Sukses

100+ Kata Sindiran Bahasa Jawa dan Artinya yang Nyelekit untuk Para Haters

Cari kata sindiran bahasa Jawa dan artinya yang tepat untuk haters? Temukan 100+ kata-kata sindiran halus sampai pedas dalam bahasa Jawa lengkap dengan artinya. Dijamin kena sasaran!

Liputan6.com, Jakarta Dalam budaya Jawa, menyindir seseorang tidak selalu harus dilakukan secara langsung dan kasar. Orang Jawa terkenal dengan filosofi dan kebijaksanaannya dalam menggunakan kata-kata sindiran yang halus namun tepat sasaran. Kata sindiran bahasa Jawa ini sering disebut juga dengan "nyinyir" atau "nyeleneh" yang memiliki makna mendalam.

Meskipun tujuannya untuk menyindir, penggunaan kata sindiran bahasa Jawa tetap memperhatikan unggah-ungguh atau tata krama. Hal ini mencerminkan karakteristik orang Jawa yang lebih memilih cara halus dalam mengkritik atau menegur seseorang, meskipun maksudnya cukup "nyelekit".

Di era media sosial seperti sekarang, kata sindiran bahasa Jawa bisa menjadi alternatif untuk merespons para haters atau orang-orang yang suka berkomentar negatif. Berikut ini adalah kumpulan kata sindiran bahasa Jawa dan artinya yang bisa kamu gunakan sesuai situasi, sebagaimana telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (29/11/2024).

2 dari 6 halaman

Kata Sindiran Bahasa Jawa untuk Orang Sombong

Kesombongan atau "umuk" dalam bahasa Jawa adalah sifat yang sangat dikritisi dalam budaya Jawa. Orang Jawa percaya bahwa kesombongan hanya akan membawa kehancuran dan memutus tali silaturahmi. Untuk menegur orang yang memiliki sifat sombong, masyarakat Jawa memiliki berbagai kata sindiran yang halus namun "nyelekit". Berikut adalah kumpulan kata sindiran yang bisa digunakan untuk mengingatkan orang yang terlalu "gedhe endhas" atau besar kepala.

1. "Asu gedhe menang kerahe" - Orang besar yang hanya menang wibawa

2. "Kecluk kencana mendha" - Berpenampilan mewah tapi perilaku buruk

3. "Nggebyah uyah" - Menganggap semua orang sama rendahnya

4. "Ngaji mumpung" - Memanfaatkan kesempatan untuk kepentingan pribadi

5. "Adigang adigung adiguna" - Membanggakan kekuatan, kekuasaan, dan kepandaian

6. "Mbuntut arit" - Semakin diangkat semakin membungkuk (sindiran untuk yang pura-pura merendah)

7. "Gedhe endhas cilik empyak" - Besar kepala kecil pikiran

8. "Nggendong lali" - Lupa diri setelah sukses

9. "Mendhem jero mikul dhuwur" - Mengubur dalam-dalam kebaikan orang

10. "Nguncup sajroning mekrok" - Pura-pura sederhana padahal sombong

11. "Kethek miber" - Orang rendah yang sok berkuasa

12. "Tuman sugih" - Lupa daratan karena kaya

13. "Nganggo topeng emas" - Berpura-pura baik di depan

14. "Kebo nusu gudel" - Orang tua yang mengikuti anak muda

15. "Ngaji mumpung sugih" - Memanfaatkan kekayaan untuk kesombongan

16. "Gedebug jati aking" - Sombong tapi tak berisi

17. "Mbuntut arit mundak diunggahke" - Semakin dipuji semakin sombong

18. "Kutuk marani sunduk" - Mencari masalah sendiri karena kesombongan

19. "Nggendong lali karo asale" - Lupa asal usul setelah sukses

20. "Mecungul munggah mego" - Tiba-tiba muncul dan berlagak hebat

3 dari 6 halaman

Kata Sindiran Bahasa Jawa untuk yang Suka Pamer

Dalam filosofi Jawa, sifat pamer atau "umuk" dianggap sebagai cerminan dari jiwa yang belum dewasa dan kurang bersyukur. Orang yang suka pamer sering diibaratkan seperti "pari kosong" - padi yang kosong justru kepalanya yang mendongak ke atas. Untuk mengingatkan orang-orang yang memiliki kebiasaan pamer, berikut adalah kata-kata sindiran yang bisa digunakan dengan tepat.

