Sukses

Nama Lain dari Tari Kancet Ledo Adalah Gong: Makna, Fungsi, dan Properti Khas Suku Dayak

Tari Kancet Ledo merupakan tari tradisional yang berasal dari suku Dayak Kenyah di Kalimantan Timur.

Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat Indonesia, khususnya suku Dayak di Kalimantan Timur, perlu mengetahui bahwa nama lain dari Tari Kancet Ledo adalah Tari Gong. Tarian khas yang menampilkan keanggunan dan kelembutan sosok wanita ini sarat akan makna filosofis.

Mengenal Tari Kancet Ledo atau Tari Gong berarti turut melestarikan salah satu kekayaan budaya Indonesia.

Tari Kancet Ledo merupakan tari tradisional yang berasal dari suku Dayak Kenyah di Kalimantan Timur. Tarian ini dibawakan oleh seorang penari wanita yang menari dengan gemulai di atas sebuah Gong, diiringi alunan musik tradisional. Keunikan inilah yang membuat Tari Kancet Ledo dikenal juga dengan nama Tari Gong.

Memahami makna, fungsi, dan properti Tari Kancet Ledo menjadi penting agar masyarakat bisa lebih menghargai warisan leluhur ini. Selain sebagai sarana hiburan, Tari Kancet Ledo juga sarat nilai sakral dalam berbagai upacara adat suku Dayak.

Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya, Rabu (30/10/2024).

2 dari 4 halaman

Nama Lain dari Tari Kancet Ledo Adalah Gong

Nama lain dari Tari Kancet Ledo adalah Tari Gong. Penamaan ini berkaitan erat dengan properti utama yang digunakan dalam tarian, yaitu alat musik Gong. Melansir laman Kemdikbud, penari Tari Kancet Ledo akan menari dengan lemah gemulai di atas sebuah Gong besar, menunjukkan keanggunan dan kelembutan sosok wanita.

Tari Kancet Ledo atau Tari Gong menggambarkan kemolekan seorang gadis Dayak yang menjadi rebutan para pemuda. Seorang penari wanita akan bergerak dengan penuh keseimbangan di atas Gong, mengenakan pakaian adat khas suku Dayak Kenyah yang dilengkapi bulu-bulu burung Enggang. Tak heran bila tarian ini menjadi primadona dalam berbagai festival budaya di Kalimantan Timur.

Meski terlihat sederhana, Tari Kancet Ledo atau Tari Gong sarat akan makna. Tarian ini melambangkan kearifan, keanggunan, dan daya pikat wanita Dayak yang menjaga keseimbangan dalam hidup. Gerak lemah gemulai sang penari diibaratkan seperti sebatang padi yang meliuk tertiup angin, menebar pesona tanpa kehilangan jati dirinya.

Tari Kancet Ledo mengandung unsur magis karena biasa dipertunjukkan dalam ritual adat suku Dayak. Menurut kepercayaan setempat, tarian sakral ini dipersembahkan kepada Dewi Padi agar menganugerahkan kesuburan dan hasil panen melimpah. Makna Tari Kancet Ledo sebagai ungkapan syukur atas berkat dari alam semesta.

Jadi, nama lain Tari Kancet Ledo adalah Tari Gong. Keduanya mengacu pada tarian yang sama, yaitu tari tradisional suku Dayak Kalimantan Timur yang dibawakan seorang penari wanita di atas Gong. Makna tarian ini adalah keanggunan, kelembutan, dan keseimbangan sosok wanita dalam menjaga tradisi sekaligus menghadapi tantangan zaman.

3 dari 4 halaman

Fungsi Tari Kancet Ledo

Tari Kancet Ledo atau Tari Gong memiliki beberapa fungsi penting bagi masyarakat suku Dayak Kalimantan Timur:

1. Sarana Ritual Adat

Melansir laman Kemdikbud, Tari Kancet Ledo kerap ditampilkan dalam ritual adat suku Dayak, khususnya upacara Dangai sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen melimpah. Tarian ini dipercaya sebagai persembahan kepada Dewi Padi agar terus menganugerahkan kesuburan tanah dan tanaman.

