Sukses

Apa Nama Pakaian Adat Jawa Tengah? Kenali Beda 7 di Antaranya

Pakaian adat Jawa Tengah tidak hanya sekadar busana yang dikenakan untuk menutup tubuh, tetapi juga memiliki makna yang dalam.

Liputan6.com, Jakarta - Mengetahui apa nama pakaian adat Jawa Tengah menjadi penting bagi masyarakat Indonesia, terutama bagi mereka yang ingin mempelajari kekayaan budaya Nusantara.

Pelajar, mahasiswa, peneliti budaya, hingga masyarakat umum yang tertarik dengan kebudayaan Jawa Tengah perlu memahami apa saja nama pakaian adat yang menjadi identitas daerah ini.

Pakaian adat Jawa Tengah tidak hanya sekadar busana yang dikenakan untuk menutup tubuh, tetapi juga memiliki makna yang dalam. Setiap detail dari pakaian adat ini, mulai dari jenis kain, motif, warna, hingga aksesoris yang dikenakan, mencerminkan nilai-nilai budaya yang diwariskan secara turun-temurun.

Mengenal apa nama pakaian adat Jawa Tengah juga penting dalam upaya melestarikan warisan budaya bangsa.

Pengetahuan tentang pakaian adat Jawa Tengah juga dapat menginspirasi generasi muda untuk mencintai dan bangga akan identitas budaya mereka. Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya, Sabtu (23/11/2024).

2 dari 3 halaman

1. Batik

Batik menjadi salah satu apa nama pakaian adat Jawa Tengah yang paling terkenal. Kain batik dengan berbagai motif dan corak khasnya telah menjadi identitas budaya Jawa Tengah sejak lama. Setiap daerah di Jawa Tengah memiliki ciri khas batiknya masing-masing, seperti Batik Pekalongan, Batik Solo, Batik Lasem, Batik Jepara, dan Batik Banyumasan.

Batik Jawa Tengah tidak hanya indah secara visual, tetapi juga sarat akan makna filosofis. Motif-motif batik seperti Parang, Kawung, Truntum, dan Sidomukti memiliki arti yang dalam, mencerminkan nilai-nilai kehidupan masyarakat Jawa. Batik juga digunakan dalam berbagai acara penting, mulai dari upacara adat, pernikahan, hingga acara formal lainnya.

Keberadaan batik sebagai apa nama pakaian adat Jawa Tengah menunjukkan kekayaan budaya dan keahlian masyarakat dalam membuat kain yang bernilai seni tinggi. Batik Jawa Tengah telah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO, semakin mengukuhkan posisinya sebagai salah satu identitas budaya Indonesia yang patut dibanggakan.

2. Kebaya Jawa Tengah

Kebaya Jawa Tengah menjadi apa nama pakaian adat yang identik dengan kaum wanita. Kebaya ini memiliki ciri khas yang berbeda dengan kebaya dari daerah lain. Kebaya Jawa Tengah umumnya memiliki potongan yang sederhana, dengan lengan panjang dan kerah yang tertutup. Bahan yang digunakan biasanya kain brokat, beludru, atau katun dengan warna-warna gelap seperti hitam atau coklat tua.

Kebaya Jawa Tengah dipadukan dengan kain jarik atau batik sebagai bawahan. Cara pemakaiannya pun khas, yaitu dengan melilitkan kain jarik dari arah kiri ke kanan. Untuk mempercantik penampilan, kebaya dilengkapi dengan berbagai aksesoris seperti bros, kalung, dan gelang.

Dalam budaya Jawa, kebaya melambangkan keanggunan, kesopanan, dan martabat seorang wanita. Kebaya Jawa Tengah tidak hanya sekadar busana, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai dan filosofi masyarakat Jawa tentang perempuan yang memiliki budi pekerti luhur dan menjaga kehormatan diri serta keluarga.

3. Beskap

Beskap merupakan apa nama pakaian adat Jawa Tengah yang dikenakan oleh kaum pria. Beskap berbentuk jas dengan kerah tegak dan kancing yang memanjang hingga ke bawah. Ciri khas beskap adalah warna hitam atau gelap dengan hiasan bordir atau sulaman emas di bagian depan dan lengan.

Beskap dilengkapi dengan kain jarik atau batik sebagai bawahan, serta blangkon sebagai penutup kepala. Blangkon sendiri memiliki makna filosofis, yaitu sebagai simbol kedewasaan dan tanggung jawab seorang pria dalam menjalani kehidupan.

