Sukses

Waspadai Bahaya Kencing Berdiri, Ini Penelitian Terbaru Posisi Terbaik BAK

Studi terbaru mengungkap bahaya kencing berdiri bagi kesehatan pria, mulai dari risiko infeksi hingga masalah prostat. Pelajari posisi terbaik untuk buang air kecil dan manfaatnya bagi kesehatan Anda.

Liputan6.com, Jakarta Kebiasaan kencing berdiri telah menjadi hal yang umum dilakukan oleh kaum pria di berbagai belahan dunia. Bahkan, desain fasilitas umum seperti urinoir semakin mengukuhkan kebiasaan ini sebagai sesuatu yang normal dan diterima secara sosial.

Namun, beberapa penelitian terbaru telah mengungkap fakta-fakta menarik tentang dampak kesehatan dari kebiasaan kencing berdiri. Para peneliti dari berbagai institusi medis terkemuka telah melakukan studi mendalam untuk memahami hubungan antara posisi buang air kecil dengan kesehatan sistem urinari pria.

Temuan-temuan ini menjadi semakin relevan, terutama mengingat tingginya prevalensi masalah prostat dan saluran kemih pada pria seiring bertambahnya usia. Mari kita telusuri lebih dalam tentang apa yang dikatakan sains tentang kebiasaan kencing berdiri ini, sebagaimana telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (18/11/2024).

2 dari 4 halaman

Risiko Kesehatan dari Kencing Berdiri

Sebelum membahas lebih jauh tentang risiko kesehatan dari kencing berdiri, penting untuk memahami bahwa kebiasaan ini tidak selalu menimbulkan masalah kesehatan pada semua pria. Namun, berbagai penelitian telah mengidentifikasi beberapa risiko potensial yang perlu diwaspadai, terutama bagi pria dengan kondisi kesehatan tertentu atau yang sudah berusia lanjut. Berikut adalah beberapa risiko kesehatan yang telah diidentifikasi oleh para peneliti.

1. Peningkatan Risiko Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Penelitian dari Leiden University Medical Center di Belanda telah mengungkapkan hubungan antara posisi kencing berdiri dengan peningkatan risiko infeksi saluran kemih. Saat seseorang buang air kecil dengan posisi berdiri, aliran urin yang lebih kuat dapat mendorong bakteri yang berada di sekitar uretra dan kandung kemih masuk lebih dalam ke saluran kemih.

Selain itu, cipratan urin yang terjadi saat kencing berdiri dapat menciptakan lingkungan yang memungkinkan bakteri berkembang biak dan menyebar ke area sekitar. Kontaminasi bakteri dari lingkungan juga lebih mungkin terjadi saat seseorang kencing dalam posisi berdiri, terutama di toilet umum.

2. Masalah Retensi Urin

Salah satu temuan penting dari berbagai penelitian adalah masalah retensi urin yang lebih sering terjadi pada pria yang memiliki kebiasaan kencing berdiri. Ketika seseorang buang air kecil dalam posisi berdiri, kandung kemih tidak berada dalam posisi optimal untuk pengosongan sempurna.

Akibatnya, sejumlah urin dapat tertinggal di dalam kandung kemih setelah buang air kecil. Kondisi ini dikenal sebagai retensi urin, di mana volume sisa urin yang tertinggal lebih besar dibandingkan saat buang air kecil dalam posisi duduk atau jongkok. Retensi urin yang terjadi secara terus-menerus dapat menciptakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan bakteri.

3. Risiko Pembesaran Prostat

Sebuah studi komprehensif yang dipublikasikan dalam jurnal PLoS ONE telah mengidentifikasi hubungan antara posisi kencing berdiri dengan masalah prostat. Ketika seseorang buang air kecil dalam posisi berdiri, terjadi tekanan tambahan pada prostat yang dapat memperburuk kondisi pada pria yang sudah memiliki masalah pembesaran prostat atau Benign Prostatic Hyperplasia (BPH).

