Liputan6.com, Jakarta Apa yang dimaksud dengan Permissive Parenting? Permissive parenting, atau yang dikenal dengan pola asuh permisif, adalah sebuah pendekatan dalam mendidik anak di mana orang tua memberikan kebebasan yang luas. Orang tua dengan pendekatan ini cenderung tidak menetapkan aturan yang ketat dan jarang menerapkan disiplin dalam pengasuhan. Tujuan utama mereka adalah memberikan kebebasan dan mendukung anak untuk mengeksplorasi diri.
Namun, kebebasan ini sering kali datang tanpa adanya kontrol atau batasan yang jelas. Berdasarkan penelitian dari NCBI, pendekatan ini dapat membuat anak-anak kurang memahami tanggung jawab karena minimnya aturan yang ditegakkan. Orang tua yang mengadopsi pola asuh permisif lebih sering berperan sebagai teman bagi anak-anak mereka daripada sebagai sosok otoritatif.
Mereka cenderung menghindari konflik dan berusaha untuk tidak membuat anak merasa tidak nyaman. Meskipun tujuan dari pendekatan ini adalah untuk menciptakan hubungan yang harmonis, sering kali anak-anak menjadi kurang disiplin.
Advertisement
Dalam artikel Verywell Mind disebutkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh permisif mungkin mengalami kesulitan dalam mengatur diri sendiri karena kurangnya struktur dalam kehidupan sehari-hari mereka. Walaupun pola asuh permisif tampak penuh kasih dan perhatian, penelitian menunjukkan bahwa anak-anak mungkin tidak mengembangkan keterampilan sosial dan akademis yang memadai.
Hal ini terjadi karena mereka tidak terbiasa dengan batasan yang harus diikuti atau konsekuensi dari tindakan mereka. Oleh sebab itu, meskipun anak merasa diterima dan didukung, mereka dapat menghadapi tantangan ketika harus menyesuaikan diri dengan aturan di lingkungan luar. Berikut penjelasan selengkapnya tentang permissive parenting sebagaimana dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber pada Senin (28/10/2024):
1. Dampak Permissive Parenting pada Anak
Salah satu efek yang sering terlihat dari pola asuh yang terlalu membiarkan adalah kurangnya kemampuan anak untuk mengendalikan diri. Anak-anak ini terbiasa mendapatkan apa yang mereka inginkan tanpa harus menghadapi konsekuensi yang jelas. Akibatnya, mereka mungkin tumbuh menjadi individu yang kurang bertanggung jawab dan mengalami kesulitan dalam mengatur waktu, emosi, atau tugas sehari-hari.
Penelitian dari NCBI juga menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dengan gaya pengasuhan ini cenderung lebih impulsif dan berisiko mengalami masalah perilaku di masa depan. Selain itu, anak-anak yang diasuh dengan cara yang terlalu membiarkan mungkin kurang menghormati otoritas. Mereka tidak terbiasa dengan peraturan dan mungkin merasa sulit menyesuaikan diri ketika berada di sekolah atau lingkungan yang lebih terstruktur.
Dalam jangka panjang, ini dapat mempengaruhi prestasi akademis mereka dan hubungan sosial dengan teman sebaya. Menurut Verywell Mind, pola asuh yang terlalu membiarkan dapat mengurangi kemampuan anak untuk mematuhi aturan di luar rumah, seperti di sekolah atau tempat kerja.
Namun, tidak semua dampak dari pola asuh permisif bersifat negatif. Anak-anak yang dibesarkan dengan kebebasan yang besar sering kali menjadi individu yang kreatif, penuh inisiatif, dan mandiri. Mereka juga cenderung memiliki ikatan emosional yang kuat dengan orang tua, karena merasa didukung dan diterima apa adanya. Namun, kunci dari pola asuh ini adalah menemukan keseimbangan yang tepat antara kebebasan dan aturan.
Advertisement
2. Cara Menemukan Keseimbangan dalam Pola Asuh
Meskipun tampak menantang, menemukan keseimbangan dalam pola asuh sangat penting untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anak. Orang tua perlu memberikan cukup kebebasan agar anak-anak dapat bereksplorasi, namun tetap harus menetapkan batasan yang jelas agar anak memahami adanya aturan yang harus dipatuhi.
Sebagai contoh, orang tua dapat memberikan pilihan kepada anak, tetapi juga menetapkan batasan waktu atau perilaku yang sesuai. Seperti yang disarankan oleh Verywell Mind, penting bagi orang tua untuk konsisten dengan aturan yang sudah ada, meskipun tidak perlu terlalu kaku dalam penerapannya.
Disiplin yang positif dan penuh kasih sayang bisa menjadi alternatif bagi orang tua yang ingin memberikan kebebasan kepada anak tanpa kehilangan kendali. Orang tua dapat menggunakan metode seperti konsekuensi alami, di mana anak belajar dari kesalahan mereka tanpa merasa dihukum. Dengan cara ini, anak dapat mengembangkan keterampilan pengendalian diri dan memahami batasan dengan cara yang lebih sehat.
Pada akhirnya, pola asuh yang terbaik adalah yang disesuaikan dengan karakter anak dan situasi keluarga. Pola asuh permisif mungkin cocok untuk beberapa anak, tetapi penting untuk diingat bahwa setiap anak memerlukan struktur dan batasan agar dapat berkembang secara optimal. Keseimbangan antara kebebasan dan aturan adalah kunci untuk membesarkan anak yang mandiri namun tetap bertanggung jawab.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence