Sukses

Siapa Wakil Presiden AS Terpilih? Profil JD Vance, Sosok Kontroversial yang Dampingi Trump

Mari lebih mengenal sosok JD Vance, Wakil Presiden Amerika Serikat terpilih

Liputan6.com, Jakarta Dalam pemilihan umum presiden Amerika Serikat yang baru saja berakhir, Donald Trump kembali terpilih sebagai Presiden AS. Kali ini, Trump memilih JD Vance sebagai pendampingnya. Terpilihnya Vance sebagai wakil presiden AS telah menarik perhatian banyak pihak, mengingat latar belakang dan sikap politiknya yang kerap memicu perdebatan. Sebagai Senator dari Ohio, JD Vance menjadi pilihan utama Trump untuk membawa semangat "America First" yang berfokus pada nasionalisme dan kebijakan proteksionis yang mengedepankan kepentingan pekerja AS.

Sebagai wakil presiden AS terpilih, JD Vance dikenal sebagai figur yang tak hanya mewakili pandangan politik Trump tetapi juga memahami isu-isu yang dihadapi kelas pekerja Amerika, terutama di wilayah Midwest dan Rust Belt. Dukungan kuatnya terhadap kebijakan antiimigrasi dan kritik tajamnya terhadap pengaruh China mencerminkan komitmen politik yang sejalan dengan prinsip-prinsip Trump. Terlepas dari pandangan kontroversialnya, kehadiran Vance sebagai wakil presiden AS diprediksi akan memperkuat basis dukungan Trump di berbagai negara bagian kunci.

Sosok JD Vance sebagai wakil presiden AS bukan tanpa kontroversi. Dengan latar belakang keluarga yang sederhana dan masa kecil yang penuh tantangan, Vance muncul sebagai simbol perjuangan kelas pekerja yang tersingkirkan. Memoar yang ditulisnya, "Hillbilly Elegy," berhasil menggambarkan realitas kehidupan di kawasan pedesaan Amerika yang terabaikan. Dari perjalanan hidupnya yang penuh lika-liku hingga pandangan politik yang tajam, JD Vance siap membawa suara Amerika yang terlupakan ke Gedung Putih.

Mari lebih mengenal sosok JD Vance, Wakil Presiden Amerika Serikat terpilih, dalam rangkuman yang telah Liputan6.com susun, pada Jumat (8/11).

2 dari 5 halaman

Sosok JD Vance, Wakil Presiden AS Terpilih

JD Vance, atau James David Vance, merupakan sosok yang kini dikenal luas sebagai wakil presiden AS terpilih setelah mendampingi Donald Trump dalam Pilpres 2024. Lahir pada tanggal 2 Agustus 1984 di Middletown, Ohio, Vance berasal dari latar belakang keluarga kelas pekerja di daerah Rust Belt, wilayah yang pernah menjadi pusat industri manufaktur Amerika. 

Kehidupan masa kecil Vance penuh dengan tantangan; ia tumbuh dalam lingkungan yang merasakan langsung dampak hilangnya pekerjaan-pekerjaan industri yang dulunya menopang ekonomi lokal. Kondisi ini membentuk perspektif politik Vance yang kuat terhadap perlindungan pekerjaan bagi kelas pekerja Amerika dan keprihatinan akan isu-isu sosial seperti kecanduan narkoba.

Selain menjalani masa kecil yang penuh dengan tantangan, JD Vance juga melanjutkan pendidikan hingga menjadi lulusan Universitas Ohio State dan Sekolah Hukum Universitas Yale. Setelah menuntaskan pendidikannya, ia bekerja sebagai juru tulis di pengadilan federal, kemudian beralih ke dunia investasi teknologi di Mithril Capital, perusahaan modal ventura milik Peter Thiel. Pengalaman di berbagai bidang ini semakin membentuk pandangannya tentang isu-isu besar seperti perdagangan internasional, imigrasi, dan ketahanan ekonomi Amerika. Vance dikenal sebagai pengikut setia gerakan America First yang juga menjadi salah satu agenda utama Trump.

3 dari 5 halaman

Perjalanan Karier Politik JD Vance

JD Vance pertama kali masuk ke panggung politik dengan debutnya sebagai seorang penulis. Memoarnya yang berjudul Hillbilly Elegy (2016) mendapat perhatian luas karena menggambarkan pengalaman pribadinya dan komunitas kelas pekerja kulit putih di Rust Belt yang mengalami kesulitan ekonomi dan sosial.

 Buku tersebut menggambarkan masalah-masalah seperti kesulitan ekonomi, kecanduan narkoba, dan tekanan budaya yang dirasakan oleh banyak komunitas di Amerika pedesaan. Hillbilly Elegy berhasil menyentuh hati banyak pembaca dari kalangan pekerja dan pada akhirnya dijadikan film yang dibintangi oleh Glenn Close dan Amy Adams, yang kemudian meraih nominasi Oscar.

