Liputan6.com, Jakarta Sejak diperkenalkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, Kurikulum Merdeka Belajar telah menjadi sorotan utama dalam dunia pendidikan Indonesia. Program yang diharapkan mampu mengatasi ketertinggalan dan meningkatkan kualitas pendidikan ini justru menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan. Beberapa pihak memandangnya sebagai terobosan penting, namun tidak sedikit yang menganggap program ini terlalu ambisius dan kurang relevan di berbagai daerah.
Kurikulum Merdeka Belajar awalnya diperkenalkan sebagai respons terhadap tantangan pandemi Covid-19. Kurikulum ini bertujuan untuk memberikan fleksibilitas bagi sekolah dalam menentukan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi lokal. Namun, penerapan kurikulum baru ini mengundang polemik, terutama terkait kesiapan guru, infrastruktur pendidikan, dan ketimpangan kualitas antara wilayah perkotaan dan pedesaan.
Di masa kepemimpinan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah yang baru, Abdul Mu'ti, kebijakan ini kembali menjadi perhatian. Abdul Mu'ti menyatakan bahwa pihaknya akan melakukan kajian ulang terhadap implementasi Kurikulum Merdeka Belajar, mengingat banyaknya masukan dan keluhan yang diterima terkait kebijakan tersebut.
Advertisement
Latar Belakang Peluncuran Kurikulum Merdeka Belajar
Kurikulum Merdeka Belajar pertama kali diperkenalkan oleh Nadiem Makarim sebagai bagian dari program Merdeka Belajar. Program ini bertujuan untuk mengubah paradigma pendidikan yang selama ini terlalu kaku, dengan memberikan kebebasan kepada siswa dan guru untuk mengeksplorasi materi sesuai minat dan bakat masing-masing.
Nadiem menegaskan bahwa kurikulum ini merupakan tindak lanjut dari kurikulum darurat yang diterapkan selama pandemi Covid-19, namun dengan struktur yang lebih fleksibel.
Advertisement
Keunggulan Kurikulum Merdeka Belajar Menurut Nadiem Makarim
Menurut Nadiem Makarim, Kurikulum Merdeka Belajar dirancang untuk mengatasi ketertinggalan pendidikan di Indonesia. Salah satu indikator keberhasilannya adalah adanya peningkatan partisipasi siswa, efektivitas pembelajaran, serta berkurangnya ketertinggalan siswa dalam pencapaian kompetensi dasar.
Nadiem juga menambahkan bahwa perbaikan infrastruktur dan penerapan teknologi dalam pendidikan menjadi faktor penting dalam keberhasilan kurikulum ini.
Dukungan Pemerintah Terhadap Implementasi Kurikulum Baru
Selama pandemi, pemerintah melalui Kemendikbudristek mengalokasikan anggaran besar untuk mendukung implementasi Kurikulum Merdeka Belajar. Dana tersebut digunakan untuk belanja barang seperti subsidi kuota internet, bantuan operasional pendidikan, serta peningkatan kapasitas tenaga pengajar.
Nadiem menyebutkan bahwa bantuan ini bertujuan untuk mendorong pembelajaran jarak jauh dan memberikan akses pendidikan yang merata di seluruh Indonesia.
Advertisement
Kritik dan Polemik yang Muncul di Masyarakat
Meskipun memiliki tujuan mulia, Kurikulum Merdeka Belajar tidak lepas dari kritik. Beberapa kalangan, termasuk guru dan orang tua siswa, merasa kurikulum ini tidak mempertimbangkan kesiapan infrastruktur pendidikan di daerah.
Di beberapa wilayah, terutama pedesaan, masih ditemukan sekolah yang kekurangan guru serta sarana prasarana yang memadai. Abdul Mu'ti mengakui bahwa masih terdapat ketimpangan kualitas pendidikan antara wilayah perkotaan dan pedesaan.
Kajian Ulang di Era Kepemimpinan Abdul Mu'ti
Setelah menjabat sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti mengumumkan akan melakukan kajian ulang terhadap Kurikulum Merdeka Belajar. Menurutnya, penerapan kurikulum baru ini masih menimbulkan polemik di masyarakat, terutama terkait perubahan sistem pembelajaran yang cukup drastis.
Mu'ti menekankan bahwa kajian ini akan melibatkan berbagai pihak, termasuk dinas pendidikan, pakar, serta masyarakat pengguna layanan pendidikan.
Advertisement
Perubahan Sistem Penjurusan dan Ujian Nasional
Salah satu perubahan signifikan dalam Kurikulum Merdeka Belajar adalah penghapusan sistem penjurusan di tingkat SMA dan penghapusan Ujian Nasional. Dengan kurikulum ini, siswa tidak lagi terkotak-kotak dalam jurusan IPA atau IPS, melainkan dapat memilih mata pelajaran sesuai minat mereka.
Nadiem menjelaskan bahwa perubahan ini mengadopsi model pendidikan di negara-negara maju, di mana siswa memiliki kebebasan lebih dalam menentukan mata pelajaran yang mereka minati.
Tantangan Implementasi di Daerah
Salah satu tantangan terbesar dalam penerapan Kurikulum Merdeka Belajar adalah kesenjangan kualitas pendidikan di berbagai daerah. Beberapa sekolah di kota besar telah siap mengimplementasikan kurikulum ini dengan baik, namun di daerah terpencil, masalah kekurangan guru dan sarana prasarana masih menjadi hambatan.
Abdul Mu'ti menegaskan bahwa pengkajian ulang akan mempertimbangkan kondisi nyata di lapangan agar kebijakan ini tidak memberatkan sekolah di daerah.
Advertisement
Harapan Nadiem Makarim untuk Keberlanjutan Program
Meskipun sudah tidak menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim berharap kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dapat diteruskan oleh pemerintahan yang baru. Menurutnya, kurikulum ini telah menunjukkan hasil positif dalam beberapa aspek pendidikan.
Pertanyaan dan Jawaban: Apa Itu Kurikulum Merdeka Belajar?
Kurikulum Merdeka Belajar adalah kurikulum yang memberi fleksibilitas bagi sekolah dalam menentukan pendekatan pembelajaran, serta memungkinkan siswa memilih mata pelajaran sesuai minat mereka.
Advertisement
Mengapa Kurikulum Merdeka Belajar Menuai Polemik?
Beberapa pihak mengkritik kurikulum ini karena dinilai kurang memperhatikan kesiapan infrastruktur pendidikan di daerah dan adanya ketimpangan kualitas pendidikan.
Apakah Kurikulum Merdeka Belajar Menghapus Ujian Nasional?
Ya, Kurikulum Merdeka Belajar menghapus Ujian Nasional dan sistem penjurusan di SMA, memberikan kebebasan lebih bagi siswa dalam memilih mata pelajaran.
Advertisement
Apakah Kurikulum Merdeka Belajar Akan Diubah?
Menteri Abdul Mu'ti saat ini tengah melakukan kajian ulang terkait Kurikulum Merdeka Belajar, dan hasilnya akan disampaikan pada tahun ajaran 2025-2026.