Sukses

Doa Menjawab Adzan Bacaan Lengkap, Pahami Hukum dan Keutamaannya dalam Islam

Pelajari doa menjawab adzan yang benar lengkap dengan bacaan arab, latin, dan artinya. Temukan juga hukum menjawab adzan dari berbagai mazhab serta keutamaan mengamalkannya.

Liputan6.com, Jakarta Adzan merupakan panggilan suci yang mengajak umat Islam untuk menunaikan shalat. Lebih dari sekadar penanda waktu shalat, adzan adalah seruan yang memiliki makna mendalam dan keutamaan tersendiri. Salah satu amalan yang terkait dengan adzan adalah menjawab setiap lafadznya dengan doa khusus yang telah diajarkan Rasulullah SAW.

Menjawab adzan termasuk amalan sunnah yang mudah namun memiliki keutamaan besar. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Apabila kamu sekalian mendengar muadzin, maka ucapkanlah seperti yang diucapkannya, kemudian bacalah sholawat kepadaku. Barang siapa membaca sholawat untukku satu kali, maka Allah membalasnya dengan sepuluh sholawat." (HR. Muslim)

Artikel ini akan membahas secara lengkap tentang doa menjawab adzan, mulai dari bacaannya dalam bahasa Arab dan latin, hingga hukum dan keutamaannya dalam Islam, sebagaimana telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (8/11/2024).

2 dari 6 halaman

Pengertian dan Sejarah Adzan

Adzan (الأَذَان) secara etimologi berasal dari kata bahasa Arab "adzina" (أَذِنَ) yang berarti memberitahukan, mengumumkan, atau menyerukan. Dalam terminologi Islam, adzan merupakan panggilan khusus untuk memberitahukan masuknya waktu shalat fardhu dan mengajak umat Muslim untuk menunaikan shalat berjamaah.

Sejarah Pensyariatan Adzan

Adzan mulai disyariatkan pada tahun pertama Hijriah, setelah Rasulullah SAW dan para sahabat hijrah ke Madinah. Sebelum adzan ditetapkan, para sahabat mengalami kebingungan mencari cara untuk memberitahukan masuknya waktu shalat. Beberapa usulan muncul, seperti menggunakan lonceng seperti orang Nasrani, terompet seperti orang Yahudi, atau menyalakan api seperti orang Majusi, namun semua usulan tersebut ditolak karena menyerupai cara-cara umat lain.

Mimpi Abdullah bin Zaid

Solusi akhirnya datang melalui mimpi seorang sahabat bernama Abdullah bin Zaid bin Tsa'labah Al-Anshari. Dalam mimpinya, ia melihat seseorang mengajarkan lafadz adzan seperti yang kita kenal sekarang. Ketika mimpi tersebut diceritakan kepada Rasulullah SAW, beliau membenarkannya dan mengatakan bahwa itu adalah mimpi yang benar (ru'ya haq).

Menariknya, Umar bin Khattab juga bermimpi serupa. Hal ini semakin menguatkan bahwa lafadz adzan tersebut memang wahyu dari Allah SWT. Rasulullah SAW kemudian memerintahkan Bilal bin Rabah untuk mengumandangkan adzan dengan lafadz tersebut.

Bilal bin Rabah: Muadzin Pertama dalam Islam

Bilal bin Rabah, seorang mantan budak yang dimerdekakan Abu Bakar As-Shiddiq, dipilih menjadi muadzin pertama dalam Islam. Pemilihan ini bukan tanpa alasan - Bilal dikenal memiliki suara yang merdu dan lantang. Meski ada beberapa sahabat yang protes karena Bilal adalah bekas budak dan berkulit hitam, Rasulullah SAW tetap mempertahankan keputusannya, menunjukkan bahwa dalam Islam, ketakwaan lebih utama daripada status sosial atau warna kulit.

Di zaman modern, perkembangan teknologi telah mempengaruhi cara adzan dikumandangkan. Penggunaan pengeras suara, siaran radio dan televisi, serta aplikasi pengingat waktu shalat telah menjadi hal yang umum. Meski demikian, esensi dan kesucian adzan tetap terjaga sebagai salah satu syiar Islam yang agung.