Setelah kesuksesan buku tersebut, Vance mulai dikenal sebagai suara yang mewakili komunitas pedesaan dan pekerja yang merasa terpinggirkan dalam ekonomi modern Amerika. Namun, awalnya ia bersikap kritis terhadap Trump, bahkan sempat menyebutnya “idiot” pada tahun 2016. Meski demikian, pada tahun 2022, Vance mendapatkan dukungan dari Trump ketika mencalonkan diri sebagai Senator AS di Ohio, yang akhirnya berhasil ia menangkan. Dukungan ini menandai pergeseran sikap politik Vance, yang kini dikenal sebagai pendukung setia Trump.

4 dari 5 halaman

Peran JD Vance sebagai Wakil Presiden Terpilih

Sebagai calon wakil presiden, JD Vance mampu menarik perhatian publik dengan pidato-pidato yang kuat tentang lapangan pekerjaan, isu-isu ekonomi, dan nasionalisme. Ia sering menyerukan pentingnya melindungi pekerjaan-pekerjaan di Amerika dari ancaman persaingan luar negeri, khususnya China, yang ia sebut sebagai “ancaman terbesar bagi Amerika.” Pesan-pesan politiknya beresonansi kuat di kalangan pemilih Midwestern, di mana banyak negara bagian seperti Michigan, Wisconsin, dan Pennsylvania masih berjuang untuk pulih dari penurunan industri manufaktur.

Vance juga terkenal karena kritiknya terhadap kesepakatan perdagangan yang menurutnya justru merugikan Amerika. Ia kerap menuding Partai Demokrat sebagai pihak yang bertanggung jawab atas hilangnya pekerjaan di Rust Belt karena mereka mendukung kesepakatan perdagangan bebas yang ia klaim lebih menguntungkan negara lain, seperti Meksiko dan China. Sebagai bagian dari gerakan America First, Vance mendukung kebijakan imigrasi yang lebih ketat, serta isolasionisme dalam kebijakan luar negeri untuk melindungi kepentingan dalam negeri.

 

Kehidupan Pribadi dan Pandangan Kontroversial JD Vance

Selain pandangannya yang tajam dalam politik, JD Vance juga sering menjadi sorotan karena sejumlah komentar kontroversialnya. Pada tahun 2021, ia pernah menyatakan bahwa Amerika “dijalankan oleh sekelompok perempuan pecinta kucing yang tidak punya anak dan menderita dengan kehidupan mereka sendiri.” Pernyataan ini menuai kritik luas, termasuk dari aktris Jennifer Aniston yang tersinggung dengan komentar tersebut. Vance mengklaim bahwa komentar tersebut disampaikan secara sarkastik, namun tidak sedikit yang menganggapnya sebagai pandangan yang merendahkan perempuan.

Dalam kehidupan pribadinya, Vance adalah sosok yang dekat dengan keluarga. Ia menikah dengan Usha Vance, seorang pengacara dan anak imigran India yang dikenalnya saat menempuh pendidikan di Sekolah Hukum Yale. Pasangan ini memiliki tiga anak dan sering digambarkan sebagai keluarga yang harmonis. Vance sendiri kerap menyebut istrinya sebagai “suara perempuan yang kuat” yang menjadi pendukung utamanya. Kehidupan keluarga Vance yang sederhana namun kokoh tampaknya menjadi bagian dari daya tariknya di mata pemilih, terutama di kalangan konservatif.

5 dari 5 halaman

Pengaruh JD Vance dalam Pemerintahan Trump di Masa Mendatang

Sebagai wakil presiden termuda ketiga dalam sejarah Amerika Serikat, JD Vance akan menghadapi tantangan besar dalam menjalankan tugasnya bersama Trump. Keputusannya untuk bergabung sebagai pasangan Trump menunjukkan keberanian Vance untuk melangkah lebih jauh dalam kancah politik nasional. Dengan latar belakang yang dekat dengan komunitas kelas pekerja dan pengalaman pribadi yang mendalam tentang kesulitan ekonomi, Vance diprediksi akan memberikan warna baru dalam pemerintahan Amerika di bawah Trump.

Dukungan kuat dari kalangan pekerja di Midwestern menjadi modal besar bagi Vance untuk menggalang dukungan yang lebih luas. Ia juga diperkirakan akan menjadi suara utama dalam isu-isu ekonomi, terutama yang berkaitan dengan perdagangan internasional dan imigrasi. Dengan reputasi sebagai orang yang vokal dalam memperjuangkan hak-hak pekerja, JD Vance dapat menjadi figur yang membela kepentingan kalangan akar rumput di AS.

Sebagai wakil presiden, JD Vance diharapkan tidak hanya menjadi pendukung setia kebijakan Trump, tetapi juga mampu memberikan pandangan independen yang dibutuhkan dalam pemerintahan. Pandangannya yang keras terhadap China, dukungannya terhadap kebijakan isolasionisme, serta fokusnya pada kesejahteraan rakyat Amerika menjadikan Vance sebagai sosok yang mampu memainkan peran strategis dalam kebijakan-kebijakan yang berpotensi mengubah arah perekonomian dan politik Amerika.