Sukses

Kata Arkais Adalah Istilah yang Berhubungan dengan Masa Lalu, Ini Contohnya

Kata arkais adalah memiliki arti berhubungan dengan masa lalu.

Liputan6.com, Jakarta Kata arkais adalah kata-kata yang sudah jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari karena perkembangan bahasa. Meski tak lagi umum dipakai, kata-kata ini masih bisa ditemukan dalam teks-teks lama atau karya sastra klasik. Arkais berasal dari kata "archaic" yang berarti kuno. Kata-kata ini sering mencerminkan budaya atau zaman tertentu.

Karakteristik utama dari kata arkais adalah bentuk dan maknanya yang terasa usang atau tidak relevan dengan konteks modern. Kata-kata ini sering memiliki ejaan, struktur, atau arti yang berbeda dari kata-kata yang digunakan dalam bahasa kontemporer. Meski begitu, kata arkais tetap memiliki keunikan karena merepresentasikan masa lalu dalam bahasa.

Fungsi kata arkais biasanya untuk memperkuat nuansa historis atau artistik dalam tulisan, terutama dalam sastra, puisi, atau drama klasik. Contoh kata arkais adalah "belia" yang dulu berarti muda, atau "adinda" yang kini lebih sering digantikan dengan kata "adik."

Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai pengertian kata arkais beserta karakteristik, fungsi, dan contohnya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Minggu (20/10/2024). 

2 dari 5 halaman

Kata Arkais dan maknanya

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata arkais adalah kata yang sudah jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari karena dianggap kuno atau tidak lagi relevan. Kata-kata ini biasanya muncul dalam teks-teks lama atau dokumen historis. Meskipun tidak lagi digunakan secara luas, kata arkais tetap memiliki tempat dalam literatur klasik dan keilmuan bahasa. Arkais sendiri berasal dari Bahasa Yunani "arkhaikos" yang artinya kuno. Kata arkais adalah memiliki arti berhubungan dengan masa lalu.

Secara umum, kata arkais merujuk pada kosa kata yang telah mengalami pergeseran makna atau hilang dari penggunaan modern. Kata-kata ini sering muncul dalam bahasa yang berkembang dari zaman ke zaman, mencerminkan bagaimana bahasa menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat. Arkaisitas suatu kata sering kali mencerminkan aspek budaya dan sejarah dari suatu periode tertentu.

Dalam buku Bahasa Indonesia dalam Kajian Struktur dan Makna (2015) karya A. Chaer, kata arkais dijelaskan sebagai kosa kata yang tidak lagi produktif dalam komunikasi modern. Buku ini menyoroti bahwa kata arkais lebih sering ditemukan dalam karya sastra klasik, perundang-undangan lama, atau naskah kuno. Penggunaan kata arkais dalam konteks ini biasanya berfungsi untuk memperkuat nuansa historis atau kesan tradisional dalam sebuah teks.

Menurut kajian bahasa, kata arkais sering digunakan oleh penulis sastra untuk memberikan efek estetik atau menciptakan suasana zaman lampau. Misalnya, dalam puisi atau prosa lama, penggunaan kata seperti beta (saya) atau baharu (baru) memberikan kesan tradisional yang kuat. Kata-kata ini juga digunakan dalam teks hukum atau agama yang sudah berusia ratusan tahun.

Dalam jurnal Evolusi Bahasa dan Pengaruh Budaya (2020) penulis M. Siregar menjelaskan bahwa kata arkais dapat membantu mengkaji perkembangan bahasa dari masa ke masa. Kata-kata yang dulunya umum dapat memberikan wawasan tentang bagaimana bahasa, budaya, dan sejarah saling terkait.

3 dari 5 halaman

Karakteristik Kata Arkais

Kata arkais merupakan salah satu jenis kosakata dalam bahasa Indonesia yang sudah jarang digunakan dalam interaksi atau percakapan sehari-hari. Kata-kata ini biasanya ditemukan dalam teks-teks klasik seperti hikayat, karya sastra lama, atau berbagai naskah kuno yang ditulis pada masa lampau.

Penggunaan kata-kata arkais dalam hikayat tidak hanya untuk menyampaikan makna atau cerita, tetapi juga untuk membangun karakter dan menghidupkan setting dalam masa yang diinginkan oleh penulis. Salah satu ciri utama dari kata arkais adalah frekuensi penggunaannya yang sangat minim dalam komunikasi sehari-hari, serta tidak lagi ditemukan dalam kosakata umum yang digunakan masyarakat modern saat ini.

Selain itu, kata-kata arkais sering kali memiliki struktur morfologi dan pola fonologi yang berbeda dari kata-kata yang lazim digunakan dalam bahasa modern. Sebagai contoh, kata-kata arkais kerap menggunakan ejaan atau cara pengucapan yang sudah tidak berlaku lagi dalam bahasa Indonesia kontemporer. Misalnya, penggunaan huruf "j" untuk mewakili bunyi "y" adalah salah satu karakteristik yang sering dijumpai dalam bahasa Jawa Kuno.

Lebih lanjut, kata arkais juga sering kali memiliki arti atau makna yang sudah tidak lazim atau bahkan tidak dikenal lagi oleh generasi sekarang. Hal ini terjadi karena perkembangan bahasa yang mengalami perubahan makna seiring dengan berjalannya waktu. Oleh sebab itu, untuk memahami makna asli dari kata arkais, diperlukan kajian yang lebih mendalam terhadap konteks penggunaan serta teks-teks kuno yang memuat kata tersebut.