Posisi berdiri juga kurang optimal untuk pengosongan kandung kemih, yang dapat memperburuk gejala Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS) pada pria dengan masalah prostat. Para peneliti menemukan bahwa pria yang mengubah kebiasaan kencing berdiri menjadi duduk menunjukkan perbaikan dalam gejala-gejala yang berhubungan dengan masalah prostat.

Meskipun risiko-risiko kesehatan ini telah diidentifikasi, penting untuk dicatat bahwa tingkat keparahan dan kemungkinan terjadinya masalah kesehatan dapat bervariasi pada setiap individu. Faktor-faktor seperti usia, kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya, dan frekuensi kencing berdiri dapat mempengaruhi tingkat risiko yang dihadapi seseorang. Oleh karena itu, konsultasi dengan profesional kesehatan mungkin diperlukan untuk menentukan posisi buang air kecil yang paling sesuai dengan kondisi kesehatan masing-masing individu.

3 dari 4 halaman

Posisi Terbaik untuk Buang Air Kecil

Memahami posisi terbaik untuk buang air kecil menjadi penting mengingat dampaknya yang signifikan terhadap kesehatan sistem urinari. Berbagai penelitian ilmiah telah dilakukan untuk mengidentifikasi posisi yang paling optimal bagi pria saat buang air kecil, dengan mempertimbangkan faktor anatomi, fisiologi, dan dampak kesehatan jangka panjang. Berdasarkan temuan-temuan ini, ada dua posisi yang dianggap paling menguntungkan dari segi kesehatan.

1. Posisi Duduk

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa buang air kecil dengan posisi duduk memberikan berbagai keuntungan bagi kesehatan sistem urinari pria. Saat duduk, otot-otot dasar panggul berada dalam posisi yang lebih rileks, memungkinkan pengosongan kandung kemih yang lebih optimal.

Posisi ini juga mengurangi tekanan pada prostat, yang sangat bermanfaat terutama bagi pria yang memiliki masalah pembesaran prostat atau BPH (Benign Prostatic Hyperplasia). Selain itu, studi dari Leiden University Medical Center mengungkapkan bahwa posisi duduk dapat mengurangi volume residu urin pasca-buang air kecil secara signifikan, yang berarti menurunkan risiko infeksi saluran kemih dan masalah kesehatan terkait lainnya.

2. Posisi Jongkok

Studi mendalam yang dilakukan oleh Fikret Veljovic dan tim penelitinya mengungkapkan bahwa posisi jongkok sebenarnya merupakan posisi paling alami dan optimal untuk proses buang air kecil. Ketika seseorang jongkok, terjadi peningkatan tekanan intra-abdominal yang membantu pengosongan kandung kemih secara lebih efektif.

Penelitian menunjukkan bahwa volume urin yang dikeluarkan dalam posisi jongkok lebih besar dibandingkan posisi berdiri, yang berarti sisa urin yang tertinggal di kandung kemih minimal. Posisi ini juga mendukung relaksasi otot-otot dasar panggul secara optimal, yang penting untuk aliran urin yang lancar dan pencegahan masalah saluran kemih.

Meskipun kedua posisi ini memiliki keunggulan masing-masing, pilihan antara duduk atau jongkok seringkali bergantung pada faktor-faktor praktis seperti ketersediaan fasilitas, kondisi fisik individual, dan kebiasaan. Bagi pria yang terbiasa kencing berdiri, mengubah kebiasaan ke salah satu dari dua posisi ini mungkin membutuhkan waktu adaptasi. Namun, mengingat manfaat kesehatan yang signifikan, perubahan ini layak untuk dipertimbangkan, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat masalah prostat atau saluran kemih.

Para ahli menyarankan untuk memilih posisi yang paling nyaman dan praktis, sambil tetap memperhatikan aspek kesehatan. Bagi pria yang menggunakan toilet duduk, posisi duduk mungkin menjadi pilihan yang paling praktis. Sementara itu, bagi yang menggunakan toilet jongkok, posisi jongkok tentu menjadi pilihan yang paling alami. Yang terpenting adalah konsistensi dalam menerapkan posisi yang dipilih untuk mendapatkan manfaat kesehatan optimal jangka panjang.

