Sukses

Hipotermia Adalah Kedinginan Parah, Pahami Pengertian, Gejala, Penyebab dan Cara Mengatasinya

Hipotermia adalah kondisi medis darurat saat suhu tubuh turun di bawah 35°C. Pelajari gejala, penyebab, pencegahan, dan penanganan hipotermia secara lengkap dalam artikel ini.

Liputan6.com, Jakarta Hipotermia adalah kondisi medis serius yang terjadi ketika suhu tubuh seseorang turun di bawah 35 derajat Celsius (95 derajat Fahrenheit). Kondisi ini muncul ketika tubuh kehilangan panas lebih cepat daripada kemampuannya menghasilkan panas, yang dapat membahayakan fungsi organ-organ vital.

Dalam keadaan normal, suhu tubuh manusia berkisar sekitar 37 derajat Celsius (98,6 derajat Fahrenheit). Ketika suhu tubuh mulai turun secara signifikan, fungsi jantung, sistem saraf, dan organ-organ vital lainnya akan terganggu. Tanpa penanganan yang tepat, hipotermia dapat berakibat fatal.

Kondisi ini umumnya terjadi akibat paparan berkepanjangan terhadap suhu dingin, baik di udara maupun air. Meski lebih sering terjadi pada cuaca ekstrem, hipotermia juga bisa muncul pada suhu yang relatif hangat jika seseorang terpapar kondisi basah atau berangin dalam waktu lama.

Untuk memahami lebih dalam tentang apa itu hipotermia, simak penjelasan selengkapnya berikut ini sebagaimana telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (21/11/2024).

2 dari 7 halaman

Tingkatan dan Gejala Hipotermia

Hipotermia memiliki tiga tingkatan berdasarkan seberapa rendah suhu tubuh seseorang. Setiap tingkatan menunjukkan gejala yang berbeda dan semakin parah seiring menurunnya suhu tubuh. Pemahaman tentang tingkatan dan gejala ini penting untuk menentukan seberapa serius kondisi seseorang dan tindakan penanganan yang diperlukan.

Hipotermia Ringan (35-32°C)

Pada tahap awal hipotermia, tubuh akan menunjukkan reaksi berupa menggigil yang disertai gemeretuk gigi sebagai upaya alami untuk menghasilkan panas. Penderita akan mengalami kelelahan yang tidak biasa dan gerakan mereka menjadi lebih lambat serta tidak terkoordinasi dengan baik. Tanda-tanda lain yang muncul meliputi rasa kantuk berlebihan, denyut nadi yang melemah namun detak jantung dan pernapasan justru menjadi lebih cepat. Kulit penderita akan terlihat pucat dan mereka mulai menunjukkan tanda-tanda kebingungan serta kesulitan dalam berbicara.

Hipotermia Sedang (32-28°C)

Ketika suhu tubuh semakin menurun, kondisi penderita akan memburuk dengan ditandai melambatnya pernapasan dan detak jantung. Kemampuan bicara terganggu hingga tidak jelas, dan fungsi mental mengalami penurunan signifikan. Pada tahap ini, penderita mungkin mengalami halusinasi dan menggigil justru mulai berkurang intensitasnya. Perubahan fisik yang tampak meliputi warna kulit yang mulai kebiruan, peningkatan kekakuan otot, dan pupil mata yang melebar. Kondisi ini menandakan bahwa tubuh mulai gagal dalam mempertahankan fungsi normalnya.

Hipotermia Berat (<28°C)

Tingkatan paling berbahaya dari hipotermia terjadi ketika suhu tubuh jatuh di bawah 28°C. Pada tahap ini, tubuh menunjukkan tanda-tanda kegagalan sistem yang serius - menggigil telah berhenti sepenuhnya dan tekanan darah menjadi sangat rendah. Penderita mengalami penumpukan cairan di paru-paru dan kehilangan semua refleks tubuh. Otot-otot mengalami kekakuan total dan penderita dapat jatuh ke dalam kondisi koma. Tanpa penanganan medis segera, hipotermia berat dapat berakibat fatal karena tubuh tidak lagi mampu mempertahankan fungsi-fungsi vital kehidupan.

