Liputan6.com, Jakarta Escherichia coli atau yang lebih dikenal dengan sebutan E. coli merupakan bakteri yang secara alami hidup di dalam usus manusia dan berperan penting dalam menjaga kesehatan sistem pencernaan. Meski sebagian besar strain E. coli bersifat tidak berbahaya dan bahkan menguntungkan, beberapa jenis bakteri ini dapat menghasilkan racun yang memicu berbagai gangguan kesehatan, terutama masalah pencernaan seperti diare dan infeksi saluran cerna lainnya.
Kontaminasi E. coli yang berbahaya umumnya terjadi melalui konsumsi makanan dan minuman yang tercemar bakteri ini. Mengingat keberadaan bakteri E. coli sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari manusia, risiko terinfeksi bakteri ini cukup tinggi jika tidak memperhatikan kebersihan dan keamanan pangan yang dikonsumsi. Kondisi ini menjadikan E. coli sebagai salah satu penyebab utama kasus keracunan makanan di berbagai belahan dunia.
Advertisement
Baca Juga
Manifestasi infeksi E. coli dapat bervariasi pada setiap individu, dengan diare sebagai gejala yang paling umum ditemui ketika bakteri ini menyerang sistem pencernaan. Masa inkubasi bakteri ini berkisar antara 2-5 hari setelah paparan, di mana selama periode tersebut penderita mulai menunjukkan berbagai gejala infeksi. Severitas gejala yang muncul dapat berbeda-beda tergantung pada strain bakteri yang menginfeksi dan kondisi sistem imun penderita.
Memahami karakteristik dan potensi bahaya E. coli menjadi sangat penting dalam upaya pencegahan infeksi bakteri ini maupun pengobatannya. Untuk itu, anda perlu mengenali gejala infeksi bakteri e. coli.
Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai gejala infeksi bakteri e coli beserta penyebab dan pengobatannya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Selasa (29/10/2024).
Mengenal Infeksi Bakteri E. Coli
Infeksi E. coli (Escherichia coli) menjadi salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi akibat konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi. Bahaya kontaminasi ini terutama berasal dari sayuran dan daging mentah atau makanan yang tidak dimasak dengan sempurna. Meski diare menjadi gejala yang paling umum ditemui, infeksi E. coli dapat menimbulkan komplikasi serius jika tidak ditangani dengan tepat.
Pada dasarnya, E. coli merupakan bakteri komensal yang secara alami hidup dan berkembang dalam sistem pencernaan manusia dan hewan. Meskipun sebagian besar strain E. coli tidak membahayakan kesehatan atau hanya menyebabkan diare ringan, beberapa jenis tertentu dapat memicu infeksi usus serius yang ditandai dengan gejala seperti diare akut, nyeri perut, dan demam.
Prognosis infeksi E. coli, khususnya strain O157:H7, umumnya baik pada orang dewasa sehat dengan masa pemulihan sekitar satu minggu. Namun, risiko komplikasi serius seperti gagal ginjal atau hemolytic uremic syndrome meningkat signifikan pada kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, penderita immunocompromised, dan wanita hamil. Kondisi ini memerlukan penanganan medis segera untuk mencegah dampak yang mengancam jiwa.
Pencegahan infeksi E. coli sangat penting dilakukan melalui praktik keamanan pangan dan higiene yang baik. Hal ini mencakup mencuci sayuran dengan bersih, memasak daging hingga matang sempurna, menghindari konsumsi produk susu yang tidak dipasteurisasi, serta menjaga kebersihan tangan dan peralatan masak.
Advertisement
Penyakit yang Dapat Ditimbulkan Akibat Infeksi Bakteri E. Coli
Dikutip dari laman Rumah Sakit Siloam Hospital, terdapt beberapa penyakit yang diakibatkan oleh infeksi bakteri e. coli, yakni:
1. Infeksi saluran kemih
Bakteri E. coli yang menyerang ginjal, kandung kemih, atau uretra dapat menyebabkan infeksi pada saluran kemih. Kondisi ini dapat ditandai dengan frekuensi buang air kecil yang makin sering, nyeri saat buang air kecil, serta demam.
2. Pneumonia
Ketika E. coli menyerang jaringan paru-paru, kondisi ini dapat berkembang menjadi pneumonia atau peradangan paru-paru. Beberapa gejala yang mungkin dialami adalah batuk, demam, hingga sesak.
