Sukses

10 Nama Rumah Adat Bali dan Penjelasannya, Sarat Makna Filosofis

Nama rumah adat Bali dan penjelasannya mengungkap bagaimana masyarakat Bali mengharmoniskan kehidupan.

Liputan6.com, Jakarta - Rumah adat Bali merupakan warisan budaya yang mencerminkan kekayaan arsitektur dan nilai-nilai luhur masyarakat Bali. Setiap nama rumah adat Bali memiliki keunikan desain dan makna filosofis yang mendalam.

Mengenal nama-nama rumah adat Bali beserta penjelasannya tidak hanya penting bagi masyarakat Bali. Akan tetapi juga bagi seluruh masyarakat Indonesia yang ingin mempelajari dan melestarikan warisan budaya Nusantara.

Nama rumah adat Bali dan penjelasannya mengungkap bagaimana masyarakat Bali mengharmoniskan kehidupan mereka dengan alam, sesama manusia, dan Sang Pencipta. Setiap elemen arsitektur rumah adat Bali dirancang dengan cermat, mulai dari tata letak, bahan bangunan, hingga ornamen dekoratif yang sarat akan simbolisme.

Pemahaman tentang nama rumah adat Bali dan maknanya akan membuka wawasan kita tentang kearifan lokal dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Bali.

Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya, Senin (11/11/2024).

2 dari 3 halaman

1. Aling-Aling

Aling-aling adalah salah satu nama rumah adat Bali yang terletak di Pulau Seribu Pura. Rumah adat ini berfungsi sebagai pembatas antara bagian luar dan angkul-angkul. Keberadaan aling-aling diyakini dapat membawa energi positif dan menciptakan keharmonisan dalam rumah.

Ciri khas dari rumah adat aling-aling adalah adanya dinding pembatas berupa batur dengan tinggi sekitar 150 cm yang disebut penyeker. Dinding ini tidak hanya berfungsi sebagai pembatas fisik, tetapi juga sebagai simbol perlindungan dan privasi bagi penghuni rumah.

Selain menjadi pembatas antara bagian luar, aling-aling juga sering digunakan sebagai pembatas antara angkul-angkul dengan tempat ibadah. Tamu yang datang harus memasuki rumah melalui sisi kiri dan keluar melalui sisi kanan, menunjukkan adanya aturan dan etika dalam memasuki rumah adat Bali.

2. Angkul-Angkul

Angkul-angkul adalah nama rumah adat Bali yang bentuknya menyerupai Candi Bentar dan terletak di depan bangunan rumah. Rumah adat ini berfungsi sebagai pintu masuk utama menuju ke dalam rumah. Keunikan dari angkul-angkul terletak pada atap penghubungnya yang terbuat dari rumput kering.

Seiring perkembangan zaman, banyak masyarakat Bali yang kini menggunakan genteng sebagai pengganti atap rumput kering pada angkul-angkul. Selain itu, dinding angkul-angkul juga sering dihiasi dengan ukiran-ukiran yang indah, menambah nilai estetika pada rumah adat ini.

Angkul-angkul tidak hanya berfungsi sebagai pintu masuk, tetapi juga memiliki makna simbolis. Melewati angkul-angkul dianggap sebagai proses penyucian diri sebelum memasuki rumah, di mana seseorang meninggalkan energi negatif di luar dan membawa energi positif ke dalam.

3. Bale Manten

Bale manten adalah nama rumah adat Bali yang diperuntukkan bagi kepala keluarga atau anak perempuan yang belum menikah. Tujuan dibangunnya bale manten adalah sebagai bentuk perhatian dan perlindungan keluarga terhadap kesucian anak gadis mereka.

Rumah adat bale manten memiliki bentuk persegi panjang dan terletak di sebelah utara bangunan utama. Bale manten terdiri dari dua ruangan, yaitu bale kanan dan bale kiri, yang masing-masing memiliki fungsi berbeda.

Keberadaan bale manten mencerminkan nilai-nilai dalam masyarakat Bali yang menjunjung tinggi kehormatan dan kesucian wanita. Rumah adat ini menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi anak perempuan untuk tumbuh dan berkembang sebelum memasuki fase pernikahan.

4. Bale Dauh

Bale dauh adalah nama rumah adat Bali yang berfungsi sebagai tempat menerima tamu dan juga sebagai tempat tidur untuk anak remaja laki-laki. Rumah adat ini terletak di bagian barat rumah utama dengan ketinggian lantai yang lebih rendah dibandingkan bale manten.

Keunikan dari bale dauh terletak pada jumlah tiang penyangga yang berbeda-beda antara satu rumah dengan rumah lainnya. Jumlah tiang ini memiliki sebutan khusus, seperti sakenem untuk tiang berjumlah enam, sakutus atau antasari untuk tiang berjumlah delapan, dan sangasari untuk tiang berjumlah sembilan.

Bale dauh menjadi tempat yang penting dalam kehidupan sosial masyarakat Bali. Selain sebagai tempat menerima tamu, bale dauh juga menjadi tempat berkumpul dan berinteraksi dengan anggota keluarga dan masyarakat sekitar.