3 dari 7 halaman

Penyebab Hipotermia

Hipotermia dapat terjadi melalui berbagai mekanisme yang menyebabkan tubuh kehilangan panas lebih cepat daripada kemampuannya menghasilkan panas. Pemahaman tentang penyebab-penyebab ini penting untuk mencegah terjadinya hipotermia dan mengidentifikasi situasi-situasi yang berpotensi berbahaya.

Paparan Terhadap Lingkungan Dingin

Berada terlalu lama di lingkungan bersuhu rendah merupakan penyebab paling umum dari hipotermia. Ketika seseorang terpapar udara dingin dalam waktu yang berkepanjangan tanpa perlindungan yang memadai, tubuh akan terus-menerus kehilangan panas hingga tidak mampu lagi mempertahankan suhu normalnya. Kondisi ini semakin diperparah jika orang tersebut mengenakan pakaian yang tidak sesuai dengan kondisi cuaca, seperti pakaian yang terlalu tipis atau tidak memiliki lapisan yang cukup untuk menahan panas tubuh.

Kontak dengan Air

Paparan terhadap air dingin dapat menyebabkan hipotermia jauh lebih cepat dibandingkan dengan udara dingin, karena air memiliki kemampuan yang lebih besar dalam mengambil panas dari tubuh. Berendam terlalu lama di air dingin, seperti saat kecelakaan perahu atau terjebak di air, dapat dengan cepat menurunkan suhu tubuh ke level yang berbahaya. Bahkan air dengan suhu yang tidak terlalu dingin pun dapat menyebabkan hipotermia jika seseorang berada di dalamnya dalam waktu yang lama.

Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal

Hipotermia tidak selalu terjadi di luar ruangan. Tinggal di rumah dengan sistem pendingin yang berlebihan atau pemanas yang tidak memadai juga dapat menyebabkan hipotermia, terutama pada kelompok rentan seperti lansia dan bayi. Kondisi ini sering terjadi pada musim dingin ketika orang-orang tidak mampu membayar tagihan pemanas atau ketika sistem pemanas rumah mengalami kerusakan.

Faktor Cuaca dan Kelembaban

Kombinasi antara cuaca dingin, angin, dan kelembaban dapat menciptakan kondisi yang sangat berisiko untuk terjadinya hipotermia. Kehujanan dan tidak segera mengganti pakaian yang basah sangat berbahaya karena air membantu menghantarkan panas keluar dari tubuh dengan cepat. Angin juga berperan penting dalam proses pendinginan tubuh karena dapat menghilangkan lapisan udara hangat yang ada di sekitar kulit, mempercepat proses hilangnya panas tubuh.

Situasi Darurat

Terjebak dalam situasi darurat di lingkungan dingin tanpa perlindungan yang memadai dapat dengan cepat mengarah pada hipotermia. Hal ini bisa terjadi saat mobil mogok di cuaca dingin, tersesat saat mendaki gunung, atau situasi darurat lainnya di mana seseorang tidak memiliki akses ke tempat yang hangat atau perlengkapan yang memadai untuk melindungi diri dari dingin.

4 dari 7 halaman

Faktor Risiko

Meskipun setiap orang berpotensi mengalami hipotermia dalam kondisi yang ekstrem, beberapa kelompok memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan yang lain. Memahami faktor-faktor risiko ini sangat penting untuk melakukan tindakan pencegahan yang tepat dan memberikan perhatian khusus kepada mereka yang lebih rentan.