Dahulu, beskap hanya dikenakan oleh kaum bangsawan atau priyayi sebagai simbol status sosial. Namun, seiring perkembangan zaman, beskap kini digunakan dalam berbagai acara resmi atau upacara adat. Beskap mencerminkan kewibawaaan, ketegasan, sekaligus keanggunan pemakainya.

4. Surjan

Surjan menjadi apa nama pakaian adat Jawa Tengah yang juga dikenakan oleh kaum pria. Surjan berbentuk mirip dengan beskap, namun memiliki ciri khas motif garis-garis atau lurik. Warna surjan biasanya coklat atau hitam dengan aksen garis-garis vertikal.

Surjan dilengkapi dengan kain jarik sebagai bawahan dan blangkon sebagai penutup kepala. Uniknya, surjan memiliki makna filosofis yang terkait dengan ajaran Islam. Lima kancing pada surjan melambangkan rukun Islam, sedangkan tiga kancing di bagian depan yang tertutup melambangkan tiga rukun Islam yaitu syahadat, shalat, dan puasa.

Pada awalnya, surjan hanya dipakai oleh kaum bangsawan atau pegawai keraton. Namun, kini surjan sudah menjadi pakaian adat yang digunakan dalam berbagai acara resmi atau upacara adat, menunjukkan keluhuran budi dan kebijaksanaan pemakainya.

 

3 dari 3 halaman

5. Jawi Jangkep

Jawi Jangkep adalah apa nama pakaian adat Jawa Tengah yang dikenakan oleh pria dalam acara-acara resmi. Jawi Jangkep terdiri dari beskap sebagai atasan, kain jarik atau batik sebagai bawahan, serta dilengkapi dengan blangkon dan keris sebagai aksesoris.

Ciri khas Jawi Jangkep adalah beskap dengan hiasan bordir atau sulaman emas yang indah di bagian depan. Keris yang diselipkan di bagian belakang pinggang juga menjadi simbol keberanian dan kejantanan seorang pria Jawa.

Jawi Jangkep biasanya dikenakan dalam acara pernikahan adat Jawa atau upacara-upacara penting lainnya. Busana ini melambangkan kewibawaaan, keteguhan, dan tanggung jawab seorang pria dalam menjalankan perannya di masyarakat.

6. Basahan

Basahan adalah apa nama pakaian adat Jawa Tengah yang khusus dikenakan oleh pengantin pria dan wanita dalam upacara pernikahan. Basahan memiliki ciri khas yang unik, yaitu tidak menggunakan atasan yang menutupi tubuh bagian atas.

Pengantin wanita mengenakan kemben atau kain yang dililitkan di bagian dada, sedangkan pengantin pria bertelanjang dada. Bawahan yang digunakan adalah kain dodot atau kampuh dengan motif dan warna yang indah. Basahan juga dilengkapi dengan berbagai aksesoris seperti kalung, gelang, dan hiasan kepala.

Basahan mengandung makna filosofis yang dalam. Ketiadaan busana di bagian atas melambangkan kesucian dan kepolosan pengantin dalam memulai kehidupan baru. Basahan juga menjadi simbol penyatuan dua insan dalam ikatan suci pernikahan.

7. Kanigaran

Kanigaran merupakan apa nama pakaian adat Jawa Tengah yang dikenakan oleh pengantin dalam upacara pernikahan gaya Kesultanan Yogyakarta. Kanigaran identik dengan kemewahan dan keanggunan yang mencerminkan status sosial yang tinggi.

Pengantin wanita mengenakan kebaya dengan detail bordir atau payet emas yang indah, dilengkapi dengan kain dodot atau kampuh sebagai bawahan. Aksesoris yang dikenakan juga tidak kalah mewah, seperti mahkota, kalung, gelang, dan pending (ikat pinggang) emas.

Pengantin pria mengenakan beskap dengan detail bordir emas yang serasi dengan kebaya pengantin wanita. Kain dodot atau kampuh juga menjadi bawahan yang dilengkapi dengan keris sebagai simbol kejantanan.

Kanigaran mencerminkan keagungan dan kemewahan upacara pernikahan adat Jawa. Busana ini juga melambangkan harapan agar pasangan pengantin dapat menjalani kehidupan yang penuh berkah, kebahagiaan, dan kemakmuran.

Demikianlah penjelasan tentang apa nama pakaian adat Jawa Tengah yang sarat akan makna dan filosofi. Setiap busana adat ini tidak hanya indah secara visual, tetapi juga mencerminkan kearifan lokal dan nilai-nilai budaya masyarakat Jawa Tengah yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Â