Liputan6.com, Jakarta Dalam beberapa waktu terakhir, istilah 'jam koma' viral di media sosial. Istilah ini dipopulerkan oleh para generasi Z. Jam koma merujuk pada kondisi saat tubuh merasa lelah karena penurunan energi. Hal ini biasanya terjadi di pagi hari atau malam hari.
Baca Juga
Advertisement
Saking lelahnya, kondisi 'jam koma' membuat gen Z sulit fokus dan berkonsentrasi pada hal-hal yang harus dikerjakan. Fenomena seperti ini kerap dikaitkan dengan brain fog yang bikin otak sulit berkonsentrasi hingga kesulitan memproses informasi dengan jelas. Kondisi ini sering dialami oleh generasi muda, khususnya generasi Z, yang sering kali mengeluhkan rasa lelah yang berujung pada penurunan produktivitas.
Jam koma menjadi istilah yang populer di kalangan generasi Z karena dapat menggambarkan kondisi kelelahan yang mereka rasakan secara nyata. Istilah ini seakan menjadi bahasa universal yang dapat menjelaskan pengalaman pribadi mereka dalam menghadapi tantangan dan tuntutan kehidupan sehari-hari yang padat. Lantas, apa itu brain fog?
Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai brain fog yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Senin (28/10/2024).
Mengenal Brain Fog
Mengutip dari laman Cleveland Clinic, brain fog membuat seseorang kesulitan mengerjakan tugas dan kehilangan alur berpikir di tengah-tengah percakapan. Dengan kata lain, brain fog adalah suatu sindrom di mana seseorang kesulitan untuk memusatkan fokus dan konsentrasi terhadap suatu hal. Beberapa hal bisa terjadi saat seseorang mengalami brain fog, diantaranya sulit konsentrasi, bingung, kelelahan, kelupaan, hingga berpikir lambat.
Namun demikian, brain fog tak termasuk ke dalam kategori masalah medis. Kondisi ini bisa muncul akibat masalah-masalah tertentu. Setiap orang akan mengalami masalah yang berbeda akibat brain fog. Namun, pada dasarnya, brain fog akan memengaruhi kemampuan kognitif otak.
Selain kurang istirahat, brain fog juga kerap dikaitkan dengan kondisi medis tertentu seperti diabetes, hipoglikemia, kecemasan, perubahan hormon saat kehamilan dan menopause, dan stres. Kondisi-kondisi tersebut dapat menyebabkan gangguan pada konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan berpikir jernih.
Meskipun brain fog tidak dianggap sebagai masalah medis serius, kondisi ini tetap perlu ditangani dengan baik. Mengatur pola tidur, mengelola stres, dan menjaga kesehatan mental dan fisik dapat membantu mengatasi brain fog. Jika gejala berlangsung lama atau mengganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Advertisement
Gejala Brain Fog
Dikutip dari laman Medical News Today, Brain fog adalah suatu gejala bukan diagnosis medis. Gejala ini bisa terasa berbeda pada setiap orang, dan mereka mungkin tidak menggunakan istilah yang sama untuk merujuk pada berbagai gejala. Adapun sejumlah gejala yang termasuk dalam sindrom brain fog adalah sebagai berikut:
- Mudah lupa saat membicarakan suatu hal.
- Tidak dapat berpikir jernih.
- Konsentrasi buruk.
- Sulit untuk memusatkan fokus pada suatu hal.
- Merasa bingung
- Lelah
- Mudah teralihkan perhatiannya
- Mengalami kesulitan mengatur pikiran atau aktivitas
- Kesulitan menemukan kata yang tepat
- Timbul rasa lesu
- Sulit untuk mempertahankan rutinitas yang terstruktur
- Mengalami kondisi kebingungan mental
- Melupakan tugas dan tanggal penting
Brain fog dapat menciptakan siklus yang dapat memperburuk gejala depresi. Saat Anda mengalami brain fog, Anda mungkin merasa sulit untuk melakukan tugas harian, memenuhi harapan pekerjaan, atau bahkan terlibat dalam percakapan yang ramah. Semua pengalaman ini dapat menyebabkan perasaan frustrasi, tidak berdaya, dan harga diri yang buruk sehingga memperburuk gejala depresi.
