Sukses

Intermittent Fasting adalah Metode Diet Terbaru, Simak Manfaat dan Risikonya

Berikut adalah pembahasan lebih lanjut tentang intermittent fasting.

Liputan6.com, Jakarta Intermittent fasting adalah salah satu tren diet yang semakin populer belakangan ini. Banyak orang tertarik mencoba metode ini karena klaim manfaatnya yang beragam, mulai dari penurunan berat badan hingga peningkatan kesehatan secara keseluruhan. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan intermittent fasting? Intermittent fasting adalah pola makan yang mengatur kapan seseorang harus makan dan kapan harus berpuasa dalam rentang waktu tertentu.

Berbeda dengan diet konvensional yang umumnya berfokus pada jenis makanan yang dikonsumsi, intermittent fasting adalah metode yang lebih menekankan pada pengaturan waktu makan. Dalam praktiknya, intermittent fasting melibatkan periode puasa yang diikuti oleh periode makan dalam jendela waktu tertentu. Metode ini telah menarik perhatian banyak peneliti dan praktisi kesehatan karena potensi manfaatnya yang menjanjikan.

Intermittent fasting adalah pendekatan yang fleksibel, karena terdapat beberapa variasi metode yang dapat dipilih sesuai dengan gaya hidup dan preferensi individu. Dari metode 16/8 yang populer hingga pola makan 5:2, intermittent fasting menawarkan berbagai pilihan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing orang. Namun, penting untuk memahami bahwa meskipun intermittent fasting adalah metode yang potensial, ia juga memiliki risiko dan tidak cocok untuk semua orang.

Berikut adalah pembahasan lebih lanjut tentang intermittent fasting yang telah Liputan6.com rangkum pada Jumat (18/10).

2 dari 5 halaman

Pengertian dan Jenis-jenis Intermittent Fasting

Intermittent fasting, atau puasa intermiten, adalah pola makan yang melibatkan siklus antara periode makan dan periode puasa. Berbeda dengan diet tradisional yang berfokus pada apa yang dimakan, intermittent fasting lebih menekankan pada kapan seseorang makan. Metode ini telah menjadi populer dalam beberapa tahun terakhir sebagai cara untuk mengelola berat badan dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.

Terdapat beberapa jenis intermittent fasting yang umum dipraktikkan:

Metode 16/8: Ini adalah salah satu metode yang paling populer. Dalam metode ini, seseorang berpuasa selama 16 jam dan memiliki jendela makan selama 8 jam setiap hari. Misalnya, seseorang mungkin memilih untuk makan hanya antara pukul 12 siang hingga 8 malam, dan berpuasa selama sisa waktu.

Pola Makan 5:2: Dalam metode ini, seseorang makan normal selama 5 hari dalam seminggu, dan membatasi asupan kalori menjadi 500-600 kalori selama 2 hari tidak berturut-turut.

Eat-Stop-Eat: Metode ini melibatkan puasa penuh selama 24 jam, satu atau dua kali seminggu. Misalnya, tidak makan dari makan malam hari ini hingga makan malam keesokan harinya.

Puasa Selang-seling: Dalam metode ini, seseorang berpuasa setiap dua hari sekali.

Diet Prajurit: Metode ini melibatkan konsumsi buah-buahan dan sayuran mentah dalam porsi kecil selama siang hari, diikuti dengan satu kali makan besar di malam hari.

Setiap metode memiliki kelebihan dan tantangannya masing-masing, dan pemilihan metode sebaiknya disesuaikan dengan gaya hidup dan preferensi individu.

3 dari 5 halaman

Manfaat Intermittent Fasting

Intermittent fasting telah menjadi subjek berbagai penelitian ilmiah, dan banyak studi menunjukkan potensi manfaat yang signifikan bagi kesehatan. Berikut adalah beberapa manfaat utama yang dikaitkan dengan praktik intermittent fasting:

