Liputan6.com, Jakarta Perubahan musim merupakan fenomena alam yang rutin terjadi di Indonesia, dengan musim hujan di Indonesia menjadi salah satu fase penting yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat. Tahun 2024-2025 membawa pola yang unik dalam siklus musim hujan di Indonesia, dengan prediksi yang menunjukkan kedatangan yang lebih awal dari biasanya di berbagai wilayah.
Baca Juga
Advertisement
Berdasarkan data terbaru dari BMKG, pola musim hujan di Indonesia tahun ini menunjukkan variasi yang signifikan di berbagai wilayah. Fenomena La Nina yang diprediksi terjadi pada akhir 2024 memberikan pengaruh terhadap intensitas dan durasi musim hujan, meskipun dampaknya bervariasi di setiap wilayah.
Pemahaman tentang kapan berakhirnya musim hujan di Indonesia menjadi sangat penting bagi berbagai sektor, mulai dari pertanian hingga mitigasi bencana. Dengan total 699 zona musim (ZOM) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, setiap daerah memiliki karakteristik dan periode musim hujan yang berbeda-beda.
Mari simak informasi lengkapnya dalam dalam rangkuman berikut ini, yang telah Liputan6.com susun pada Senin (25/11).
Pola dan Periode Musim Hujan 2024-2025
Musim hujan 2024-2025 telah dimulai sejak Agustus 2024 di sebagian kecil wilayah Indonesia. Data BMKG menunjukkan penyebaran bertahap, dimana pada September 2024, sebanyak 75 ZOM atau 10,7 persen wilayah telah memasuki musim hujan. Perluasan wilayah musim hujan berlanjut dengan 210 ZOM (30,04 persen) pada Oktober, dan 181 ZOM (25,9 persen) pada November.
Secara geografis, wilayah barat Sumatera menjadi yang pertama mengalami musim hujan pada Agustus 2024. Pola ini kemudian menyebar secara bertahap ke arah timur hingga Desember 2024. Mayoritas wilayah Indonesia diprediksi akan mengalami musim hujan pada periode Oktober hingga November 2024.
Menariknya, terdapat 113 ZOM atau 16,2 persen wilayah yang memiliki pola musim hujan sepanjang tahun, yang dikenal sebagai wilayah satu musim. Hal ini menunjukkan keunikan karakteristik iklim Indonesia yang beragam.
Advertisement
Puncak dan Durasi Musim Hujan
BMKG memprediksi puncak musim hujan akan terjadi dalam dua periode utama. Periode pertama berlangsung pada November hingga Desember 2024, meliputi 303 ZOM (43,45 persen) yang mencakup wilayah Pulau Sumatra, Jawa pesisir selatan, dan Kalimantan.
Periode kedua terjadi pada Januari hingga Februari 2025, meliputi 250 ZOM (35,77 persen). Wilayah yang mengalami puncak musim hujan pada periode ini termasuk Lampung, Pulau Jawa bagian utara, sebagian kecil Pulau Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan sebagian besar Papua.
Durasi musim hujan di berbagai wilayah akan bervariasi, mulai dari 6 dasarian (2 bulan) hingga 33 dasarian (11 bulan). Dibandingkan dengan rata-rata, durasi musim hujan 2024/2025 di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi akan lebih panjang dari biasanya.
Karakteristik dan Sifat Musim Hujan 2024-2025
BMKG memprediksi sifat musim hujan 2024-2025 akan berada pada kategori Normal, yang mengindikasikan tidak adanya kondisi yang terlalu basah maupun terlalu kering. Prediksi ini dipengaruhi oleh fenomena El Nino-Southern Oscillation (ENSO) yang menunjukkan potensi terjadinya La Nina pada akhir 2024, yang secara umum cenderung menyebabkan kondisi yang lebih basah di Indonesia.
Dibandingkan dengan rata-ratanya, musim hujan 2024-2025 memiliki karakteristik kedatangan yang lebih awal dari biasanya. Puncak musim hujan juga diprediksi akan SAMA hingga MAJU (lebih awal) dibandingkan dengan kondisi normalnya, menandakan adanya pergeseran pola musim yang signifikan.
Meskipun secara umum sifatnya normal, beberapa wilayah diprediksi akan mengalami musim hujan yang lebih basah. Variasi ini perlu mendapat perhatian khusus terutama dalam konteks mitigasi bencana dan perencanaan berbagai sektor yang bergantung pada kondisi cuaca.
Dengan adanya prediksi musim hujan yang lebih panjang dan datang lebih awal, berbagai sektor perlu melakukan penyesuaian dan persiapan. Sektor pertanian perlu mengatur ulang jadwal tanam, sementara sektor infrastruktur perlu memastikan kesiapan sarana dan prasarana menghadapi intensitas hujan yang tinggi.
Pemerintah daerah dan instansi terkait diharapkan dapat mempersiapkan sistem peringatan dini dan rencana kontingensi menghadapi berbagai potensi bencana hidrometeorologi. Hal ini termasuk memastikan fungsi optimal dari saluran drainase, tanggul, dan infrastruktur terkait pengendalian banjir.
Masyarakat juga diharapkan tetap waspada dan mengikuti arahan dari pihak berwenang, terutama di wilayah-wilayah yang diprediksi mengalami curah hujan lebih tinggi. Kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat menjadi kunci dalam mengurangi risiko dampak negatif dari musim hujan yang berkepanjangan.
Advertisement