3. Sindrom hemolitik uremik
Salah satu komplikasi serius dari infeksi E. coli adalah sindrom yang ditandai dengan kerusakan sel-sel darah merah dan pembuluh darah. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan fungsi organ vital dan memerlukan penanganan medis segera untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
4. Infeksi selaput otak (meningitis)
Infeksi ini terjadi pada bayi yang baru lahir yang dapat menyebabkan peradangan pada selaput otak atau meningitis yang sangat berbahaya. Gejalanya meliputi demam, mual dan muntah, kejang, hingga penurunan kesadaran.Â
Penyebab Infeksi Bakteri E. Coli
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri E. coli umumnya berasal dari strain khusus yang mampu menghasilkan toksin atau racun yang berbahaya bagi tubuh manusia. Kelompok E. coli penghasil toksin ini memiliki kemampuan untuk menempel pada dinding usus dan mengeluarkan racun yang dapat merusak sel-sel tubuh, terutama di sistem pencernaan. Adapun beberapa jenis E. coli yang berbahaya bagi kesehatan, di antaranya sebagai berikut:
- Shiga toxin-producing E. coli (STEC).
- Enteroaggregative E. coli (EAEC).
- Enterotoxigenic E. coli (ETEC).
- Enteropathogenic E. coli (EPEC).
- Enteroinvasive E. coli (EIEC).
- Uropathogenic E. coli (UPEC).
- E. coli K1.
Perlu diketahui bahwa infeksi bakteri E. coli dapat menyerang manusia melalui beberapa jalur penularan, dengan tiga cara utama yaitu konsumsi cairan terkontaminasi, makanan yang tercemar, dan kontak langsung dengan pembawa bakteri. Masing-masing jalur penularan ini memiliki karakteristik dan risiko yang berbeda, namun sama-sama berpotensi menyebabkan infeksi serius jika tidak diwaspadai dengan baik.
Konsumsi cairan yang terkontaminasi menjadi salah satu sumber utama infeksi E. coli, terutama ketika seseorang tidak sengaja menelan air dari sumber yang tercemar seperti sungai, danau, atau saluran irigasi. Air di tempat-tempat tersebut sangat berisiko terkontaminasi bakteri E. coli melalui kotoran manusia dan hewan yang tercampur di dalamnya. Aktivitas seperti berenang di perairan yang tercemar juga meningkatkan risiko terpapar bakteri ini.
Jalur penularan yang paling umum terjadi adalah melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi E. coli. Beberapa jenis makanan yang sering menjadi sumber kontaminasi termasuk daging giling yang tidak dimasak sampai matang, produk susu yang tidak melalui proses pasteurisasi, serta sayuran mentah yang tidak dicuci dengan bersih. Proses pengolahan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis juga dapat meningkatkan risiko kontaminasi bakteri ini.
Penularan melalui kontak langsung bisa terjadi antara manusia dengan manusia atau antara manusia dengan hewan yang membawa bakteri E. coli. Kebiasaan tidak mencuci tangan dengan benar setelah ke toilet atau setelah menangani orang yang terinfeksi menjadi faktor utama penyebaran bakteri ini. Feses dan muntahan dari penderita infeksi E. coli juga dapat menjadi media penularan yang efektif jika tidak ditangani dengan prosedur yang tepat.
Advertisement
Gejala Umum dari Infeksi Bakteri E. Coli
Perlu diingat bahwa infeksi bakteri e. coli dapat berbeda-beda pada setiap orang. Jika bakteri E. coli menyerang pencernaan, salah satu gejala utama kondisi ini adalah diare. Gejala yang umumnya terlihat adalah sebagai berikut:
- Mual dan muntah.
- Nyeri perut.
- Perut kembung.
- Penurunan nafsu makan.
- Demam.
- Pusing.
Pada kasus yang lebih serius, infeksi juga bisa menimbulkan gejala seperti:
- Urine berdarah,
- Berkurangnya jumlah urine,
- Kulit pucat,
- Memar
- Dehidrasi.
Pengobatan Infeksi Bakteri E. Coli
Infeksi E. coli pada saluran pencernaan umumnya memiliki prognosis yang baik dengan masa pemulihan berkisar beberapa hari, meskipun durasi penyembuhan dapat bervariasi tergantung pada kondisi sistem imun masing-masing individu. Pada kasus-kasus yang menunjukkan gejala lebih serius, penanganan medis melalui pemberian antibiotik untuk strain E. coli tertentu mungkin diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Selama masa pemulihan, penderita infeksi E. coli sangat disarankan untuk menjaga kecukupan cairan tubuh mengingat risiko dehidrasi yang tinggi akibat diare dan muntah yang dialami. Asupan cairan yang adekuat tidak hanya membantu menggantikan cairan tubuh yang hilang, tetapi juga mendukung proses pemulihan sistem pencernaan secara keseluruhan. Penting juga untuk menghindari konsumsi makanan yang berpotensi memperparah infeksi seperti daging dan sayuran mentah.
Advertisement