Secara keseluruhan, karakteristik dari kata arkais mencakup jarangnya penggunaan dalam percakapan sehari-hari, struktur morfologi dan fonologi yang unik, serta arti atau makna yang sudah tidak umum di zaman sekarang.

4 dari 5 halaman

Jenis Kata Arkais dan Contoh Kalimatnya

1. Mahajana

Pada zaman kerajaan, mahajana digunakan sebagai gelar untuk orang yang sangat masyhur di seluruh negeri. Contohnya, "Raja memberikan gelar mahajana kepada pemimpin yang telah berjasa besar dalam menjaga kestabilan kerajaan."

2. Menjura

Arti dari menjura, yang sempat ramai dibahas beberapa tahun lalu, berawal dari perdebatan emoji 'terima kasih' dalam chat. Contoh penggunaannya, "Mereka akan menjura sebagai tanda penghargaan pada acara penghargaan tahunan."

3. Gadamala

Gadamala, dalam ragam arkais, merujuk pada tanaman obat yang kerap dijadikan bumbu dapur, yang artinya lengkuas. Sebagai contoh, "Ibu menggunakan gadamala untuk menambahkan cita rasa autentik pada masakan tradisionalnya."

4. Acaraki

Meskipun secara arkais artinya peracik minuman herbal atau pembuat jamu, acaraki kembali populer sebagai nama cafe dan produk minuman herbal. Contoh kalimat, "Kami akan berkunjung ke Acaraki untuk menikmati suasana kafe yang unik dan menyegarkan minuman herbalnya."

5. Someng

Someng, dalam ragam arkais, digunakan untuk menyatakan sesuatu yang tidak sedap dilihat atau didengar. Contoh kalimat, "Respon yang someng terhadap karyanya membuat seniman itu menggali lebih dalam dalam ekspresi kreatifnya."

6. Bergas

Dalam kosakata populer, bergas berarti 'mengandung banyak gas,' tetapi dalam ragam arkais, bergas termasuk dalam kata sifat yang digunakan untuk menggambarkan laki-laki yang gagah berani. Sebagai contoh, "Pahlawan dalam cerita tersebut dikenal sebagai sosok yang sangat bergas dan penuh keberanian."

5 dari 5 halaman

Contoh Kata Arkais dan Artinya

Selain mengetahui jenis kata arkais dan contoh kalimatnya, anda juga perlu mengetahui contoh kata arkais dan artinya. Berikut rinciannya:

  1. Budaya - Warisan kebudayaan.
  2. Pancawala - Limang sense atau kemampuan indera.
  3. Saluhung - Mulia dan luhur.
  4. Sembrani - Kuda tunggangan yang cepat.
  5. Adiraja - Raja yang bijaksana dan adil.
  6. Sanggam - Orang yang pandai dalam menguasai ilmu.
  7. Kencana - Peralatan untuk menyimpan harta berharga.
  8. Pandai - Cerdas dan mahir.
  9. Pasal - Aturan atau hukum.
  10. Wisata - Perjalanan atau petualangan.
  11. Sadewa - Tokoh cerita atau hikayat.
  12. Subur - Makmur dan tumbuh dengan subur.
  13. Gagah - Pemberani dan kuat.
  14. Sental - Sekedarnya atau sedikit.
  15. Budi - Akal budi dan pikiran yang bijaksana.
  16. Subali - Yang memiliki kekuatan dan akal yang bijaksana.
  17. Bonyok - Tua dan rapuh.
  18. Sumilir - Berlalu atau hilang.
  19. Mudo - Muda atau anak muda.
  20. Balun - Lewat atau melintasi.
  21. Anugrah - Berkat atau karunia.
  22. Pamit - Permisi atau berpamitan.
  23. Titah - Perintah atau anjuran.
  24. Prahara - Bencana atau kekacauan.
  25. Malem - Malam atau waktu gelap.
  26. Sukma - Jiwa atau pikiran.
  27. Resi - Orang yang memiliki pengetahuan spiritual.
  28. Dukun - Orang yang memiliki ilmu gaib.
  29. Gagak - Burung hitam.
  30. Wangsamandala - Negara yang makmur dan kuat.
  31. Banjur - Kemudian atau selanjutnya.
  32. Alip - Budak atau hamba.
  33. Tatap - Pandang atau memandang.
  34. Karjapati - Gelar untuk seorang raja atau sultan.
  35. Kyai - Guru agama.
  36. Isyarat - Tanda atau bahasa isyarat.
  37. Dukung - Bantu atau menuju.
  38. Wasiat - Petunjuk atau instruksi.
  39. Tawar - Harganya murah atau tidak mahal.
  40. Palar - Jatuh atau runtuh.
  41. Sedurung - Satu buah atau sejenis.
  42. Pangurip - Negeri atau tempat tinggal.
  43. Anak Jaksa - Gelar bagi seorang raja atau sultan.
  44. Pura - Tempat ibadah atau kuil.
  45. Tunduk - Patuh atau taat.
  46. Banyu - Air atau cairan.
  47. Kusir - Pengendara kereta kuda.
  48. Ragil - Santun atau sopan.
  49. Raja - Pemimpin atau penguasa.
  50. Betara - Dewa atau sembahyang.