Liputan6.com, Jakarta Akulturasi adalah salah satu hasil dari interaksi antar budaya yang memperkaya kebudayaan tanpa menghilangkan ciri asli dari masing-masing budaya yang terlibat. Dalam proses akulturasi, budaya-budaya yang bertemu saling beradaptasi, namun unsur-unsur khas dari masing-masing budaya tetap dipertahankan dan dapat dikenali. Hal ini berbeda dengan asimilasi, di mana budaya yang lebih dominan cenderung menghapus atau meleburkan unsur-unsur budaya lain sehingga terbentuk entitas budaya baru yang homogen.
Akulturasi adalah hasil interaksi budaya yang terjadi secara alami ketika kelompok masyarakat dengan kebudayaan berbeda saling berinteraksi, namun tanpa ada dominasi atau pemaksaan budaya. Proses ini memungkinkan adanya perpaduan yang harmonis di mana unsur asli tetap terlihat dan hidup berdampingan dengan unsur baru. Dalam kehidupan sosial, interaksi ini mencerminkan dinamika masyarakat yang selalu berkembang guna memenuhi kebutuhan dan perubahan sosial.
Sementara itu, asimilasi lebih merujuk pada penyerapan budaya oleh kelompok yang lebih besar atau dominan, di mana budaya yang lebih kecil atau lemah cenderung memudar dan melebur hingga kehilangan identitas aslinya. Kedua proses ini sering terjadi dalam masyarakat yang beragam, namun menghasilkan dampak yang berbeda terhadap keberlanjutan dan perkembangan budaya-budaya tersebut. Berikut ulasan lebih lanjut tentang akulturasi adalahhasil interaksi antar budaya yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (16/10/2024).
Advertisement
Memahami Akulturasi dan Prosesnya
Akulturasi adalah proses sosial yang terjadi ketika dua atau lebih kelompok masyarakat dengan kebudayaan yang berbeda berinteraksi, sehingga menghasilkan perpaduan budaya tanpa menghilangkan identitas asli dari masing-masing budaya. Dalam konteks ini, unsur-unsur kebudayaan baru diterima, diolah, dan berbaur dengan kebudayaan asli, namun tetap mempertahankan ciri-ciri khas dari budaya awal tersebut.
Menurut Koentjaraningrat, akulturasi terjadi ketika unsur kebudayaan asing masuk ke dalam suatu kelompok masyarakat dan lambat laun diterima tanpa menghilangkan karakteristik budaya asli. Proses ini sering muncul dalam masyarakat heterogen di mana terdapat pertemuan berbagai budaya yang berbeda. Pada intinya, akulturasi adalah jalan tengah yang memungkinkan budaya-budaya yang berbeda untuk tumbuh bersama tanpa harus melebur sepenuhnya.
Contoh akulturasi dapat dilihat dalam masyarakat transmigrasi di mana berbagai suku bangsa bertemu dan berinteraksi. Meskipun terdapat perbedaan antarbudaya, elemen-elemen penting dari budaya asal tetap bertahan dan hidup berdampingan dengan elemen budaya yang baru.
Proses akulturasi ini bisa berlangsung cepat atau lambat, tergantung pada kekuatan budaya yang terlibat dan bagaimana interaksi antarbudaya tersebut terjadi. Akulturasi yang terjadi dengan damai biasanya berlangsung lebih cepat, sedangkan jika terdapat pemaksaan, proses ini bisa memakan waktu lebih lama dan berpotensi menimbulkan konflik sosial.
Dengan kata lain, akulturasi budaya memungkinkan percampuran budaya baru yang memberikan manfaat bagi kehidupan suatu masyarakat tanpa menghilangkan keaslian budaya tersebut. Ini berbeda dengan asimilasi, di mana salah satu budaya yang lebih kuat cenderung menghapus unsur-unsur budaya yang lebih lemah, menciptakan keseragaman yang dominan.
Advertisement
Faktor Pendorong Akulturasi Budaya
Faktor pendorong akulturasi budaya dapat dikelompokkan menjadi dua kategori utama, yaitu faktor internal dan eksternal. Keduanya berperan penting dalam memengaruhi proses akulturasi di masyarakat, di mana budaya-budaya berbeda saling berinteraksi dan berpadu.
