Liputan6.com, Jakarta Dunia dikejutkan dengan temuan anggur Shine Muscat berbahaya di Thailand yang mengandung residu pestisida melebihi ambang batas aman. Penemuan ini memicu kekhawatiran global, terutama di negara-negara yang mengimpor anggur Shine Muscat dari China. Investigasi yang dilakukan otoritas Thailand mengungkapkan adanya kandungan zat kimia berbahaya dalam sampel anggur Shine Muscat yang beredar di pasaran.
Kasus anggur Shine Muscat berbahaya ini semakin mendapat perhatian setelah ditemukannya 50 jenis residu beracun dalam sampel yang diuji. Temuan ini membuat para pedagang di Thailand mengalami kerugian besar karena masyarakat mulai menghindari mengonsumsi anggur jenis ini. Bahkan beberapa pedagang terpaksa membuang stok anggur Shine Muscat berbahaya mereka untuk melindungi konsumen.
Advertisement
Baca Juga
Setelah terungkapnya kasus ini, berbagai negara termasuk Malaysia dan Indonesia mulai melakukan penyelidikan terhadap peredaran anggur Shine Muscat berbahaya di wilayah mereka. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya dampak temuan ini terhadap keamanan pangan dan kesehatan masyarakat di kawasan Asia Tenggara.
Untuk kronologi lengkapnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum awal mula dan fakta-fakta penemuan anggur shine muscat berbahaya, pada Rabu (30/10/2024).
Kronologi Penemuan dan Investigasi
Investigasi terhadap anggur Shine Muscat dimulai pada awal Oktober 2024, ketika tiga lembaga utama Thailand yaitu Jaringan Peringatan Pestisida Thailand (Thai-PAN), Dewan Keamanan Konsumen Thailand (TCC), dan Badan Pengawas Obat dan Makanan Thailand (FDA) melakukan pengambilan sampel secara sistematis. Dalam proses ini, sebanyak 24 sampel diambil dari 15 lokasi berbeda di Bangkok dan sekitarnya, dengan 9 sampel diantaranya berasal dari China.
Hasil pengujian laboratorium mengungkapkan temuan yang mengkhawatirkan. Tim peneliti menemukan 50 jenis residu beracun dalam sampel yang diuji, dengan 14 bahan kimia berbahaya melebihi batas aman 0,01 mg/kg. Yang lebih mengkhawatirkan, 22 dari residu yang ditemukan bahkan tidak diatur dalam hukum Thailand, menunjukkan adanya celah dalam regulasi keamanan pangan.
Lebih lanjut, analisis menunjukkan bahwa 37 dari 50 zat yang ditemukan merupakan pestisida sistemik, yang berarti zat-zat ini telah meresap ke dalam jaringan buah dan sulit untuk dihilangkan dengan pencucian biasa. Temuan ini memicu kekhawatiran serius tentang keamanan konsumsi anggur Shine Muscat yang beredar di pasaran.
Advertisement
Dampak Terhadap Pasar dan Pedagang
Temuan ini memberikan pukulan telak bagi para pedagang buah di Thailand. Harga anggur Shine Muscat mengalami penurunan drastis dari 300 baht (sekitar Rp 140.000) per kilogram menjadi hanya 80 baht (sekitar Rp 27.000) per kilogram. Penurunan harga lebih dari 73% ini mencerminkan hilangnya kepercayaan konsumen terhadap keamanan produk tersebut.
Para pedagang di Pasar Kota Muang Satun dan berbagai pasar lainnya di Thailand melaporkan kerugian besar akibat anjloknya penjualan. Beberapa pedagang bahkan terpaksa membuang stok anggur mereka untuk melindungi citra bisnis dan keselamatan konsumen. Situasi ini menciptakan dilema bagi para pedagang yang harus memilih antara menanggung kerugian finansial atau risiko kesehatan konsumen.
Dampak ekonomi ini tidak hanya terbatas pada pedagang kecil, tetapi juga mempengaruhi rantai distribusi secara keseluruhan. Importir dan distributor besar menghadapi tantangan serius dalam mengelola stok yang ada dan mempertahankan kepercayaan mitra bisnis mereka. Banyak toko dan supermarket juga mulai menarik produk ini dari rak mereka sebagai tindakan pencegahan.
Respon Otoritas dan Pengawasan
Otoritas Thailand merespons situasi ini dengan cepat dan tegas. Thai-PAN dan TCC mengumumkan rencana untuk menempuh jalur hukum terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab atas impor anggur berbahaya tersebut. Langkah ini bertujuan untuk mencegah peredaran lebih lanjut dari produk yang berpotensi membahayakan kesehatan masyarakat.
Di Malaysia, Kementerian Kesehatan mengambil langkah proaktif dengan melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap 234 sampel anggur. Meskipun empat sampel ditemukan tidak memenuhi batas residu maksimum, namun tidak ada di antaranya yang merupakan anggur Muscat. Sebagai tindakan pencegahan, Malaysia menerapkan mekanisme uji, penahanan, dan pelepasan yang lebih ketat untuk pengiriman anggur selanjutnya.
Sementara itu di Indonesia, BPOM di bawah pimpinan Taruna Ikrar mengambil langkah koordinatif dengan Kementerian Pertanian. Meskipun belum ada temuan residu pestisida berbahaya pada anggur Shine Muscat di Indonesia, BPOM berencana melakukan sampling di berbagai toko dan pasar untuk memastikan keamanan produk yang beredar di masyarakat.
Advertisement
Risiko Kesehatan dan Pencegahan
Bahaya kesehatan yang ditimbulkan dari konsumsi anggur dengan residu pestisida berlebih tidak bisa dianggap remeh. Para ahli kesehatan menyoroti berbagai risiko jangka pendek seperti mual, diare, kram perut, dan pusing. Namun yang lebih mengkhawatirkan adalah potensi dampak jangka panjang berupa kanker, kerusakan hati, gangguan ginjal, dan masalah paru-paru.
Kelompok yang paling rentan terhadap bahaya ini adalah anak-anak dan ibu hamil. Pada anak-anak, paparan pestisida dapat mengganggu perkembangan organ dan meningkatkan risiko gangguan perilaku seperti autisme dan hiperaktivitas. Sementara pada ibu hamil, kontaminasi pestisida dapat mempengaruhi perkembangan janin dan meningkatkan risiko komplikasi kehamilan.
Untuk mencegah dampak negatif ini, konsumen dianjurkan untuk lebih selektif dalam memilih buah-buahan. Pembelian dari sumber terpercaya, pemeriksaan kondisi fisik buah, dan pencucian intensif sebelum konsumsi menjadi langkah-langkah penting yang perlu dilakukan. Para pedagang juga diharapkan untuk lebih ketat dalam memverifikasi sumber produk dan melakukan pemantauan kualitas secara berkala.
Kasus anggur Shine Muscat ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya sistem pengawasan keamanan pangan yang ketat. Kerjasama antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat menjadi kunci dalam mencegah beredarnya produk pangan berbahaya.