Kelompok Usia Tertentu

Lansia dan anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap hipotermia. Para lansia memiliki sistem pengaturan suhu tubuh yang kurang efisien seiring bertambahnya usia, ditambah dengan aktivitas fisik yang berkurang yang menyebabkan produksi panas tubuh lebih rendah. Mereka juga mungkin memiliki kondisi medis yang mempengaruhi kemampuan merasakan dingin. Sementara itu, bayi dan anak-anak kehilangan panas tubuh lebih cepat karena memiliki rasio luas permukaan tubuh terhadap massa yang lebih besar. Mereka juga cenderung mengabaikan tanda-tanda dingin karena terlalu asyik bermain.

Kondisi Kesehatan Mental

Individu dengan gangguan mental berada pada risiko yang lebih tinggi untuk mengalami hipotermia. Orang dengan demensia atau gangguan mental lainnya mungkin tidak memiliki penilaian yang baik tentang kondisi cuaca, tidak mengenakan pakaian yang sesuai, atau bahkan tersesat di lingkungan dingin. Mereka mungkin juga tidak menyadari atau tidak dapat mengomunikasikan bahwa mereka kedinginan, yang membuat mereka lebih rentan terhadap paparan dingin berkepanjangan.

Pengguna Zat dan Alkohol

Konsumsi alkohol dan obat-obatan tertentu secara signifikan meningkatkan risiko hipotermia. Alkohol menyebabkan pembuluh darah melebar, yang mengakibatkan tubuh kehilangan panas lebih cepat, sementara pada saat yang sama memberikan rasa hangat yang menipu. Hal ini dapat menyebabkan seseorang tidak menyadari bahwa mereka kedinginan. Pengguna obat-obatan juga mungkin memiliki penilaian yang buruk tentang kondisi cuaca atau tidak mampu merespons secara tepat terhadap tanda-tanda dingin.

Kondisi Sosial Ekonomi

Orang-orang yang mengalami tunawisma berada pada risiko hipotermia yang sangat tinggi karena kurangnya akses ke tempat berlindung yang hangat dan pakaian yang memadai. Mereka sering terpapar elemen cuaca secara langsung dan mungkin tidak memiliki sumber daya untuk mencari pertolongan ketika mengalami gejala hipotermia. Kondisi ekonomi yang sulit juga dapat menyebabkan orang-orang menghemat biaya pemanas rumah, yang meningkatkan risiko hipotermia selama cuaca dingin.

Kondisi Medis dan Pengobatan

Beberapa kondisi medis dapat meningkatkan kerentanan seseorang terhadap hipotermia. Penyakit seperti hipotiroidisme, diabetes, Parkinson, stroke, dan cedera tulang belakang dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk mengatur suhu dengan baik. Selain itu, penggunaan obat-obatan tertentu seperti antidepresan, antipsikotik, dan obat penenang dapat mempengaruhi kemampuan tubuh dalam mengatur suhu dan mengenali tanda-tanda dingin.

Aktivitas Olahraga dan Rekreasi

Peserta olahraga musim dingin dan kegiatan luar ruang berisiko mengalami hipotermia karena paparan berkepanjangan terhadap suhu rendah. Aktivitas ini sering terjadi di daerah dengan pola cuaca yang tidak dapat diprediksi dan dapat melibatkan keringat yang berlebihan, yang dapat mempercepat pendinginan tubuh ketika aktivitas berhenti. Kelelahan dari aktivitas ini juga dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk menghasilkan panas, meningkatkan risiko hipotermia.

5 dari 7 halaman

Pencegahan Hipotermia

Mencegah hipotermia jauh lebih mudah dan aman dibandingkan mengobatinya. Dengan memahami dan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang tepat, risiko mengalami hipotermia dapat dikurangi secara signifikan. Pencegahan yang efektif melibatkan kombinasi dari persiapan yang baik, pemahaman tentang kondisi lingkungan, dan pengambilan keputusan yang tepat.

