Sukses

Empiris adalah Salah Satu Bentuk Pendekatan Penelitian Ilmiah, Begini Metodenya

Empiris adalah istilah yang merujuk pada pengumpulan data yang berdasarkan pengalaman langsung, observasi, dan fakta konkret.

Liputan6.com, Jakarta Dalam sebuah penelitian ilmiah, pendekatan yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data sangat menentukan kualitas hasil yang diperoleh. Salah satu pendekatan yang paling mendasar adalah pendekatan empiris. Empiris adalah istilah yang merujuk pada pengumpulan data yang berdasarkan pengalaman langsung, observasi, dan fakta konkret. Dengan menekankan bukti nyata dan observasi yang mendalam, pendekatan ini menjadi fondasi penting dalam metode ilmiah.

Penelitian ilmiah tidak hanya merupakan sekadar proses pengumpulan informasi, tetapi juga merupakan investigasi yang kompleks yang memerlukan ketelitian dan metode yang tepat. Empiris adalah pendekatan yang berperan sebagai landasan utama dalam mengembangkan pengetahuan yang dapat diuji dan diverifikasi. Melalui empirisme, peneliti dapat membangun argumen dan teori yang didasarkan pada data yang bisa diobservasi, sehingga memberikan bobot dan kredibilitas pada kesimpulan yang diambil.

Berlaku di berbagai bidang, mulai dari sosial, ekonomi, hingga sains dan kesehatan, penelitian empiris menawarkan cara yang efektif untuk memahami fenomena yang ada di sekitar kita. Berikut ulasan lebih lanjut tentang empiris adalah bentuk pendekatan penelitian ilmiah yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (29/10/2024).

2 dari 7 halaman

Pengertian Empiris

Empiris merupakan istilah yang memiliki makna penting dalam dunia penelitian ilmiah. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), empiris diartikan sebagai sesuatu yang berlandaskan pengalaman, terutama yang diperoleh melalui penemuan, percobaan, dan pengamatan. 

Definisi ini diperkuat oleh Izzatur Rusuli (2015), yang menyebutkan bahwa empiris adalah gagasan rasional yang terbentuk melalui pengalaman individu. Menurut Sugiono (2013), pendekatan empiris juga ditandai dengan metode yang dapat diamati oleh indera manusia, memungkinkan orang lain untuk mengamati dan memahami proses yang dilakukan.

Dalam konteks sosiologi, Yesmin Anwar dan Adang (2008) mendefinisikan empiris sebagai ilmu pengetahuan yang berdasarkan akal sehat, tidak bersifat spekulatif, dan berlandaskan observasi terhadap kenyataan. Dari berbagai definisi ini, dapat disimpulkan bahwa pendekatan empiris berfokus pada pengalaman langsung, pengamatan, percobaan, dan data yang dapat diukur secara nyata.

Penerapan Pendekatan Empiris pada Penelitian

Dalam penelitian ilmiah, pendekatan empiris menjadi esensial karena berfokus pada pengumpulan data melalui metode yang dapat diuji dan diamati. Data yang dihasilkan dari pendekatan ini merupakan informasi yang diperoleh melalui pengamatan, eksperimen, dan pengumpulan data lapangan. Proses ini dilakukan secara sistematis dan logis untuk menemukan, menginterpretasikan, dan merevisi fakta-fakta yang ada.

Penelitian empiris sangat relevan dalam ilmu sosial, yang mencakup berbagai bidang seperti psikologi, ekonomi, sosiologi, dan pendidikan. Dalam konteks ini, penelitian empiris berfungsi untuk mengeksplorasi perilaku manusia dan interaksinya dengan lingkungan sosial. Para ilmuwan menggunakan bukti-bukti empiris, yang dikumpulkan baik melalui metode penelitian kuantitatif maupun kualitatif, untuk mengembangkan teori yang dapat menjelaskan fenomena sosial dan memprediksi perilaku di masa depan.

Satu hal yang membuat penelitian empiris begitu penting adalah penerapan metode ilmiah yang ketat. Setiap ide atau hipotesis harus diuji menggunakan data dari dunia nyata, dan jika hasil pengujian menunjukkan validitas, data tersebut dapat diolah menjadi teori yang lebih luas. Dengan demikian, penelitian empiris berperan dalam memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai manusia dan perilakunya dalam konteks sosial.

