Liputan6.com, Jakarta Pemecatan Shin Tae-yong dari kursi pelatih Timnas Indonesia menjadi perdebatan panas di kalangan pecinta sepak bola Tanah Air. Seruan untuk "STY Out" menggema di media sosial menyusul hasil negatif yang diraih skuad Garuda dalam beberapa laga terakhir. Namun, apakah memecat Shin Tae-yong adalah solusi terbaik?
Langkah seperti itu dapat membawa kerugian besar, baik dari segi finansial, harmonisasi tim, hingga kelanjutan program pembinaan yang telah berjalan. Dengan kontrak yang masih berlaku hingga 2027, keputusan PSSI untuk memutus kerja sama dengan pelatih asal Korea Selatan itu akan menimbulkan konsekuensi serius.
Baca Juga
Timnas Indonesia yang Bermain dengan 10 Pemain Kalah Dari Filipina di Piala AFF 2024, Gagal Lolos Semifinal
Pada Babak Pertama Pertandingan Timnas Indonesia Melawan Filipina, Muhammad Ferarri Mendapat Kartu Merah
Daftar Pemain Timnas Indonesia VS Filipina di Piala AFF 2024, Lino Kembali, Trio Bek Tetap Bertahan
Melalui artikel ini, kita akan menelusuri dampak yang mungkin terjadi jika Shin Tae-yong dipecat PSSI, mulai dari persoalan biaya kompensasi hingga risiko gangguan pada agenda Timnas Indonesia yang padat.
Advertisement
Biaya Kompensasi yang Menguras Anggaran
Pemecatan Shin Tae-yong tidak hanya menimbulkan masalah teknis tetapi juga beban finansial yang berat bagi PSSI. Kontrak Shin yang diperbarui hingga 2027 berarti masih ada kewajiban pembayaran kompensasi jika ia diberhentikan lebih awal. Dengan angka yang mencapai Rp20 miliar per tahun, PSSI berpotensi mengeluarkan Rp60 miliar sebagai pesangon.
Kondisi ini akan menjadi dilema, terutama jika dana besar tersebut mengganggu program-program pembinaan lain yang sudah dirancang untuk Timnas Indonesia.
Advertisement
Progres Timnas Indonesia yang Terancam Mandek
Shin Tae-yong tidak hanya melatih, tetapi juga menanamkan filosofi bermain yang kuat di tubuh Timnas Indonesia. Kehilangan sosoknya di tengah jalan berpotensi memutus progres yang telah dibangun dalam beberapa tahun terakhir. Pemain muda seperti Marselino Ferdinan dan Pratama Arhan yang berkembang di bawah arahannya juga bisa kehilangan momentum. Piala AFF 2024 sudah di depan mata, dan jika terjadi pergantian pelatih, adaptasi tim akan terganggu karena waktu persiapan yang sangat singkat.
Sulitnya Mencari Pengganti Selevel Shin Tae-yong
Pelatih berkaliber seperti Shin Tae-yong bukanlah sosok yang mudah ditemukan. Dibutuhkan pelatih dengan pengalaman tinggi yang memahami karakter sepak bola Indonesia. Setelah kepergian Luis Milla, PSSI membutuhkan lebih dari setahun untuk mengamankan tanda tangan Shin Tae-yong. Jika ia dilepas, PSSI kembali harus memulai proses pencarian yang panjang. Alternatif pelatih asing dengan rekam jejak bagus juga memerlukan biaya besar, mengingat standar gaji internasional mereka jauh lebih tinggi dari rata-rata pelatih lokal.
Advertisement
Gangguan Harmoni di Dalam Skuad
Shin Tae-yong dikenal sebagai pelatih yang sangat dekat dengan para pemainnya. Mayoritas skuad Timnas Indonesia, terutama pemain muda, merupakan hasil binaannya sejak U-19. Pemecatan Shin di saat agenda internasional yang padat berpotensi merusak harmoni dan filosofi yang telah tertanam. Pelatih baru juga akan menghadapi tantangan untuk mengenal karakter setiap pemain dalam waktu singkat.
Tantangan Agenda Padat Timnas Indonesia
Timnas Indonesia sedang menghadapi periode tersibuk, dari Kualifikasi Piala Dunia hingga Piala AFF 2024. Pergantian pelatih di tengah jadwal kompetisi padat akan menciptakan kekacauan, terutama dalam membangun strategi tim. Para pemain yang terbiasa dengan metode Shin Tae-yong harus beradaptasi ulang dengan gaya pelatih baru. Waktu persiapan yang minim dapat memengaruhi performa tim, apalagi target tinggi selalu dibebankan pada ajang seperti Piala AFF.
Advertisement