  1. Penurunan Berat Badan: Salah satu alasan utama orang mencoba intermittent fasting adalah untuk menurunkan berat badan. Metode ini dapat membantu menciptakan defisit kalori, yang penting untuk penurunan berat badan. Selain itu, intermittent fasting juga dapat meningkatkan metabolisme dan membantu membakar lemak tubuh.
  2. Peningkatan Kesehatan Metabolisme: Intermittent fasting dapat membantu memperbaiki berbagai indikator kesehatan metabolisme. Ini termasuk penurunan tekanan darah, peningkatan sensitivitas insulin, dan perbaikan kadar gula darah. Semua ini dapat membantu mengurangi risiko penyakit metabolik seperti diabetes tipe 2.
  3. Perlindungan Kesehatan Otak: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa intermittent fasting dapat membantu melindungi kesehatan otak dan meningkatkan fungsi kognitif. Hal ini mungkin terkait dengan peningkatan produksi protein otak yang disebut brain-derived neurotrophic factor (BDNF), yang penting untuk kesehatan sel-sel saraf.
  4. Penurunan Risiko Penyakit Degeneratif: Intermittent fasting dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit degeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson. Ini mungkin disebabkan oleh efek neuroprotektif dan anti-inflamasi dari puasa.
  5. Peningkatan Kesehatan Jantung: Beberapa studi menunjukkan bahwa intermittent fasting dapat membantu meningkatkan kesehatan jantung dengan menurunkan kadar kolesterol LDL dan trigliserida dalam darah.
  6. Peningkatan Autophagy: Autophagy adalah proses alami tubuh untuk mendaur ulang sel-sel yang rusak. Intermittent fasting telah terbukti meningkatkan autophagy, yang dapat membantu melindungi tubuh dari berbagai penyakit dan memperlambat proses penuaan.
  7. Peningkatan Ketahanan terhadap Stres Oksidatif: Intermittent fasting dapat meningkatkan ketahanan tubuh terhadap stres oksidatif, yang berperan dalam proses penuaan dan perkembangan berbagai penyakit kronis.

Meskipun manfaat-manfaat ini menjanjikan, penting untuk diingat bahwa penelitian tentang intermittent fasting masih berlanjut, dan beberapa manfaat mungkin memerlukan penelitian lebih lanjut untuk konfirmasi.

 

 

4 dari 5 halaman

Risiko dan Efek Samping Intermittent Fasting

Meskipun intermittent fasting menawarkan berbagai potensi manfaat kesehatan, penting untuk memahami bahwa metode ini juga memiliki risiko dan efek samping potensial. Beberapa risiko dan efek samping yang perlu diperhatikan meliputi:

  1. Kekurangan Nutrisi: Jika tidak direncanakan dengan baik, intermittent fasting dapat menyebabkan kekurangan nutrisi penting. Membatasi waktu makan dapat membuat sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian, terutama jika seseorang tidak memperhatikan kualitas makanan yang dikonsumsi selama jendela makan.
  2. Gangguan Pola Makan: Beberapa orang mungkin mengalami kecenderungan untuk makan berlebihan selama jendela makan, yang dapat mengarah pada pola makan yang tidak sehat. Ini dapat mengakibatkan fluktuasi berat badan yang tidak sehat dan potensi gangguan makan.
  3. Penurunan Energi dan Konsentrasi: Terutama pada awal menerapkan intermittent fasting, banyak orang melaporkan merasa lemas, kurang berenergi, dan sulit berkonsentrasi selama periode puasa.
  4. Efek Samping Fisik: Beberapa efek samping fisik yang umum dilaporkan termasuk sakit kepala, pusing, mual, dan gangguan pencernaan seperti kembung atau diare.
  5. Gangguan Mood: Perubahan pola makan dapat mempengaruhi mood seseorang. Beberapa orang melaporkan peningkatan iritabilitas atau perubahan suasana hati selama periode puasa.
  6. Gangguan Tidur: Beberapa individu mungkin mengalami gangguan tidur, terutama jika mereka tidak terbiasa tidur dengan perut kosong.
  7. Dehidrasi: Jika tidak cukup minum air selama periode puasa, risiko dehidrasi dapat meningkat.
  8. Bau Mulut: Puasa dapat menyebabkan bau mulut karena perubahan dalam metabolisme tubuh.
  9. Risiko bagi Kelompok Tertentu: Intermittent fasting tidak direkomendasikan untuk beberapa kelompok, termasuk anak-anak dan remaja di bawah 18 tahun, wanita hamil atau menyusui, individu dengan riwayat gangguan makan, dan penderita diabetes tipe 1 yang menggunakan insulin.