3 dari 6 halaman

Lafadz Adzan untuk Shalat Dzuhur, Ashar, Maghrib dan Isya

Adzan untuk shalat Dzuhur, Ashar, Maghrib dan Isya memiliki lafadz yang sama, terdiri dari tujuh kalimat utama yang masing-masing memiliki makna dan hikmah mendalam. Setiap kalimat dalam adzan merupakan manifestasi dari nilai-nilai fundamental dalam Islam - mulai dari pengagungan Allah (takbir), persaksian keesaan Allah (syahadat tauhid), pengakuan kerasulan Muhammad SAW (syahadat rasul), hingga seruan untuk meraih kemenangan melalui shalat. Lafadz-lafadz ini diucapkan dengan jumlah pengulangan tertentu sesuai sunnah yang diajarkan Rasulullah SAW. Berikut adalah bacaan lengkap adzan beserta tulisan Arab, latin, dan terjemahannya:

 

اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ (2x)

Allaahu Akbar, Allaahu Akbar   

"Allah Maha Besar, Allah Maha Besar"

 

أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلٰهَ إِلَّااللهُ (2x)

Asyhadu allaa ilaaha illallaah

"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah"

 

اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ (2x)

Asyhadu anna Muhammadar rasuulullah

"Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah"

 

حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ (2x)

Hayya 'alash-shalaah

"Mari menunaikan shalat"

 

حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ (2x)

Hayya 'alal-falaah

"Mari menuju kemenangan"

 

اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ (1x)

Allaahu Akbar, Allaahu Akbar

"Allah Maha Besar, Allah Maha Besar"

 

لَا إِلَهَ إِلَّااللهُ (1x)

Laa ilaaha illallaah

"Tiada Tuhan selain Allah"

 

Lafadz Tambahan untuk Adzan Subuh

Untuk adzan Subuh, terdapat tambahan lafadz setelah "Hayya 'alal-falaah":

 

اَلصَّلاَةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ (2x)

Ash-shalaatu khairum minan-naum

"Shalat lebih baik dari tidur"

 

4 dari 6 halaman

Doa Menjawab Adzan yang Benar

Berikut cara menjawab setiap lafadz adzan sesuai sunnah Rasulullah SAW:

 

1. Ketika muadzin mengucapkan "Allaahu Akbar", jawab dengan lafadz yang sama:

   اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ

Allaahu Akbar, Allaahu Akbar

 

2. Ketika muadzin mengucapkan syahadat, jawab dengan lafadz yang sama:

   أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلٰهَ إِلَّااللهُ

   اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

 

3. Ketika muadzin mengucapkan "Hayya 'alash-shalaah" dan "Hayya 'alal-falaah", jawab dengan:

   لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ

Laa haula wa laa quwwata illaa billaah

 "Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah"

 

4. Khusus untuk adzan Subuh, ketika muadzin mengucapkan "Ash-shalaatu khairum minan-naum", jawab:

  صَدَقْتَ وَبَرَرْتَ

Shadaqta wa bararta

"Engkau benar dan berbuat kebajikan"

5 dari 6 halaman

Hukum Menjawab Adzan

Menjawab adzan merupakan salah satu amalan yang dianjurkan dalam Islam ketika mendengar seruan shalat. Para ulama berbeda pendapat mengenai status hukumnya, mengingat kuatnya dalil-dalil yang menunjukkan perintah untuk menjawab adzan. Perbedaan pandangan ini muncul dari interpretasi terhadap hadits-hadits yang berkaitan dengan perintah menjawab adzan dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari.

Pendapat Pertama: Sunnah Mu'akkad

Mayoritas ulama, termasuk Mazhab Syafi'i, berpendapat bahwa menjawab adzan hukumnya adalah sunnah mu'akkad (sangat dianjurkan). Pendapat ini didasarkan pada beberapa dalil, salah satunya hadits dari Abu Said Al-Khudri RA, Rasulullah SAW bersabda:   "Jika kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti yang diucapkan oleh muadzin." (HR. Bukhari dan Muslim)

Penggunaan kata "إِذَا" (jika) dalam hadits tersebut menunjukkan bahwa perintah ini bersifat anjuran, bukan kewajiban. Tidak ada riwayat yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW pernah menegur sahabat yang tidak menjawab adzan.

Pendapat Kedua: Wajib

Mazhab Zhahiriah dan Ibnu Wahb dari kalangan Malikiyah berpendapat bahwa menjawab adzan hukumnya wajib. Mereka mendasarkan pendapat ini pada Zhahir (makna literal) hadits dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:   "Apabila muadzin menyerukan adzan, maka setan lari menjauh sambil mengeluarkan angin hingga ia tidak mendengar suara adzan. Apabila adzan telah selesai, ia kembali menggoda. Apabila iqamah dikumandangkan, ia lari lagi. Apabila iqamah selesai, ia kembali menggoda." (HR. Bukhari dan Muslim)

Penggunaan kata perintah (fi'il amr) dalam hadits-hadits yang berkaitan dengan menjawab adzan.