Faktor Internal
Faktor internal berasal dari dalam masyarakat itu sendiri dan berkaitan dengan perubahan atau penemuan-penemuan baru yang muncul di berbagai bidang. Inovasi dalam teknologi, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dapat mendorong terjadinya akulturasi.Â
Misalnya, dalam bidang politik, terjadinya revolusi atau perubahan besar dalam sistem pemerintahan dapat memicu perpaduan budaya baru. Inovasi dan pembaruan dalam bidang ekonomi, sosial, serta kesenian juga memfasilitasi interaksi budaya yang menghasilkan proses akulturasi. Dalam masyarakat yang dinamis, penemuan-penemuan ini dapat mempercepat proses adaptasi budaya dan membuka jalan bagi pengaruh dari budaya lain.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah pengaruh dari luar masyarakat yang mampu memicu perubahan besar dalam kebudayaan suatu kelompok. Contoh umum dari faktor eksternal adalah perang atau kolonialisme, di mana budaya asing diperkenalkan atau bahkan dipaksakan kepada masyarakat yang terlibat.Â
Selain itu, migrasi, perdagangan internasional, dan globalisasi juga termasuk faktor eksternal yang mendorong terjadinya akulturasi. Melalui interaksi dengan bangsa lain, unsur-unsur budaya baru masuk dan berpadu dengan kebudayaan lokal. Ini dapat dilihat dalam sejarah, seperti saat budaya Eropa memengaruhi kebudayaan Asia selama masa kolonial.
Bentuk Akulturasi dan Contohnya
Akulturasi budaya dapat terjadi dalam berbagai bentuk, masing-masing dengan karakteristik dan dinamika yang unik. Berikut adalah beberapa bentuk akulturasi beserta contohnya.
1. Substitusi
Substitusi terjadi ketika unsur-unsur budaya lama digantikan oleh unsur-unsur budaya baru. Dalam proses ini, budaya asli sedikit demi sedikit tergeser, namun tidak sepenuhnya hilang. Contohnya adalah penggunaan bahasa Inggris di India setelah masa penjajahan Britania, yang menggantikan bahasa asli India dalam banyak konteks formal, meski bahasa lokal masih dipertahankan di banyak komunitas.
2. Sinkretisme
Sinkretisme adalah proses penggabungan dua atau lebih budaya untuk membentuk budaya baru yang unik. Salah satu contohnya terjadi di Amerika Latin, di mana agama Katolik yang diperkenalkan oleh penjajah Spanyol dipengaruhi oleh budaya asli setempat dan budaya Afrika yang dibawa oleh budak. Hasilnya adalah bentuk keagamaan yang memiliki unsur-unsur dari ketiga budaya tersebut.
3. Penambahan (Addition)
Proses penambahan terjadi ketika unsur-unsur budaya baru ditambahkan ke budaya yang sudah ada tanpa menghilangkan unsur budaya lama. Contohnya adalah masuknya makanan Italia ke dalam budaya kuliner Amerika. Walaupun makanan Italia seperti pizza dan pasta populer di Amerika, masakan tradisional Amerika tetap dipertahankan, menciptakan variasi yang lebih kaya dalam kuliner.
4. Penggantian (Deculturation)
Penggantian atau deculturation terjadi ketika budaya asli suatu masyarakat hancur atau hilang dan digantikan sepenuhnya oleh budaya baru. Contohnya adalah kolonisasi bangsa Eropa di Amerika, di mana budaya asli penduduk pribumi Amerika banyak yang hilang dan digantikan oleh budaya Eropa, baik dari segi bahasa, agama, maupun gaya hidup.
5. Originasi
Originasi adalah proses di mana budaya baru muncul dari percampuran dua budaya yang berbeda. Sebuah contoh yang menonjol adalah lahirnya musik jazz di Amerika Serikat, yang berasal dari perpaduan budaya musik Afrika dengan musik Eropa, menghasilkan bentuk musik baru yang khas.
6. Penolakan (Rejection)
Dalam penolakan, unsur budaya baru ditolak oleh masyarakat yang ada dan tidak diintegrasikan ke dalam budaya tersebut. Contohnya, beberapa masyarakat tradisional di berbagai negara sering menolak adopsi teknologi modern, dengan alasan mempertahankan budaya asli dan menolak perubahan yang dianggap merusak tradisi.
Â
Advertisement