Berikut adalah kata-kata sindiran yang cocok untuk mereka yang suka pamer atau "umuk":

1. "Pamer geni" - Pamer kekayaan yang sebenarnya pinjaman

2. "Kendel kendha" - Berani karena punya modal

3. "Kembang lambe" - Hanya omong kosong belaka

4. "Mbukak wadi" - Membuka aib sendiri karena suka pamer

5. "Nggedebog bosok" - Pamer tapi tidak ada isinya

6. "Tumbu oleh tutup" - Pamer kecocokan yang dibuat-buat

7. "Klithih tanpo gawe" - Keluyuran tanpa tujuan hanya untuk pamer

8. "Menek klopo" - Pamer kemampuan yang sebenarnya biasa saja

9. "Nguyahi segoro" - Pamer sesuatu yang sudah jelas

10. "Nggepuk kemiri" - Pamer kekuatan yang tidak seberapa

11. "Nyuntak banyu ing marang" - Memamerkan sesuatu yang sia-sia

12. "Mbarang ngelmu" - Pamer kepintaran

13. "Nggenjah godhong randhu" - Pamer kekayaan yang tidak seberapa

14. "Mbeber wadi" - Memamerkan rahasia sendiri

15. "Ngumbar swara" - Pamer suara keras

16. "Nyebar geni" - Menyebarkan kabar untuk pamer

17. "Nglangi ing banyu cethek" - Pamer kemampuan di lingkungan yang rendah

18. "Mbuwang idu" - Membuang-buang sesuatu untuk pamer

19. "Ngumbar janji" - Pamer dengan janji-janji kosong

20. "Nyebar wisa" - Menyebarkan racun (gossip) untuk pamer

4 dari 6 halaman

Kata Sindiran Bahasa Jawa untuk Orang Munafik

Kemunafikan atau "lamis" adalah salah satu sifat yang paling dibenci dalam masyarakat Jawa. Orang yang bermuka dua dianggap tidak bisa dipercaya dan berpotensi merusak harmoni sosial. Untuk menghadapi orang-orang yang memiliki sifat munafik, masyarakat Jawa memiliki berbagai kata sindiran yang bisa menyadarkan mereka akan perilakunya yang tidak terpuji.

1. "Kebo nyusu gudel" - Orang tua yang belajar dari anak-anak

2. "Esuk tempe sore dhele" - Pagi begini sore begitu

3. "Lunyu ilate" - Licin lidahnya (tidak bisa dipercaya)

4. "Ngapusi sandhal jepit" - Membohongi orang sederhana

5. "Mbadok iler" - Makan ludah sendiri (ingkar janji)

6. "Nduwe lambe loro" - Punya dua lidah (munafik)

7. "Ngalor ngidul" - Tidak konsisten dengan ucapan

8. "Nyampur bawur" - Mencampur adukkan kebenaran dan kebohongan

9. "Mbeber layar" - Membuka kedok sendiri

10. "Ngingu ula mbuntut loro" - Memelihara ular berkepala dua

11. "Mindho geni" - Bermain api dengan dua pihak

12. "Nguyahi banyu" - Menambah masalah yang sudah ada

13. "Nyebar wisa" - Menyebarkan fitnah

14. "Mbukak kartu" - Membuka kedok sendiri

15. "Nggendong angin" - Membawa berita bohong

16. "Nyebar geni" - Menyebarkan fitnah

17. "Mbuwang rai" - Membuang muka (tidak konsisten)

18. "Nduwe cangkem loro" - Punya mulut dua (munafik)

19. "Mindho rupo" - Bermuka dua

20. "Ngapusi wong wuto" - Membohongi orang yang tidak tahu

5 dari 6 halaman

Kata Sindiran Bahasa Jawa untuk yang Suka Ikut Campur

Dalam kehidupan bermasyarakat, sikap suka mencampuri urusan orang lain atau "urik" sangat tidak disukai dalam budaya Jawa. Perilaku ini dianggap mencerminkan kurangnya sopan santun dan tidak menghargai privasi orang lain. Berikut adalah kumpulan kata sindiran yang bisa digunakan untuk menegur mereka yang suka "nylonong" atau ikut campur urusan orang lain.