Terlepas dari perbedaan pendapat ini, yang terpenting adalah:

  • Menghormati seruan adzan
  • Berusaha menjawab semampunya
  • Mengambil hikmah sebagai pengingat waktu shalat
  • Menjadikannya sarana mendekatkan diri kepada Allah
6 dari 6 halaman

Keutamaan Menjawab Adzan

Menjawab adzan merupakan salah satu amalan yang tampak sederhana namun memiliki keutamaan yang luar biasa dalam Islam. Rasulullah SAW telah mengajarkan berbagai keutamaan dan pahala yang akan didapatkan oleh seseorang yang konsisten menjawab seruan adzan. Bahkan, amalan ini menjadi salah satu sebab seseorang mendapatkan syafaat di hari kiamat dan memperoleh kedudukan khusus di sisi Allah SWT.

1. Mendapatkan Syafaat Rasulullah SAW

Salah satu keutamaan terbesar dalam menjawab adzan adalah mendapatkan syafaat Rasulullah SAW di hari kiamat. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah RA, Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa yang mengucapkan ketika mendengar adzan: 'Ya Allah, Rabb pemilik panggilan yang sempurna ini dan shalat yang akan didirikan, berikanlah kepada Muhammad wasilah dan keutamaan, dan bangkitkanlah dia pada kedudukan terpuji yang telah Engkau janjikan', maka ia akan mendapatkan syafaatku pada hari kiamat." (HR. Bukhari)

2. Pengampunan Dosa

Menjawab adzan juga menjadi sebab pengampunan dosa, sebagaimana dijelaskan dalam hadits dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda:

"Ketika muadzin mengumandangkan adzan, maka diampuni dosanya sejauh suaranya sampai, dan setiap yang basah dan kering (yang mendengarnya) akan memohonkan ampunan untuknya." (HR. Abu Dawud)

3. Pahala Berlipat Ganda

Setiap kalimat yang diucapkan dalam menjawab adzan memiliki nilai pahala tersendiri. Hal ini berdasarkan hadits dari Umar bin Khattab RA, Rasulullah SAW bersabda:

"Apabila muadzin mengucapkan 'Allahu Akbar, Allahu Akbar', kemudian salah seorang dari kalian menjawab 'Allahu Akbar, Allahu Akbar', kemudian muadzin mengucapkan 'Asyhadu an laa ilaaha illallah', lalu ia menjawab 'Asyhadu an laa ilaaha illallah'... (hingga akhir), maka ia akan masuk surga." (HR. Muslim)

4. Dikabulkannya Doa

Waktu antara adzan dan iqamah merupakan waktu mustajab untuk berdoa. Menjawab adzan menjadi salah satu sebab terkabulnya doa pada waktu tersebut. Nabi SAW bersabda:

"Doa di antara adzan dan iqamah tidak tertolak." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi)

5. Mendapatkan Pahala Shalat Berjamaah

Orang yang menjawab adzan dan bergegas menuju masjid akan mendapatkan pahala shalat berjamaah secara sempurna, bahkan jika ia tertinggal sebagian rakaat. Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa yang menjawab muadzin dan mendatangi masjid, maka Allah menjamin untuknya surga." (HR. Ibnu Majah)

6. Ketenangan Hati dan Jiwa

Menjawab adzan secara rutin membawa ketenangan bagi hati dan jiwa karena:

  • Mengingatkan pada Allah SWT
  • Melatih kedisiplinan waktu
  • Membentuk kepribadian yang teratur
  • Menumbuhkan rasa kebersamaan dengan umat Islam lainnya

7. Dicatat Sebagai Ahli Ibadah

Konsistensi dalam menjawab adzan menunjukkan kepedulian seseorang terhadap syiar Islam dan menjadikannya tercatat sebagai ahli ibadah. Rasulullah SAW bersabda:

"Tiga golongan yang tidak akan dihisab pada hari kiamat dan mereka akan berada di atas kasturi hitam: orang yang membaca Al-Qur'an untuk mencari ridha Allah dan mengimami suatu kaum yang mereka ridha kepadanya, orang yang mengumandangkan adzan untuk mencari ridha Allah dan memanggil manusia untuk shalat, dan hamba yang taat kepada Allah dan taat kepada tuannya." (HR. Tirmidzi)

Dengan memahami berbagai keutamaan ini, hendaknya kita semakin termotivasi untuk tidak melewatkan kesempatan menjawab adzan setiap kali mendengarnya. Meskipun terlihat sebagai amalan sederhana, namun dampak dan pahalanya sangat besar di sisi Allah SWT.