Secara keseluruhan, pendekatan empiris memberikan fondasi yang kuat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang sosial. Dengan fokus pada data dan bukti yang dapat diamati, penelitian empiris membantu peneliti untuk memahami realitas dan fenomena yang kompleks di masyarakat, serta menghindari penilaian berdasarkan asumsi semata. Pendekatan ini tidak hanya memperkaya pengetahuan kita tetapi juga memfasilitasi perkembangan teori-teori yang dapat menjelaskan dan memprediksi perilaku manusia.

3 dari 7 halaman

Sejarah Teori Empirisme

Empirisme sebagai pendekatan filosofis memiliki akar sejarah yang dalam dan telah berkontribusi signifikan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Akar empirisme dapat ditelusuri kembali ke tokoh-tokoh penting yang mengembangkan prinsip-prinsip dasar yang menjadi fondasi metode ilmiah modern.

Salah satu tokoh utama dalam sejarah empirisme adalah Francis Bacon (1561-1626), seorang ilmuwan dan filsuf asal Inggris. Bacon dikenal sebagai pelopor metode ilmiah yang mengedepankan pentingnya pengamatan dan eksperimen dalam pengumpulan pengetahuan. Ia menekankan bahwa pengetahuan tidak seharusnya berasal dari asumsi atau spekulasi, melainkan harus didasarkan pada fakta yang dapat diuji dan diamati. Melalui pendekatan ini, Bacon membuka jalan bagi perkembangan penelitian sistematis yang menjadi ciri khas ilmu pengetahuan modern.

Selain Francis Bacon, John Locke (1632-1704) juga merupakan tokoh penting dalam tradisi empirisme. Locke, seorang filsuf Inggris, dikenal dengan teorinya mengenai "tabula rasa," yang menyatakan bahwa pikiran manusia pada awalnya kosong, seperti papan tulis yang bersih, dan kemudian diisi dengan pengalaman melalui indera. 

Teori ini menggarisbawahi pandangan empiris bahwa pengetahuan diperoleh dari pengalaman nyata, bukan dari ide-ide bawaan atau spekulasi. Pemikiran Locke menjadi landasan bagi banyak pemikir dan ilmuwan yang mengikuti, menegaskan pentingnya pengalaman dalam proses belajar dan pengembangan pengetahuan.

Seiring berjalannya waktu, empirisme berkembang dalam berbagai disiplin ilmu, memberikan kontribusi yang besar terhadap metodologi penelitian. Pendekatan ini tidak hanya terbatas pada bidang filsafat, tetapi juga meluas ke ilmu sosial dan alam, di mana pengamatan langsung dan pengumpulan data menjadi kunci dalam memahami fenomena yang kompleks.

4 dari 7 halaman

Metode Penelitian Empiris

Metodologi penelitian empiris berfokus pada pengumpulan data dan informasi melalui pengalaman langsung, observasi, dan eksperimen. Pendekatan ini berakar pada tradisi empirisme yang telah berkembang selama berabad-abad, dengan kontribusi signifikan dari tokoh-tokoh seperti Francis Bacon dan John Locke.

Metodologi penelitian empiris didasarkan pada prinsip bahwa pengetahuan harus bersumber dari pengalaman dan pengamatan nyata, bukan dari spekulasi atau asumsi. Francis Bacon, sebagai salah satu pelopor metode ilmiah, menekankan pentingnya pengamatan sistematis dan eksperimen sebagai cara untuk mengumpulkan bukti. Bacon berargumen bahwa metode ilmiah harus dapat diuji dan diperiksa untuk memastikan kebenarannya.

John Locke, di sisi lain, memperkenalkan konsep "tabula rasa," yang menyatakan bahwa pikiran manusia kosong pada saat lahir dan diisi dengan pengalaman. Ini menegaskan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman inderawi, yang menjadi dasar bagi pendekatan empiris dalam penelitian.

Langkah-langkah dalam Metodologi Penelitian Empiris

Metodologi penelitian empiris umumnya mengikuti langkah-langkah berikut,

Metodologi penelitian empiris umumnya mengikuti langkah-langkah berikut,

  1. Identifikasi Masalah: Menentukan pertanyaan penelitian yang relevan dan penting untuk dijawab.
  2. Pengumpulan Data: Melakukan pengamatan langsung, eksperimen, atau survei untuk mengumpulkan data yang dapat diukur dan diobservasi. Data ini bisa berupa kuantitatif (angka, statistik) atau kualitatif (deskripsi, wawancara).
  3. Analisis Data: Menganalisis data yang telah dikumpulkan untuk mencari pola, hubungan, atau tren. Metode analisis ini bisa berupa statistik untuk data kuantitatif atau analisis tematik untuk data kualitatif.
  4. Penarikan Kesimpulan: Menginterpretasikan hasil analisis untuk menjawab pertanyaan penelitian. Kesimpulan ini harus didasarkan pada data konkret yang telah diperoleh.
  5. Replikasi dan Verifikasi: Menguji kembali hasil penelitian dengan metode yang sama untuk memastikan validitas dan reliabilitas temuan.