Perlindungan Tubuh di Udara Dingin

Perlindungan yang tepat terhadap tubuh merupakan garis pertahanan utama melawan hipotermia. Mengenakan pakaian berlapis adalah strategi yang paling efektif, dimana lapisan dalam sebaiknya terbuat dari bahan yang dapat menyerap keringat seperti wol atau polypropylene, bukan katun yang cenderung menahan kelembaban. Lapisan luar sebaiknya tahan air dan angin untuk mencegah hilangnya panas tubuh. Penting juga untuk melindungi bagian tubuh yang mudah kehilangan panas seperti kepala, leher, dan tangan dengan menggunakan topi, syal, dan sarung tangan. Segera ganti pakaian yang basah karena kelembaban dapat mempercepat proses pendinginan tubuh.

Pengaturan Aktivitas di Lingkungan Dingin

Mengatur aktivitas di lingkungan dingin merupakan bagian penting dari pencegahan hipotermia. Hindari aktivitas yang menyebabkan berkeringat berlebihan karena keringat dapat mendinginkan tubuh dengan cepat saat aktivitas berkurang. Jika harus beraktivitas di luar ruangan, lakukan secara bertahap dan ambil istirahat secara teratur di tempat yang hangat. Perhatikan juga tanda-tanda awal hipotermia seperti menggigil atau kebingungan, dan segera cari tempat berlindung jika gejala-gejala ini muncul.

Keselamatan dalam Aktivitas Air

Aktivitas di atau dekat air memerlukan perhatian khusus dalam pencegahan hipotermia. Selalu kenakan jaket pelampung saat beraktivitas di air, karena selain mencegah tenggelam, jaket pelampung juga membantu menahan panas tubuh. Hindari berenang sendirian dan batasi waktu berada di air dingin karena air dapat menghilangkan panas tubuh 25 kali lebih cepat dibandingkan udara. Pastikan juga untuk memiliki pakaian ganti yang kering dan fasilitas untuk menghangatkan diri setelah beraktivitas di air.

Persiapan untuk Situasi Darurat

Persiapan menghadapi situasi darurat sangat penting dalam mencegah hipotermia. Saat bepergian di musim dingin, selalu bawa perlengkapan darurat di kendaraan seperti selimut, makanan, air, senter, dan peralatan pertolongan pertama. Pastikan kendaraan dalam kondisi baik dan tangki bahan bakar terisi penuh sebelum melakukan perjalanan. Beri tahu orang lain tentang rencana perjalanan Anda dan perkiraan waktu tiba, sehingga bantuan dapat segera dikirim jika terjadi sesuatu.

Perlindungan di Dalam Ruangan

Pencegahan hipotermia tidak hanya penting di luar ruangan, tetapi juga di dalam ruangan. Jaga suhu ruangan minimal 20°C (68°F), terutama jika ada lansia atau anak kecil di rumah. Pastikan sistem pemanas berfungsi dengan baik dan lakukan pemeriksaan rutin. Gunakan selimut tambahan saat tidur dan pastikan ventilasi udara berfungsi dengan baik untuk mencegah kelembaban berlebih. Jika mengalami kesulitan membayar tagihan pemanas, hubungi layanan sosial setempat untuk mendapatkan bantuan.

Edukasi dan Kesadaran

Meningkatkan pemahaman tentang hipotermia dan cara pencegahannya sangat penting, terutama bagi kelompok berisiko tinggi dan pengasuh mereka. Kenali tanda-tanda awal hipotermia dan pahami kapan harus mencari pertolongan medis. Ikuti perkiraan cuaca dan rencanakan aktivitas sesuai dengan kondisi cuaca yang diperkirakan. Edukasi ini harus mencakup cara berpakaian yang tepat, pengaturan suhu ruangan yang aman, dan tindakan yang harus diambil dalam situasi darurat.

6 dari 7 halaman

Pertolongan Pertama

Penanganan cepat dan tepat sangat krusial ketika seseorang mengalami hipotermia. Pertolongan pertama yang diberikan dalam beberapa menit atau jam pertama dapat menentukan tingkat pemulihan dan bahkan keselamatan korban. Penting untuk memahami langkah-langkah pertolongan pertama yang tepat sambil menunggu bantuan medis profesional tiba.

