Liputan6.com, Jakarta Pada 2 Desember 2024, sebuah tragedi yang mengguncang dunia olahraga terjadi di Guinea, tepatnya di stadion yang terletak di kota Nzerekore. Dalam pertandingan sepak bola antara tim Labé dan Nzérékoré, kerusuhan besar pecah, mengakibatkan setidaknya 56 suporter tewas dan puluhan lainnya terluka. Insiden ini mencatatkan sejarah kelam bagi sepak bola Guinea, dan kini menjadi bahan investigasi pihak berwenang.
Menteri Informasi Guinea, Fana Soumah, mengonfirmasi kejadian tragis tersebut dalam sebuah pernyataan. Ia menyebutkan bahwa penyelidikan sedang dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut penyebab kerumunan yang berdesakan dan menyebabkan banyak korban. Sementara itu, Perdana Menteri Guinea, Bah Oury, mengungkapkan rasa penyesalannya atas peristiwa ini dan menyerukan ketenangan di tengah kekacauan yang terjadi.
Menurut laporan, kerusuhan bermula setelah keputusan wasit yang mengeluarkan seorang pemain di menit-menit akhir pertandingan. Hal tersebut memicu kemarahan suporter yang kemudian melemparkan batu ke arah lapangan, yang berujung pada bentrokan dengan aparat keamanan. Kekacauan pun tak terhindarkan, mengakibatkan banyak suporter terinjak-injak dan jatuh dalam kepanikan massa.
Advertisement
Penyebab Kerusuhan: Keputusan Wasit dan Tindakan Suporter
Kerusuhan yang terjadi di stadion Nzerekore bermula dari keputusan wasit yang mengeluarkan seorang pemain dari tim yang sedang bertanding. Menurut laporan saksi mata, keputusan tersebut membuat banyak suporter marah dan frustrasi. Para suporter yang merasa dirugikan langsung melemparkan batu ke arah lapangan sebagai bentuk protes terhadap wasit.
Mengutip ANTARA, situasi semakin memanas ketika polisi dan aparat keamanan turun tangan untuk mengendalikan kerusuhan. Namun, langkah ini justru memperburuk keadaan, karena tindakan keamanan tersebut memicu lebih banyak ketegangan. Dalam upaya melarikan diri dari situasi berbahaya, banyak suporter yang terdesak dan terjatuh, bahkan beberapa dari mereka terinjak-injak dalam kerumunan.
Advertisement
Kejadian di Lapangan
Setelah kerusuhan dimulai, suporter yang berada di dalam stadion berusaha untuk keluar. Video yang beredar di media sosial menunjukkan sejumlah suporter berlarian dan bahkan memanjat tembok stadion demi menghindari kekacauan yang sedang terjadi. Saksi mata menyebutkan bahwa mereka melihat banyak orang yang jatuh ke tanah, termasuk anak-anak, yang terinjak-injak dalam kekacauan tersebut.
Amara Conde, seorang saksi mata yang melihat langsung kejadian itu mengungkapkan bahwa elemparan batu dimulai dan polisi ikut serta, menembakkan gas air mata. Dalam kesibukan dan perebutan yang terjadi setelahnya, ia melihat orang-orang jatuh ke tanah, anak-anak perempuan dan anak-anak terinjak-injak.
Tindakan Pemerintah Guinea
Setelah peristiwa tragis tersebut, pemerintah Guinea bergerak cepat untuk menangani insiden ini. Perdana Menteri Guinea, Bah Oury, dalam pernyataannya menyatakan bahwa pemerintah akan menyelidiki kejadian ini secara menyeluruh. Ia juga menyerukan agar seluruh pihak tetap tenang agar layanan medis dan rumah sakit tidak terganggu dalam penanganan para korban.
Oury menegaskan bahwa emerintah memantau perkembangan situasi dan menegaskan kembali seruannya untuk tetap tenang sehingga layanan rumah sakit tidak terhambat dalam memberikan pertolongan pertama kepada yang terluka. Otoritas setempat juga diberi instruksi untuk segera memulihkan ketenangan sosial pasca-kejadian tersebut.
Advertisement
1. Apa penyebab kerusuhan di stadion Guinea?
Kerusuhan di stadion Guinea disebabkan oleh keputusan wasit yang mengeluarkan seorang pemain di menit-menit akhir pertandingan, yang memicu kemarahan suporter. Ketegangan semakin meningkat ketika pihak keamanan menembakkan gas air mata untuk mengendalikan kerusuhan, menyebabkan banyak suporter terdesak dan terinjak-injak.
2. Berapa banyak korban yang tewas dalam kerusuhan di Guinea?
Sebanyak 56 orang dilaporkan tewas akibat kerusuhan ini, dengan banyak korban lainnya terluka. Insiden ini menjadi salah satu tragedi terburuk dalam sejarah sepak bola Guinea.
Advertisement