 

 

5 dari 7 halaman

Tujuan Penelitian Empiris

Penelitian empiris memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pemahaman terhadap fenomena dunia. Dalam konteks sejarah, sebelum munculnya pendekatan filsafat, banyak keyakinan dan informasi diturunkan dari generasi ke generasi tanpa adanya pembuktian yang jelas. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, terutama sejak era Yunani, kebutuhan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan menjadi semakin mendesak. Berikut adalah beberapa tujuan utama dari penelitian empiris.

1. Membuktikan Dugaan

Salah satu tujuan utama dari penelitian empiris adalah untuk membuktikan atau menguji dugaan (hipotesis) yang diajukan oleh peneliti. Proses ini dilakukan melalui observasi dan percobaan yang sistematis.

  1. Observasi: Peneliti melakukan pengamatan terhadap fenomena yang sedang berlangsung atau meneliti dokumen-dokumen historis untuk mengidentifikasi pola yang relevan. Misalnya, untuk membuktikan bahwa suatu perilaku sosial terjadi dalam masyarakat, peneliti dapat mengamati interaksi antar individu dalam situasi tertentu.
  2. Percobaan: Dalam beberapa kasus, peneliti melakukan percobaan untuk mengumpulkan data baru yang dapat mendukung atau menolak dugaan mereka. Proses ini bertujuan untuk menemukan informasi yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan, memberikan dasar bagi kesimpulan yang diambil.

2. Mengembangkan Ilmu Pengetahuan

Penelitian empiris juga bertujuan untuk mengembangkan dan memperbaharui ilmu pengetahuan. Seiring berjalannya waktu, ilmu pengetahuan yang telah ada dapat menjadi usang atau tidak relevan, meskipun sebelumnya telah dibuktikan melalui penelitian.

  1. Pembaharuan Ilmu: Contoh yang dapat diambil adalah penggunaan alkohol untuk mensterilkan peralatan medis, yang dulunya dianggap sebagai metode yang efektif, namun kini sudah tergantikan dengan teknik yang lebih modern dan efektif. Penelitian empiris berfungsi untuk menggantikan pengetahuan lama dengan informasi baru yang lebih akurat dan relevan.
  2. Data Empiris: Data yang diperoleh melalui penelitian empiris sangat penting dalam memberikan informasi terkini yang dapat berdampak positif pada masyarakat. Data ini menjadi landasan bagi pengembangan teori baru dan praktik yang lebih baik di berbagai bidang, termasuk kesehatan, pendidikan, dan kebijakan publik.
6 dari 7 halaman

Tujuan Penelitian Empiris

Penelitian empiris memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pemahaman terhadap fenomena dunia. Dalam konteks sejarah, sebelum munculnya pendekatan filsafat, banyak keyakinan dan informasi diturunkan dari generasi ke generasi tanpa adanya pembuktian yang jelas. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, terutama sejak era Yunani, kebutuhan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan menjadi semakin mendesak. Berikut adalah beberapa tujuan utama dari penelitian empiris.

1. Membuktikan Dugaan

Salah satu tujuan utama dari penelitian empiris adalah untuk membuktikan atau menguji dugaan (hipotesis) yang diajukan oleh peneliti. Proses ini dilakukan melalui observasi dan percobaan yang sistematis.

  1. Observasi: Peneliti melakukan pengamatan terhadap fenomena yang sedang berlangsung atau meneliti dokumen-dokumen historis untuk mengidentifikasi pola yang relevan. Misalnya, untuk membuktikan bahwa suatu perilaku sosial terjadi dalam masyarakat, peneliti dapat mengamati interaksi antar individu dalam situasi tertentu.
  2. Percobaan: Dalam beberapa kasus, peneliti melakukan percobaan untuk mengumpulkan data baru yang dapat mendukung atau menolak dugaan mereka. Proses ini bertujuan untuk menemukan informasi yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan, memberikan dasar bagi kesimpulan yang diambil.