Evakuasi ke Tempat Aman dan Hangat

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memindahkan korban ke tempat yang hangat dan terlindung dari paparan dingin lebih lanjut. Proses pemindahan harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena gerakan yang tiba-tiba dapat menyebabkan gangguan irama jantung pada penderita hipotermia. Jika berada di luar ruangan, cari tempat berlindung seperti bangunan, tenda, atau kendaraan. Pastikan lokasi tersebut terlindung dari angin dan memiliki sumber kehangatan.

Penanganan Pakaian Basah

Setelah korban berada di tempat yang aman, segera lepaskan semua pakaian basah yang dikenakan. Pakaian basah akan terus mendinginkan tubuh dan menghambat proses pemanasan. Ganti dengan pakaian kering atau selimut. Jika tidak tersedia pakaian kering, lebih baik membungkus korban dengan selimut atau material isolasi lain daripada membiarkannya mengenakan pakaian basah. Pastikan untuk mengeringkan tubuh korban dengan lembut untuk menghindari gesekan yang dapat melukai kulit yang sensitif akibat hipotermia.

Proses Pemanasan Tubuh

Pemanasan tubuh harus dilakukan secara bertahap dan fokus pada bagian tengah tubuh terlebih dahulu - yaitu dada, leher, kepala, dan pangkal paha. Penggunaan botol air panas, bantalan pemanas, atau selimut elektrik (jika tersedia) dapat membantu proses ini. Hindari memanaskan tangan dan kaki terlebih dahulu karena ini dapat menyebabkan cold shock yang berbahaya. Jika tidak ada sumber panas buatan, dapat dilakukan kontak tubuh langsung di bawah selimut untuk berbagi panas tubuh, terutama untuk kasus hipotermia ringan hingga sedang.

Pemberian Minuman Hangat

Untuk korban yang masih sadar dan dapat menelan dengan baik, berikan minuman hangat yang manis tanpa kafein atau alkohol. Minuman hangat membantu meningkatkan suhu tubuh dari dalam, sementara gula memberikan energi cepat yang dibutuhkan tubuh. Namun, jangan pernah memaksa korban yang setengah sadar atau tidak sadar untuk minum karena berisiko tersedak. Dalam kasus seperti ini, fokus pada pemanasan eksternal sambil menunggu bantuan medis.

Pemantauan Kondisi

Selama memberikan pertolongan pertama, terus pantau kondisi vital korban termasuk kesadaran, pernapasan, dan denyut nadi. Catat setiap perubahan yang terjadi untuk dilaporkan kepada tim medis. Jika korban tidak bernapas atau tidak ada denyut nadi yang terdeteksi, mulai lakukan CPR jika Anda terlatih untuk melakukannya. Meskipun korban tampak tidak bernyawa, CPR harus terus dilakukan karena dalam kasus hipotermia, seseorang dapat diselamatkan bahkan setelah periode yang cukup lama tanpa tanda-tanda kehidupan.

Koordinasi dengan Bantuan Medis

Segera setelah menemukan korban hipotermia, hubungi layanan gawat darurat atau bantuan medis terdekat. Berikan informasi sejelas mungkin tentang lokasi, kondisi korban, dan pertolongan pertama yang telah diberikan. Jangan menghentikan upaya pertolongan pertama sambil menunggu tim medis tiba. Siapkan akses dan informasi yang diperlukan untuk memudahkan tim medis memberikan pertolongan lanjutan secepat mungkin.

7 dari 7 halaman

Kapan Harus ke Dokter

Mengenali waktu yang tepat untuk mencari bantuan medis profesional sangatlah penting dalam kasus hipotermia. Keterlambatan penanganan medis dapat berakibat fatal, sehingga pemahaman tentang tanda-tanda yang mengharuskan seseorang segera mendapat perawatan medis menjadi sangat krusial. Dalam situasi darurat terkait hipotermia, lebih baik mencari bantuan medis lebih awal daripada menunggu kondisi memburuk.