Berikut kata sindiran untuk orang yang suka mencampuri urusan orang lain:

1. "Njangkrik ora melu ngethok" - Ikut campur tanpa kontribusi

2. "Kethek kejepit" - Ikut campur malah terjebak

3. "Nylutuk tanpa diundang" - Datang tanpa diundang

4. "Mbebeda tuma" - Mengusik masalah yang sudah selesai

5. "Ngrusuhi banyu bening" - Mengotori air jernih

6. "Ngganggu gawe" - Mengganggu pekerjaan orang

7. "Nyampuri bubur" - Mencampuri urusan orang

8. "Mbuntuti kucing" - Mengikuti tanpa tujuan

9. "Nggubrah banyu wening" - Mengacaukan situasi yang damai

10. "Nyampuri urusan" - Ikut campur urusan orang

11. "Mbebeda tikus" - Mengusik yang tidak perlu

12. "Nylonong tanpa jawab" - Masuk tanpa permisi

13. "Nglangi ing banyu keruh" - Ikut campur masalah orang

14. "Mbebeda uler" - Mengusik yang tenang

15. "Nyampuri godhong telo" - Mencampuri yang tidak perlu

16. "Ngganggu gawe" - Mengganggu pekerjaan

17. "Mbuntuti kidang" - Mengikuti tanpa izin

18. "Nyampuri wedang" - Mencampuri urusan

19. "Nggubrah banyu resik" - Mengacaukan yang baik

20. "Nylonong tanpa uluk salam" - Masuk tanpa sopan santun

6 dari 6 halaman

Kata Sindiran Bahasa Jawa untuk yang Suka Bergosip

Kebiasaan bergosip atau "ngrasani" adalah salah satu perilaku yang sangat dikritisi dalam budaya Jawa. Masyarakat Jawa percaya bahwa membicarakan kejelekan orang lain hanya akan membawa perpecahan dan menghancurkan keharmonisan sosial. Untuk mengingatkan mereka yang suka menyebarkan gosip, berikut adalah kata-kata sindiran yang bisa digunakan secara tepat.

Berikut kata sindiran untuk mereka yang suka menyebarkan gosip atau "ngrasani":

1. "Nggendong warta" - Membawa berita tidak benar

2. "Nyebar uneg-uneg" - Menyebarkan isi hati orang

3. "Mbukak wadi" - Membuka rahasia orang

4. "Ngrasani wong liyo" - Membicarakan orang lain

5. "Nyebar pawarta" - Menyebarkan kabar burung

6. "Mbeber layar" - Membuka aib orang

7. "Nggendong rasan-rasan" - Membawa gosip

8. "Nyebar fitnah" - Menyebarkan fitnah

9. "Mbukak kartu" - Membuka rahasia

10. "Ngrasani tangga" - Bergosip tentang tetangga

11. "Nyebar virus" - Menyebarkan kabar buruk

12. "Mbeber wadi" - Membuka rahasia

13. "Nggendong kabar" - Membawa berita tidak baik

14. "Nyebar rasan" - Menyebarkan gosip

15. "Mbukak borok" - Membuka aib

16. "Ngrasani konco" - Bergosip tentang teman

17. "Nyebar racun" - Menyebarkan fitnah

18. "Mbeber kedok" - Membuka kedok orang

19. "Nggendong fitnah" - Membawa fitnah

20. "Nyebar warta ala" - Menyebarkan berita buruk

Kata sindiran bahasa Jawa merupakan warisan budaya yang memiliki makna mendalam dan dapat digunakan untuk menyampaikan kritik secara halus namun tepat sasaran. Meskipun tujuannya untuk menyindir, penggunaan kata-kata ini tetap harus memperhatikan situasi dan kondisi yang tepat. Pilihlah kata sindiran yang sesuai dengan konteksnya dan hindari penggunaan yang berlebihan yang dapat menimbulkan konflik. Ingatlah bahwa tujuan utama dari sindiran adalah untuk mengingatkan, bukan untuk menyakiti atau mempermalukan orang lain.