5. Bale Sekapat

Bale sekapat adalah bagian dalam rumah adat Bali yang berfungsi sebagai tempat bersantai bagi keluarga. Keunikan dari bale sekapat terletak pada empat tiang penyangga yang menjadi ciri khasnya, serta atap berbentuk pelana.

Bale sekapat memiliki filosofi yang mendalam dalam kehidupan keluarga di Bali. Keberadaan bangunan ini diharapkan dapat menciptakan hubungan yang harmonis dan keakraban di antara anggota keluarga. Empat tiang penyangga melambangkan kekuatan dan kestabilan dalam keluarga.

Bale sekapat menjadi tempat yang nyaman bagi keluarga untuk berkumpul, bercengkerama, dan menghabiskan waktu bersama. Di sinilah nilai-nilai kekeluargaan dan kebersamaan dipupuk dan diperkuat dalam kehidupan sehari-hari.

 

3 dari 3 halaman

6. Klumpu Jineng

Klumpu jineng adalah nama rumah adat Bali yang berfungsi sebagai tempat tinggal sekaligus tempat penyimpanan padi atau lumbung. Ciri khas dari klumpu jineng adalah struktur bangunan panggung dengan atap dan dinding bagian luar yang tertutup jerami kering.

Klumpu jineng menjadi tempat yang penting dalam kehidupan masyarakat Bali yang agraris. Bangunan ini tidak hanya menjadi tempat tinggal, tetapi juga tempat menyimpan hasil panen padi yang merupakan sumber makanan utama masyarakat Bali.

Penggunaan jerami kering sebagai penutup atap dan dinding klumpu jineng memiliki fungsi praktis sekaligus simbolis. Jerami kering melindungi padi dari cuaca dan hama, serta melambangkan kesuburan dan kemakmuran dalam kehidupan masyarakat Bali.

7. Pura Keluarga

Pura keluarga adalah nama rumah adat Bali yang digunakan sebagai tempat ibadah oleh pemiliknya. Keberadaan pura keluarga wajib dimiliki oleh setiap keluarga di Bali, baik dalam ukuran kecil maupun besar. Pura keluarga terletak di area timur laut rumah.

Selain sebagai tempat ibadah, pura keluarga juga disebut sebagai pamerajan atau sanggah. Pura keluarga menjadi pusat spiritual bagi keluarga, di mana mereka melakukan persembahyangan dan ritual keagamaan sesuai dengan kepercayaan Hindu Bali.

Keberadaan pura keluarga mencerminkan pentingnya spiritualitas dalam kehidupan masyarakat Bali. Rumah adat ini menjadi tempat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan Sang Pencipta dan leluhur, serta menjaga keseimbangan spiritual dalam kehidupan sehari-hari.

8. Bale Gede

Bale gede adalah nama rumah adat Bali yang memiliki ruangan paling besar di antara rumah adat Bali lainnya. Rumah adat ini berfungsi sebagai tempat perayaan upacara adat, baik untuk keluarga maupun masyarakat sekitar.

Bale gede menjadi pusat kegiatan sosial dan budaya dalam kehidupan masyarakat Bali. Di sinilah berbagai upacara adat, seperti pernikahan, potong gigi, dan upacara lainnya, dilaksanakan dengan meriah. Bale gede juga menjadi tempat berkumpulnya masyarakat untuk musyawarah dan diskusi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan bersama.

Keberadaan bale gede mencerminkan semangat gotong royong dan kebersamaan dalam masyarakat Bali. Rumah adat ini menjadi simbol persatuan dan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.

9. Pawarengan

Pawarengan adalah nama rumah adat Bali yang berfungsi sebagai dapur atau tempat untuk menyimpan dan mengolah makanan. Rumah adat ini terletak di sebelah selatan atau barat laut rumah.

Keunikan dari pawarengan adalah pembagian ruangannya menjadi dua bagian. Ruangan pertama digunakan untuk memasak, sementara ruangan kedua digunakan untuk menyimpan makanan, alat dapur, dan perlengkapan lainnya.

Pawarengan menjadi jantung kehidupan sehari-hari dalam rumah tangga di Bali. Di sinilah makanan diolah dengan penuh cinta dan disajikan untuk keluarga. Pawarengan juga menjadi tempat berkumpulnya anggota keluarga untuk menikmati hidangan bersama dan mempererat ikatan kekeluargaan.

10. Lumbung

Lumbung adalah nama rumah adat Bali yang digunakan untuk menyimpan bahan makanan pokok, seperti beras, jagung, dan sayur-sayuran. Luas lumbung lebih kecil dibandingkan dengan bale dan terpisah dari bangunan utama.

Keberadaan lumbung mencerminkan pentingnya ketahanan pangan dalam kehidupan masyarakat Bali. Lumbung menjadi tempat penyimpanan yang aman untuk persediaan makanan, sehingga keluarga dapat bertahan dalam kondisi sulit atau paceklik.

Lumbung juga memiliki makna simbolis sebagai lambang kemakmuran dan keberlimpahan. Keberadaan lumbung yang terisi penuh menandakan keberhasilan panen dan kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan pangan mereka.