2. Hiburan Masyarakat

Tari Kancet Ledo juga berfungsi sebagai sarana hiburan bagi masyarakat Dayak. Tarian ini sering ditampilkan untuk memeriahkan pesta pernikahan, penyambutan tamu kehormatan, atau perayaan kelahiran anak kepala suku. Keindahan gerak tari dan musik pengiringnya seolah memukau penonton tanpa perlu ada respons untuk ikut menari.

3. Presentasi Estetis Budaya

Di era modern, Tari Kancet Ledo kerap ditampilkan dalam berbagai festival seni dan budaya sebagai representasi estetika suku Dayak. Tarian ini menjadi duta kesenian Kalimantan Timur yang mampu memikat wisatawan domestik maupun mancanegara. Melalui Tari Kancet Ledo, kekayaan tradisi Dayak bisa dikenal dunia.

4. Pelestarian Tradisi

Menampilkan Tari Kancet Ledo dalam berbagai acara juga menjadi upaya strategis untuk melestarikan kesenian lokal. Regenerasi penari terus dilakukan agar tarian ini tak lekang oleh zaman. Memperkenalkan Tari Kancet Ledo kepada generasi muda berarti mewariskan nilai-nilai luhur tentang keanggunan, keseimbangan, dan kearifan.

4 dari 4 halaman

Properti Tari Kancet Ledo

Tari Kancet Ledo tidak bisa dipisahkan dari properti khasnya. Berikut adalah beberapa perlengkapan penting yang menjadi ciri khas tarian tradisional suku Dayak ini:

1. Gong

Tari Kancet Ledo sangat identik dengan alat musik Gong, karena itulah tarian ini disebut juga Tari Gong. Penari akan menari dengan luwes di atas sebuah Gong besar sambil menjaga keseimbangan. Gong menjadi pijakan sekaligus simbol keselarasan antara alam, manusia, dan Sang Pencipta.

2. Baju Manik

Busana yang dikenakan penari Tari Kancet Ledo adalah baju manik khas suku Dayak Kenyah. Baju ini terbuat dari kain yang dihiasi dengan manik-manik warna-warni membentuk motif etnik nan indah. Corak dan warna baju manik menyiratkan kebahagiaan sekaligus kesakralan.

3. Rok Manik

Selain baju, penari Tari Kancet Ledo juga mengenakan rok manik sebagai bawahan. Rok ini terbuat dari lembar kain dihias manik-manik yang disusun berlapis hingga tampak mengembang. Gemerincing manik saat penari bergerak seirama dengan iringan musik menambah pesona tarian.

4. Bulu Burung Enggang

Melansir situs budaya Indonesia, penari Tari Kancet Ledo mengenakan hiasan bulu burung Enggang di kedua tangannya. Burung Enggang atau Rangkong dianggap suci oleh suku Dayak. Bulu-bulu Enggang yang dikibas-kibaskan saat menari diyakini sebagai jelmaan sayap Dewi Padi yang turun dari khayangan.

5. Aksesori Kepala

Selain di tangan, bulu burung Enggang juga diselipkan di aksesori kepala penari Tari Kancet Ledo. Hiasan kepala ini disebut "Tajog", semacam topi atau mahkota dengan bulu Enggang di puncaknya. Tajog melambangkan keagungan dan martabat wanita Dayak di mata masyarakat.

6. Aksesori Lainnya

Penari Tari Kancet Ledo juga mengenakan kalung, anting, dan gelang (Teilbeg) sebagai pelengkap busananya. Semua aksesori ini terbuat dari manik-manik dan untaian biji-bijian. Dalam kepercayaan Dayak, aksesori etnik melambangkan kedekatan manusia dengan alam semesta.