Penyebab Brian Fog
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya brain fog merupakan kondisi yang sering dikaitkan dengan ‘jam koma’ ala Gen Z, yakni:
1. Efek Samping Penggunaan Obat-Obatan
Berbagai jenis obat-obatan, seperti antidepresan, obat antikolinergik, dan obat penenang, diketahui memiliki efek samping dalam memengaruhi kinerja saraf dan zat kimia di otak. Efek ini dapat menyebabkan gejala seperti mudah mengantuk, perubahan suasana hati, hingga munculnya kondisi yang disebut brain fog. Selain itu, perawatan kemoterapi yang dilakukan oleh pasien kanker juga dikenal memiliki efek samping berupa brain fog, yang disebut dengan istilah "chemo brain". Kondisi ini biasanya akan membaik dalam jangka waktu 9-12 bulan setelah penyelesaian rangkaian perawatan kemoterapi.
2. Kekurangan Asupan Nutrisi
Orang yang kekurangan asupan nutrisi penting, seperti protein, zat besi, vitamin B kompleks, vitamin E, dan asam lemak omega-3, berisiko mengalami brain fog dan gangguan fungsi kognitif. Selain itu, jika seseorang memiliki alergi makanan tertentu, brain fog juga dapat terjadi setelah mengonsumsi makanan penyebab alergi tersebut, seperti kacang dan produk olahan susu.
3. Stres
Stres yang berkepanjangan dapat memicu kelelahan mental dan turut mengganggu fungsi kognitif. Akibatnya, orang yang mengalami stres kronis cenderung kesulitan untuk memusatkan fokus dan berkonsentrasi, yang merupakan gejala dari brain fog.
4. Kurang Tidur
Salah satu penyebab umum dari brain fog adalah kurang tidur, karena dapat mengganggu kinerja sel-sel otak dalam mengoptimalkan ingatan jangka pendek. Selain itu, kurang tidur juga dapat memicu terjadinya stres, yang pada akhirnya menyebabkan tubuh merasa lelah dan kesulitan berkonsentrasi.
5. Perubahan Hormon
Perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron di dalam tubuh merupakan salah satu penyebab brain fog yang umum terjadi pada wanita, terutama ketika dalam masa kehamilan atau menopause. Kondisi hormonal yang tidak stabil ini dapat memengaruhi fungsi kognitif dan menyebabkan gejala-gejala brain fog.
Advertisement
Cara Mengatasi Brain Fog yang Dikaitkan dengan
1. Berjalan Kaki Secara Teratur
Berjalan kaki secara teratur memilliki banyak manfaat bagi kesehatan. Selain itu, berjalan kaki telah terbukti memiliki berbagai efek positif pada kesehatan mental, termasuk menghilangkan stres, menghilangkan kabut otak, dan meningkatkan kecepatan pemecahan masalah.
Selain itu, berjalan kaki bisa meningkatkan aliran darah ke otak, yang telah dikaitkan dengan peningkatan daya ingat, penurunan risiko gangguan kognitif, dan kemampuan otak yang lebih tinggi.
2. Ubah Pola Makan
Salah satu penyebab utama kabut otak atau brain fog adalah kesehatan usus yang buruk. Pola makan Anda berdampak pada seberapa baik fungsi otak Anda dan dapat meningkatkan beberapa kemampuan mental seperti daya ingat dan konsentrasi. Beberapa bahan makanan, termasuk ikan berlemak, blueberry, kopi, dan kunyit, dianggap dapat meningkatkan daya ingat dan mendukung fungsi otak yang sehat.
3. Berlatih Mindfulness
Anda juga dapat melakukan aktivitas manajemen stres seperti kesadaran untuk meningkatkan fokus, mengurangi stres yang memicu depresi, dan mengurangi kelelahan mental. Anda dapat memulai dengan beristirahat untuk melakukan latihan relaksasi.
4. Tidur yang Cukup
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, salah satu penyebab terjadinya brain fog adalah kurang tidur. Maka dari itu, penting bagi setiap individu untuk mencukupi waktu tidurnya, yaitu 7–9 jam setiap malam, agar terhindar dari sindrom brain fog. Bila perlu, Anda juga dapat mengoptimalkan daya ingat dengan tidur siang selama 30 menit.
5. Konsultasi ke Psikolog
Jika gejala brain fog terkait depresi memengaruhi kehidupan sehari-hari dan cara Anda beraktivitas, jangan ragu untuk mencari bantuan dan dukungan dari seorang profesional yakni psikolog. Seorang terapis profesional dapat membantu Anda mengidentifikasi penyebab brain fog dan mengatasi gejalanya.