Penting untuk diingat bahwa setiap orang dapat bereaksi berbeda terhadap intermittent fasting. Apa yang berhasil untuk satu orang mungkin tidak cocok untuk orang lain. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum memulai intermittent fasting, terutama jika Anda memiliki kondisi kesehatan tertentu atau mengonsumsi obat-obatan.

 

 

5 dari 5 halaman

Cara Melakukan Intermittent Fasting dengan Aman

Untuk memaksimalkan manfaat dan meminimalkan risiko, penting untuk melakukan intermittent fasting dengan cara yang aman dan bertanggung jawab. Berikut adalah beberapa tips untuk melakukan intermittent fasting dengan aman:

  1. Konsultasi dengan Profesional Kesehatan: Sebelum memulai intermittent fasting, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi. Mereka dapat melakukan evaluasi kesehatan dan memberikan rekomendasi yang sesuai dengan kondisi individual Anda.
  2. Pilih Metode yang Tepat: Ada beberapa metode intermittent fasting, seperti 16/8, 5:2, atau Eat-Stop-Eat. Pilih metode yang paling sesuai dengan gaya hidup dan preferensi Anda. Mulailah dengan metode yang lebih ringan dan secara bertahap tingkatkan durasi puasa jika diperlukan.
  3. Mulai Secara Bertahap: Jika Anda baru memulai, jangan langsung melakukan puasa dalam waktu yang lama. Mulailah dengan periode puasa yang lebih singkat dan secara perlahan tingkatkan durasinya seiring waktu.
  4. Perhatikan Asupan Nutrisi: Selama jendela makan, pastikan untuk mengonsumsi makanan bergizi seimbang. Fokus pada makanan kaya nutrisi seperti buah-buahan, sayuran, protein lean, dan karbohidrat kompleks. Hindari makan berlebihan atau mengonsumsi makanan tidak sehat hanya karena Anda berada dalam jendela makan.
  5. Tetap Terhidrasi: Minum banyak air selama periode puasa untuk mencegah dehidrasi. Anda juga dapat mengonsumsi minuman bebas kalori seperti teh herbal tanpa gula.
  6. Dengarkan Tubuh Anda: Jika Anda merasa sangat tidak nyaman atau mengalami gejala yang mengganggu selama puasa, jangan ragu untuk menghentikannya dan berkonsultasi dengan profesional kesehatan.
  7. Pertahankan Aktivitas Fisik: Anda masih bisa berolahraga selama intermittent fasting, tetapi mungkin perlu menyesuaikan intensitas atau waktu olahraga Anda. Beberapa orang merasa lebih baik berolahraga menjelang akhir periode puasa mereka, sementara yang lain lebih suka berolahraga selama jendela makan.
  8. Tidur yang Cukup: Pastikan Anda mendapatkan tidur yang cukup dan berkualitas. Kurang tidur dapat mempengaruhi hormon yang mengatur rasa lapar dan kenyang, yang dapat membuat puasa menjadi lebih sulit.
  9. Hindari Makanan Berkalori Tinggi: Selama jendela makan, hindari mengonsumsi makanan yang tinggi kalori dan rendah nutrisi. Fokus pada makanan yang memberikan energi berkelanjutan dan nutrisi penting.
  10. Perhatikan Efek pada Kesehatan Mental: Jika Anda merasa intermittent fasting mempengaruhi mood atau kesehatan mental Anda secara negatif, pertimbangkan untuk menghentikannya atau berkonsultasi dengan profesional kesehatan.
  11. Fleksibel dan Realistis: Ingat bahwa intermittent fasting adalah alat, bukan aturan kaku. Jika Anda perlu menyesuaikan jadwal puasa Anda karena acara sosial atau alasan lain, itu tidak masalah. Yang terpenting adalah konsistensi jangka panjang, bukan kesempurnaan setiap hari.

Dengan mengikuti tips-tips ini, Anda dapat memulai perjalanan intermittent fasting Anda dengan cara yang aman dan berkelanjutan. Ingat, setiap orang berbeda, jadi penting untuk menemukan pendekatan yang paling cocok untuk Anda.