Liputan6.com, Jakarta Kabar mengejutkan datang dari sektor ritel bahan bakar di Indonesia. Shell Indonesia dikabarkan berencana menutup seluruh jaringan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) miliknya. Informasi ini mencuat setelah Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas), Moshe Rizal, mengungkapkan bahwa persaingan di sektor ini semakin sulit bagi pemain asing, terutama karena dominasi Pertamina.
“Mayoritas pasar SPBU dikuasai Pertamina. Saya tidak heran kalau Shell kesulitan berkembang. Kompetisi di sini sangat berat,” ujar Moshe, dikutip dari Liputan6.com
Kondisi ini membuat posisi Shell dalam bisnis ritel BBM menjadi kurang kompetitif dibandingkan dengan perusahaan milik negara tersebut.
Advertisement
Selain itu, Shell di tingkat global tampaknya memang menggeser fokus bisnisnya dari sektor hilir ke sektor hulu, termasuk mengurangi operasi di Asia Tenggara. Langkah ini sejalan dengan strategi global Shell untuk mengurangi emisi karbon sambil tetap mempertahankan profitabilitasnya.
Persaingan Berat dengan Pertamina
Ketua Komite Investasi Aspermigas, Moshe Rizal, menyebut bahwa dominasi Pertamina di pasar BBM Indonesia menjadi alasan utama sulitnya pemain asing seperti Shell untuk bersaing. Pertamina tidak hanya memiliki keunggulan dalam jaringan distribusi yang luas, tetapi juga merupakan satu-satunya perusahaan yang diizinkan pemerintah menjual BBM bersubsidi.
“Pertamina semakin hari semakin baik, baik dari sisi kualitas maupun pelayanan. Sementara itu, nilai jual produk Shell yang sebelumnya lebih unggul kini sudah mulai tersamai,” jelas Moshe. Dengan pangsa pasar Pertamina yang mencapai 90%, sulit bagi Shell untuk berkembang dalam ekosistem bisnis yang sedemikian kompetitif.
Advertisement
Transformasi Strategi Global Shell
Di tingkat global, Shell Plc memang sedang mengurangi fokus pada lini hilir (downstream) dan lebih memilih untuk meningkatkan investasi di lini hulu (upstream). Langkah ini bertujuan untuk mengurangi intensitas karbon dioksida (CO2) dalam proses produksi mereka, yang merupakan bagian dari inisiatif iklim global yang diikuti oleh Shell.
“Shell mengurangi dampak CO2 per barel ekuivalen, tetapi di sisi lain mereka tetap mempertahankan margin keuntungan di sektor hulu,” ujar Moshe.
Untuk itu, Shell juga telah menjual kilang petrokimia mereka di beberapa wilayah Asia Tenggara, termasuk akuisisi kilang di Singapura oleh PT Chandra Asri Pacific Tbk.
Rencana Shell di Indonesia
Meski menghadapi tantangan besar di sektor SPBU, Shell masih menunjukkan komitmen di Indonesia dengan membangun pabrik grease (gemuk) pertama di Marunda, Bekasi. Fasilitas ini akan melengkapi pabrik pelumas yang telah ada sebelumnya, dengan kapasitas produksi mencapai 12 juta liter per tahun.
“Proyek ini menegaskan komitmen kami untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang terus berubah,” ungkap Jason Wong, Global Executive Vice President Shell Lubricants.
Pabrik ini akan memproduksi pelumas premium seperti Shell Gadus®, yang digunakan di berbagai sektor industri, termasuk manufaktur, konstruksi, dan pertambangan.
Hingga saat ini, pihak Shell Indonesia belum memberikan pernyataan resmi terkait kabar rencana penutupan SPBU mereka.
Advertisement
1. Mengapa SPBU Shell di Indonesia dikabarkan akan ditutup?
Shell disebut kesulitan bersaing dengan Pertamina yang mendominasi pasar BBM Indonesia, terutama karena dukungan pemerintah terhadap BBM bersubsidi.
2. Apa strategi global Shell yang memengaruhi operasional di Indonesia?
Shell fokus mengurangi operasi di sektor hilir (downstream) dan meningkatkan investasi di sektor hulu (upstream) untuk mengurangi emisi karbon dan mempertahankan margin keuntungan.
Advertisement
3. Apakah Shell benar-benar akan menutup seluruh SPBU-nya di Indonesia?
Hingga kini, Shell Indonesia belum mengonfirmasi kabar tersebut dan menyebutnya sebagai spekulasi pasar.