Sukses

Berat Badan dan Kanker Payudara, Ini 5 Fakta di Balik Mitos Kanker Payudara

Banyak informasi keliru tentang kanker payudara di media sosial. Apakah kamu sudah tahu mana yang mitos dan mana yang fakta?

Liputan6.com, Jakarta Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang paling umum terjadi pada wanita di seluruh dunia. Dengan semakin mudahnya akses informasi melalui platform digital, banyak orang yang mencoba mencari tahu lebih banyak tentang penyakit ini. Namun, tidak semua informasi yang beredar dapat dipercaya.

Di media sosial, sering kali anda menemukan berbagai mitos dan informasi yang tidak akurat mengenai kanker payudara yang dapat menyesatkan dan mempengaruhi pemahaman masyarakat. Oleh karena itu, sangat penting untuk membedakan antara mitos dan fakta agar anda dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat dan mendapatkan perawatan yang benar jika diperlukan.

Memahami fakta-fakta di balik mitos ini dapat membantu wanita membuat keputusan yang lebih baik terkait kesehatan mereka. Dalam artikel ini, akan membahas lima fakta penting yang dapat mengklarifikasi kesalahpahaman umum tentang kanker payudara dan berat badan, sehingga dapat memberikan wawasan yang lebih jelas dan akurat, dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber, Jum'at (25/10/2024).

2 dari 3 halaman

Fakta dan Mitos Tentang Kanker Payudara

1. Antiperspiran Diduga Bisa Menyebabkan Kanker Payudara

Antiperspiran merupakan salah satu produk perawatan yang penting untuk diperhatikan oleh semua orang. Produk ini membantu mengurangi produksi keringat dan menghilangkan bau kurang sedap di area ketiak. Namun, ada kekhawatiran di kalangan beberapa orang terkait penggunaannya. Mengingat deodoran dan antiperspiran dioleskan di dekat area payudara, dan beberapa bahan di dalamnya mungkin memiliki efek seperti estrogen (terutama yang mengandung aluminium dan paraben), ada spekulasi bahwa bahan-bahan ini bisa diserap oleh kulit, meningkatkan risiko kanker payudara.

Meski begitu, penelitian belum menunjukkan adanya hubungan antara paraben dan masalah kesehatan seperti kanker payudara. Selain itu, banyak merek antiperspiran dan deodoran yang sudah tidak lagi menggunakan paraben. Sebaiknya, hindari penggunaan antiperspiran sebelum menjalani mammografi, karena kandungan logamnya bisa terlihat mirip dengan kalsifikasi pada payudara, yang dapat memerlukan pencitraan tambahan dan menimbulkan kekhawatiran.

2. Mammografi Mungkin Menambah Risiko Kanker Payudara

Beberapa wanita yang merasa khawatir tentang kanker payudara mungkin akan memeriksakan kesehatannya dengan mammografi. Prosedur ini menggunakan sinar-X untuk mendapatkan gambar jaringan payudara. Namun, karena mammografi melibatkan beberapa gambar sinar-X, ada kekhawatiran bahwa radiasi dari prosedur ini dapat meningkatkan risiko kanker.

Kenyataannya, radiasi dari mammografi sangat rendah, bahkan lebih rendah dibandingkan radiasi latar belakang yang kamu alami sehari-hari. Menurut Dr. Maxine Jochelson, paparan radiasi selama mammografi setara dengan perjalanan udara melintasi negara atau tinggal di dataran tinggi. Manfaat dari deteksi dini kanker payudara jauh lebih besar dibandingkan risiko kecil dari radiasi ini.

3. Bra Berkawat Diduga Dapat Menambah Risiko Kanker Payudara 

Perhatian terhadap masalah sederhana ternyata penting. Salah satunya adalah penggunaan bra. Bra berkawat yang tidak pas memang bisa menimbulkan ketidaknyamanan, rasa sakit, dan kemungkinan pembengkakan, tetapi tidak benar jika dikatakan dapat meningkatkan risiko kanker payudara.

Menurut Dr. Anna Chichura, seorang ahli onkologi bedah payudara di Cleveland Clinic, Ohio, tidak ada bukti yang mendukung adanya hubungan antara kanker payudara dan ukuran cup bra, atau jumlah rata-rata jam pemakaian bra per hari.

3 dari 3 halaman

Memastikan Apakah Informasi itu Benar?

4. Berat Badan Berlebih Dapat Meningkatkan Risiko Kanker Payudara

Memperhatikan berat badan demi kesehatan adalah faktor penting yang sering diabaikan. Kelebihan berat badan, terutama obesitas, dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara pada wanita, terutama setelah menopause. Lemak tubuh diketahui memproduksi hormon estrogen tambahan yang dapat memicu pertumbuhan sel kanker payudara. Selain itu, obesitas dapat menyebabkan peradangan kronis dalam tubuh, yang berpotensi merusak sel-sel sehat dan berkontribusi pada perkembangan kanker.

Menjaga berat badan dalam batas sehat sangat penting untuk menurunkan risiko kanker payudara. Kelebihan berat badan dan obesitas dapat meningkatkan kadar estrogen dalam tubuh dan menyebabkan peradangan kronis, yang keduanya merupakan faktor risiko utama untuk kanker payudara. Oleh karena itu, penting untuk menjalani gaya hidup sehat, termasuk mengonsumsi makanan seimbang dan berolahraga secara rutin.

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence