Sukses

Mitos dan Fakta: Pantangan Makanan untuk Ibu Menyusui, Apa yang Perlu Diketahui?

Dengan kemajuan ilmu kesehatan saat ini, sudah tersedia banyak fakta yang dapat membantu ibu menyusui dalam memilih makanan yang tepat.

Liputan6.com, Jakarta Menjadi seorang ibu yang menyusui adalah sebuah perjalanan yang penuh dengan tantangan dan tanggung jawab. Salah satu hal yang kerap membingungkan bagi para ibu baru adalah mengenai pantangan makanan.

Banyak yang mempercayai bahwa ada makanan tertentu yang sebaiknya dihindari karena dapat mempengaruhi kualitas ASI atau kesehatan bayi. Namun, tidak semua informasi yang beredar di masyarakat memiliki dasar ilmiah yang kuat. Seringkali, mitos-mitos tersebar tanpa bukti yang jelas, menyebabkan ibu menyusui merasa khawatir dan bingung dalam menentukan pilihan makanan.

Dengan kemajuan ilmu kesehatan saat ini, sudah tersedia banyak fakta yang dapat membantu ibu menyusui dalam memilih makanan yang tepat. Memang ada beberapa pantangan yang perlu diperhatikan untuk menghindari risiko alergi atau masalah pencernaan pada bayi, namun ada juga yang hanya sekadar mitos. Memahami perbedaan antara mitos dan fakta ini sangat penting agar kamu bisa tetap sehat dan bayi mendapatkan nutrisi terbaik dari ASI.

Jadi, agar kamu tidak lagi merasa bingung, mari kita telusuri beberapa mitos dan fakta tentang pantangan makanan bagi ibu menyusui berikut ini. Artikel ini akan membantumu memahami mana yang perlu dihindari, mana yang aman, dan bagaimana sebaiknya menjaga asupan nutrisi agar proses menyusui berjalan dengan optimal!

Dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, berikut ini mitos dan fakta terkait makanan pantangan ibu menyusui, Rabu (30/10/2024).

2 dari 6 halaman

Mitos: Ibu Menyusui Tidak Boleh Makan Makanan Pedas

Banyak yang mengira bahwa makanan pedas bisa membuat perut bayi kembung atau menyebabkan diare, tetapi sebenarnya tidak ada bukti ilmiah yang mendukung hubungan antara makanan pedas dan gangguan pencernaan bayi melalui ASI.

Namun, jika kamu merasa tidak nyaman setelah mengonsumsi makanan pedas, lebih baik dihindari. Selain itu, rasa pedas umumnya tidak memengaruhi rasa ASI secara drastis.

3 dari 6 halaman

Mitos: Kacang-Kacangan Harus Dihindari Agar Bayi Tidak Alergi

Secara umum, tidak semua ibu menyusui harus menghindari kacang-kacangan. Disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter apabila ada riwayat alergi kacang dalam keluarga.

Jika tidak ada risiko alergi, kacang-kacangan sebenarnya bisa menjadi sumber protein dan lemak sehat yang sangat berguna bagi ibu dan bayi.

4 dari 6 halaman

Mitos: Minuman Dingin Bisa Membuat ASI Membeku

Mitos ini kerap kali membuat para ibu menyusui merasa khawatir. Namun, pada kenyataannya, suhu minuman yang dikonsumsi tidak memiliki pengaruh langsung terhadap ASI.

Tubuh memiliki mekanisme yang canggih untuk menjaga suhu ASI agar tetap stabil. Jadi, meminum minuman dingin tidak akan mempengaruhi kualitas maupun suhu ASI yang dihasilkan.

5 dari 6 halaman

Mitos: Ibu Menyusui Harus Menghindari Kol dan Brokoli

Taukah kamu? Meskipun kol dan brokoli bisa membuat beberapa orang merasa kembung, hal ini tidak serta-merta mempengaruhi sistem pencernaan bayi.

Jika kamu bisa menikmatinya tanpa masalah pencernaan, kedua sayuran ini sebenarnya adalah sumber serat dan vitamin yang sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh kita.

6 dari 6 halaman

Mitos: Minum Kopi dan Teh Dilarang untuk Ibu Menyusui

Sebenarnya, kafein yang terdapat dalam kopi dan teh tidak sepenuhnya terlarang, tetapi penggunaannya sebaiknya dibatasi. Kafein dalam jumlah kecil dapat masuk ke dalam ASI, sehingga konsumsi yang berlebihan bisa membuat bayi menjadi rewel. Namun, dengan konsumsi terbatas (sekitar 1-2 cangkir per hari), kopi atau teh masih bisa dinikmati dengan aman.

Itulah beberapa mitos dan fakta penting yang perlu diketahui. Jangan biarkan mitos yang beredar membuatmu terlalu cemas saat mengonsumsi makanan. Tetaplah menjaga pola makan yang sehat dan seimbang agar proses menyusui berjalan dengan lancar dan bayi mendapatkan nutrisi terbaik!

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence