Akademis
Korban bullying sering mengalami penurunan prestasi akademis. Mereka mungkin kehilangan motivasi untuk belajar, sulit berkonsentrasi, atau bahkan menghindari sekolah sama sekali. Melansir dari penelitian yang dikutip dalam buku "Perkembangan Remaja dan Problematikanya" oleh Maryam B Gainau, bullying dapat menurunkan skor tes kecerdasan dan kemampuan analisis siswa.
4. Dampak Sosial
Bullying dapat merusak kemampuan korban untuk bersosialisasi dan membangun hubungan yang sehat. Korban mungkin menjadi menarik diri, kesulitan mempercayai orang lain, atau mengembangkan fobia sosial. Hal ini dapat berdampak jangka panjang pada kehidupan sosial dan profesional mereka di masa depan.
5. Dampak Jangka Panjang
Efek bullying dapat bertahan hingga dewasa. Korban bullying di masa kecil atau remaja mungkin mengalami kesulitan dalam membangun hubungan, menghadapi masalah kesehatan mental yang berkelanjutan, atau bahkan mengembangkan perilaku agresif sebagai mekanisme pertahanan diri.
Penyebab Bullying sesuai Jenisnya
Bullying dapat terjadi karena berbagai faktor. Berikut adalah beberapa penyebab bullying berdasarkan jenisnya:
1. Bullying Fisik
Kurangnya empati: Pelaku mungkin tidak memahami atau peduli tentang rasa sakit yang mereka timbulkan.
Pengalaman kekerasan di rumah: Anak-anak yang menyaksikan atau mengalami kekerasan di rumah cenderung meniru perilaku tersebut.
Kebutuhan untuk menunjukkan dominasi: Beberapa anak menggunakan kekuatan fisik untuk memperoleh status atau kontrol.
2. Bullying Verbal
Rendahnya harga diri: Pelaku mungkin mengejek orang lain untuk merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri.
Pengaruh media: Paparan terhadap bahasa kasar atau humor yang merendahkan di media dapat mempengaruhi perilaku verbal anak-anak.
Kurangnya keterampilan komunikasi: Ketidakmampuan untuk mengekspresikan diri secara positif dapat menyebabkan seseorang resort ke bullying verbal.
3. Cyberbullying
Anonimitas online: Kemampuan untuk menyembunyikan identitas di dunia maya dapat mendorong perilaku negatif.
Kurangnya pengawasan: Orang tua atau guru mungkin tidak menyadari aktivitas online anak-anak.
Pengaruh teman sebaya: Tekanan untuk berpartisipasi dalam tren online negatif dapat mendorong cyberbullying.
4. Bullying Sosial
Dinamika kelompok yang tidak sehat: Keinginan untuk diterima dalam kelompok dapat mendorong perilaku bullying.
Prasangka dan stereotip: Ketidakpahaman atau ketakutan terhadap perbedaan dapat menyebabkan pengucilan sosial.
Kompetisi sosial: Keinginan untuk meningkatkan status sosial sendiri dengan mengorbankan orang lain.
5. Bullying Seksual
Kurangnya pendidikan seks: Ketidakpahaman tentang batas-batas dan etika seksual yang tepat.
Pengaruh media yang memuat konten seksual: Paparan terhadap konten seksual yang tidak pantas dapat mempengaruhi perilaku.
Masalah power dan kontrol: Menggunakan pelecehan seksual sebagai cara untuk mendominasi atau mengintimidasi orang lain.
Â
Advertisement
Cara Mencegah Bullying
Pencegahan bullying memerlukan upaya dari berbagai pihak. Berikut adalah beberapa cara untuk mencegah bullying:
Edukasi dan Kesadaran
- Memberikan pemahaman kepada anak-anak, remaja, dan orang dewasa tentang apa itu bullying dan dampaknya.
- Mengadakan kampanye anti-bullying di sekolah dan komunitas.
- Melatih guru dan staf sekolah untuk mengenali dan menangani kasus bullying.
Membangun Lingkungan yang Positif
- Menciptakan kultur sekolah yang inklusif dan menghargai keberagaman.
- Mendorong kerjasama dan empati antar siswa melalui kegiatan kelompok.
- Memberikan penghargaan terhadap perilaku baik dan tindakan menolong orang lain.
Kebijakan Anti-Bullying yang Jelas
- Menetapkan aturan dan konsekuensi yang jelas terhadap perilaku bullying.
- Memastikan adanya mekanisme pelaporan yang aman dan mudah diakses.
- Menindaklanjuti setiap laporan bullying dengan serius dan konsisten.
Keterlibatan Orang Tua
- Melibatkan orang tua dalam program pencegahan bullying di sekolah.
- Mendidik orang tua tentang tanda-tanda bullying dan cara mendukung anak mereka.
- Mendorong komunikasi terbuka antara orang tua dan anak tentang pengalaman di sekolah.
Pengembangan Keterampilan Sosial-Emosional
- Mengajarkan anak-anak tentang empati, resolusi konflik, dan manajemen emosi.
- Melatih siswa untuk menjadi "upstander" yang berani membela korban bullying.
- Membantu anak-anak membangun kepercayaan diri dan harga diri yang sehat.
Melansir dari buku "Perkembangan Remaja dan Problematikanya" oleh Maryam B Gainau, pencegahan bullying harus melibatkan kerjasama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Dengan pendekatan holistik dan konsisten, kita dapat menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi semua orang, di mana bullying tidak memiliki tempat untuk berkembang.
Â