2. Mengembangkan Ilmu Pengetahuan

Penelitian empiris juga bertujuan untuk mengembangkan dan memperbaharui ilmu pengetahuan. Seiring berjalannya waktu, ilmu pengetahuan yang telah ada dapat menjadi usang atau tidak relevan, meskipun sebelumnya telah dibuktikan melalui penelitian.

  1. Pembaharuan Ilmu: Contoh yang dapat diambil adalah penggunaan alkohol untuk mensterilkan peralatan medis, yang dulunya dianggap sebagai metode yang efektif, namun kini sudah tergantikan dengan teknik yang lebih modern dan efektif. Penelitian empiris berfungsi untuk menggantikan pengetahuan lama dengan informasi baru yang lebih akurat dan relevan.
  2. Data Empiris: Data yang diperoleh melalui penelitian empiris sangat penting dalam memberikan informasi terkini yang dapat berdampak positif pada masyarakat. Data ini menjadi landasan bagi pengembangan teori baru dan praktik yang lebih baik di berbagai bidang, termasuk kesehatan, pendidikan, dan kebijakan publik.
7 dari 7 halaman

Kelebihan Penelitian Empiris

1. Objektivitas

Penelitian empiris berfokus pada fakta dan bukti yang dapat diamati secara langsung. Hal ini mengurangi kemungkinan bias subjektif yang sering muncul dalam pendekatan yang lebih kualitatif. Dengan menggunakan data yang dapat diukur, peneliti dapat membuat kesimpulan yang lebih objektif.

2. Replikabilitas

Temuan dari penelitian empiris dapat direplikasi oleh peneliti lain. Replikasi ini penting untuk memverifikasi kebenaran temuan dan memastikan bahwa hasil yang diperoleh bukan hanya kebetulan. Dengan demikian, penelitian empiris dapat meningkatkan validitas hasil penelitian.

3. Generalisasi

Hasil dari penelitian empiris sering kali dapat digunakan untuk membuat generalisasi tentang populasi atau fenomena yang diteliti. Ini berarti bahwa temuan dapat diterapkan pada konteks yang lebih luas, yang sangat berguna dalam berbagai disiplin ilmu.

4. Pengumpulan Data yang Efisien

Penelitian empiris memungkinkan perolehan informasi secara cepat melalui pengalaman indera. Dalam konteks metode ilmiah, pendekatan ini sangat berguna untuk mengumpulkan data awal dan membentuk kerangka pengujian.

5. Fondasi Pengetahuan

Pendekatan empiris sering menjadi pondasi awal dalam pembentukan pengetahuan tertentu, terutama dalam bidang yang memerlukan pembuktian berbasis fakta.

Kekurangan Penelitian Empiris

1. Keterbatasan dalam Pengukuran

Tidak semua fenomena dapat diukur dengan mudah, dan ada beberapa fenomena yang sulit untuk diamati secara langsung. Misalnya, emosi atau perasaan individu sering kali tidak dapat diukur dengan instrumen kuantitatif.

2. Keterbatasan Indera

Ketidakakuratan informasi dapat terjadi karena keterbatasan indera. Contohnya, benda yang jauh mungkin terlihat kecil, meskipun ukurannya sebenarnya besar. Hal ini dapat menyebabkan pelaporan informasi yang tidak akurat.

3. Perbedaan Persepsi

Kemampuan indera yang relatif berbeda di antara setiap individu dapat menghasilkan perbedaan persepsi. Misalnya, satu individu mungkin merasakan suatu minuman sebagai manis, sementara yang lain merasakannya pahit. Ini menunjukkan bahwa pengalaman subjektif dapat memengaruhi interpretasi hasil penelitian.

4. Keterbatasan dalam Konteks Kualitatif

Penelitian empiris mungkin tidak sepenuhnya dapat menangkap aspek-aspek penting dari konteks sosial atau budaya yang tidak bisa diukur secara kuantitatif. Oleh karena itu, beberapa aspek yang lebih kompleks dari perilaku manusia mungkin terabaikan.

5. Penerapan Terbatas

Pendekatan empiris tidak selalu dapat digunakan secara universal di semua bidang ilmu. Beberapa disiplin, seperti matematika, lebih mengandalkan deduksi daripada pengamatan langsung, sehingga metode empiris mungkin kurang relevan.

6. Keterbatasan Pengetahuan Universal

Meskipun pengalaman dan persepsi merupakan dasar kebenaran dalam pendekatan empiris, ini tidak selalu menghasilkan pengetahuan yang bersifat universal atau memiliki nilai yang sama pentingnya untuk semua orang. Hal ini dapat menyebabkan bias dalam interpretasi hasil.