4 dari 4 halaman

Manfaat Mengubah Posisi Kencing

Mengubah kebiasaan kencing berdiri menjadi posisi duduk atau jongkok mungkin terasa tidak nyaman pada awalnya, mengingat kebiasaan ini telah dilakukan selama bertahun-tahun oleh kebanyakan pria. Namun, berbagai penelitian telah mengungkap bahwa perubahan sederhana dalam posisi buang air kecil dapat memberikan manfaat kesehatan yang signifikan. Berikut adalah beberapa manfaat utama yang telah dibuktikan secara ilmiah ketika seseorang mengubah kebiasaan kencing berdiri.

1. Peningkatan Kesehatan Prostat

Salah satu manfaat paling signifikan dari perubahan posisi buang air kecil adalah peningkatan kesehatan prostat. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal PLoS ONE menunjukkan bahwa posisi duduk atau jongkok secara efektif mengurangi tekanan pada prostat dibandingkan dengan posisi berdiri.

Hal ini sangat penting terutama bagi pria dengan gejala LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms) atau yang memiliki risiko pembesaran prostat. Para peneliti menemukan bahwa pria yang beralih dari posisi berdiri ke posisi duduk atau jongkok melaporkan penurunan gejala prostat dan peningkatan kualitas hidup secara keseluruhan. Posisi ini juga mendukung kesehatan prostat jangka panjang dengan memfasilitasi pengosongan kandung kemih yang lebih optimal.

2. Kebersihan Lebih Terjaga

Aspek kebersihan menjadi manfaat tambahan yang signifikan ketika mengubah posisi kencing dari berdiri ke duduk atau jongkok. Studi dari Leiden University Medical Center menunjukkan bahwa posisi duduk atau jongkok secara dramatis mengurangi risiko cipratan urin yang bisa mengontaminasi area sekitar toilet.

Berkurangnya cipratan ini tidak hanya menjaga kebersihan toilet tetapi juga meminimalkan penyebaran bakteri yang bisa menyebabkan infeksi. Penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa lingkungan toilet yang lebih higienis ini berkontribusi pada penurunan risiko infeksi saluran kemih dan masalah kesehatan terkait lainnya, tidak hanya bagi pengguna toilet tetapi juga bagi orang lain yang menggunakan fasilitas yang sama.

3. Pengosongan Kandung Kemih Optimal

Manfaat ketiga yang sangat penting adalah optimalisasi proses pengosongan kandung kemih. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fikret Veljovic dan tim, posisi duduk atau jongkok memungkinkan otot-otot dasar panggul berelaksasi secara optimal, yang menghasilkan pengosongan kandung kemih yang lebih efektif.

Volume residu urin pasca-buang air kecil menjadi jauh lebih sedikit dibandingkan dengan posisi berdiri, yang berarti mengurangi risiko infeksi dan masalah kesehatan terkait. Pengosongan kandung kemih yang optimal ini juga mendukung fungsi sistem urinari secara keseluruhan, mengurangi risiko batu ginjal, dan membantu mencegah masalah kandung kemih di masa depan.

Meski perubahan kebiasaan ini mungkin membutuhkan waktu dan kesabaran, manfaat jangka panjang yang ditawarkan sangat layak untuk dipertimbangkan. Para ahli kesehatan menyarankan untuk mulai menerapkan perubahan ini secara bertahap, mungkin dimulai dengan mencoba posisi duduk atau jongkok saat berada di rumah. Seiring waktu, tubuh akan beradaptasi dengan posisi baru ini, dan manfaat kesehatannya akan semakin terasa. Yang terpenting adalah konsistensi dalam menerapkan perubahan ini untuk memaksimalkan manfaat kesehatan yang diperoleh.

Meski mengubah kebiasaan kencing berdiri mungkin terasa tidak nyaman pada awalnya, manfaat kesehatan yang ditawarkan layak untuk dipertimbangkan. Para ahli menyarankan untuk mulai membiasakan diri dengan posisi duduk atau jongkok, terutama bagi pria yang memiliki riwayat masalah prostat atau saluran kemih.