Kondisi Suhu Tubuh Kritis

Ketika termometer menunjukkan suhu tubuh seseorang berada di bawah 35°C (95°F), ini merupakan tanda bahaya yang mengharuskan pencarian bantuan medis segera. Suhu tubuh yang terlalu rendah dapat menyebabkan gangguan fungsi organ vital dan membutuhkan penanganan medis profesional. Bahkan jika tidak memiliki termometer, jika seseorang menunjukkan tanda-tanda kedinginan yang parah disertai kebingungan atau penurunan kesadaran, ini harus dianggap sebagai keadaan darurat medis.

Manifestasi Gejala yang Mengkhawatirkan

Munculnya gejala-gejala hipotermia seperti menggigil yang tak terkendali, kebingungan mental, gerakan yang tidak terkoordinasi, atau bicara yang tidak jelas merupakan indikasi kuat untuk segera mencari bantuan medis. Gejala-gejala ini menandakan bahwa tubuh mengalami kesulitan dalam mempertahankan suhu normalnya dan sistem saraf mulai terganggu. Jangan menunggu gejala memburuk sebelum mencari pertolongan.

Penurunan Tingkat Kesadaran

Bila seseorang dengan paparan dingin mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan kesadaran, seperti mengantuk berlebihan, sulit dibangunkan, atau tidak responsif, ini merupakan keadaan darurat yang membutuhkan penanganan medis segera. Penurunan kesadaran menunjukkan bahwa otak tidak mendapat cukup oksigen atau mengalami gangguan fungsi akibat suhu tubuh yang terlalu rendah.

Gangguan Pernapasan

Perubahan pada pola pernapasan, seperti napas yang sangat lambat, dangkal, atau tidak teratur, merupakan tanda bahaya yang memerlukan evaluasi medis segera. Gangguan pernapasan pada kasus hipotermia dapat mengindikasikan bahwa sistem pernapasan mulai gagal, yang dapat berakibat fatal jika tidak segera ditangani oleh profesional medis.

Masalah Kardiovaskular

Denyut nadi yang sangat lemah atau tidak teratur merupakan tanda bahaya serius yang membutuhkan penanganan medis darurat. Gangguan pada sistem kardiovaskular akibat hipotermia dapat menyebabkan aritmia jantung dan bahkan henti jantung jika tidak segera ditangani. Dalam kasus seperti ini, setiap menit sangat berharga dan dapat menentukan keselamatan pasien.

Pasca Paparan yang Signifikan

Setelah mengalami paparan yang signifikan terhadap kondisi dingin, seperti tercebur ke dalam air dingin atau terjebak di luar ruangan dalam cuaca ekstrem, seseorang sebaiknya mendapatkan evaluasi medis bahkan jika gejala yang dialami terlihat ringan. Hal ini penting untuk memastikan tidak ada komplikasi yang berkembang dan untuk mencegah terjadinya hipotermia tertunda.

Kelompok Berisiko Tinggi

Untuk kelompok berisiko tinggi seperti bayi, lansia, atau orang dengan kondisi medis tertentu, evaluasi medis sebaiknya dilakukan lebih awal bahkan untuk gejala yang tampak ringan. Kelompok ini memiliki kemampuan yang lebih rendah dalam mengompensasi penurunan suhu tubuh dan dapat mengalami komplikasi lebih cepat dibandingkan populasi umum.

Hipotermia adalah kondisi yang membutuhkan penanganan medis segera. Pemahaman tentang gejala dan tindakan pertolongan pertama yang tepat dapat menyelamatkan nyawa seseorang yang mengalami hipotermia. Pencegahan tetap menjadi langkah terbaik untuk menghindari kondisi berbahaya ini.