Sukses

Dianggap Beda Jauh dengan Gus Miftah, Sikap Niken Salindry ke Penjual Es Teh Banjir Kekaguman Netizen

Sikap Gus Miftah dan Niken Salindry terhadap penjual es teh menjadi perbincangan hangat di kalangan netizen. .

Liputan6.com, Jakarta Pendakwah terkenal Gus Miftah kembali menjadi pusat perhatian masyarakat. Kali ini, kritik mengemuka terkait cara penyampaian dakwahnya yang dianggap kurang sopan kepada seorang penjual es teh. Sikapnya dalam situasi tersebut mengundang berbagai reaksi dari publik.

Di sisi lain, Niken Salindry, seorang penyanyi dangdut dan sinden, justru mendapatkan pujian luas berkat interaksinya yang positif dengan pedagang asongan dalam sebuah konser. Aksinya yang memborong dagangan dari penjual tersebut berhasil menarik perhatian dan mendapatkan banyak apresiasi dari netizen.

Perbandingan antara tindakan Gus Miftah dan Niken Salindry memicu diskusi hangat di media sosial. Netizen menyoroti cara komunikasi keduanya dan dampaknya terhadap orang-orang di sekitar mereka.

 

2 dari 8 halaman

1. Gus Miftah: Niat Baik yang Berujung Kritik

Gus Miftah, yang dikenal dengan pendekatan dakwahnya yang lugas, baru-baru ini menghadapi kritik terkait cara penyampaian pesannya. Dalam sebuah video yang viral, ia berbicara dengan seorang penjual es teh menggunakan kata-kata yang dianggap kurang pantas. Meskipun niatnya adalah untuk mengajak orang bersyukur, gaya bicaranya menuai reaksi negatif dari publik.

Di dalam video tersebut, Gus Miftah terlihat menanggapi penjual es teh dengan kalimat yang cukup tajam: "Es tehmu sih akeh, nggak? Ya sana jual g****k." Ia kemudian menambahkan bahwa jika es tidak laku, itu bisa jadi merupakan doa dari tukang es yang dikabulkan dalam bentuk kesehatan tubuh.

Meskipun Gus Miftah memiliki maksud yang baik dalam menyampaikan pesan, ekspresi wajah penjual es teh yang terlihat masam menunjukkan ketidaknyamanan. Hal ini memicu berbagai kritik dari netizen yang merasa bahwa pendekatannya kurang sesuai dengan etika berkomunikasi yang baik.

 

3 dari 8 halaman

2. Niken Salindry Memborong Dagangan Penjual Es Teh

Niken Salindry menunjukkan pendekatan yang hangat dan bersahabat saat berinteraksi dengan seorang penjual es teh di tengah konser musik. Momen ini menjadi sorotan publik setelah video aksinya yang spontan memborong dagangan penjual tersebut viral di media sosial.

Dalam video yang diunggah oleh akun @msobri99 pada Selasa, 3 Desember 2024, Niken terlihat menanyakan total harga semua es teh yang ingin dibelinya. “Itu totalnya berapa semua? Rp100 ribu,” ucap Niken dengan ramah. Tindakan ini tidak hanya menunjukkan kepeduliannya terhadap pedagang, tetapi juga menambah keceriaan dalam acara tersebut.

Setelah memborong es teh, Niken membagikan minuman tersebut kepada para penonton konser. Aksinya ini berhasil menciptakan suasana meriah dan penuh kebersamaan di antara penonton. Sikap Niken yang menghormati pedagang dan berusaha membuat acara semakin menyenangkan bagi semua orang patut dicontoh.

 

4 dari 8 halaman

3. Netizen Puji Kebaikan Niken Salindry

Tindakan Niken Salindry baru-baru ini berhasil menarik perhatian publik, tidak hanya menyentuh hati penjual es, tetapi juga mendapatkan banyak pujian dari netizen. Banyak yang menilai bahwa Niken telah menunjukkan akhlak yang luar biasa, sesuatu yang jarang ditemukan di kalangan publik figur.

Seorang netizen menulis, "Biduan-biduan yang sering dianggap sebelah mata, akhlaknya malah lebih mulia." Komentar ini mencerminkan bagaimana masyarakat mulai melihat sisi positif dari para seniman yang sering kali diremehkan. Selain itu, ada juga yang membandingkan Niken dengan Gus Miftah, menyatakan, "Melihat video ini, terus membandingkan Mbak Niken dan Miftah terhadap penjual es, seperti membandingkan bidadari sama tikus got." Hal ini menunjukkan betapa besar apresiasi yang diterima Niken.

Pujian yang mengalir kepada Niken semakin menonjolkan perbedaan sikap antara dirinya dan Gus Miftah. Sementara Niken mendapatkan sorotan positif, Gus Miftah justru menghadapi kritik tajam atas cara penyampaian pesannya. Perbandingan ini menciptakan diskusi menarik di kalangan netizen mengenai bagaimana publik figur seharusnya berinteraksi dengan masyarakat.

 

5 dari 8 halaman

4. Gus Miftah dan Kontroversi Gaya Dakwahnya

Gaya dakwah Gus Miftah memang kerap menjadi bahan perbincangan. Ia dikenal dengan cara penyampaian yang blak-blakan dan sering kali kontroversial. Namun, kejadian ini menimbulkan pertanyaan besar tentang efektivitas pendekatannya. Banyak yang merasa bahwa pilihan kata-kata kasar, meskipun bertujuan baik, justru memberikan dampak negatif.

6 dari 8 halaman

5. Pelajaran dari Perbedaan Sikap Kedua Tokoh

Gus Miftah telah menjadi sorotan dalam dunia dakwah, terutama karena gaya penyampaiannya yang blak-blakan dan sering kali memicu kontroversi. Pendekatannya yang langsung dan tanpa filter menarik perhatian banyak orang, namun juga menimbulkan pertanyaan mengenai seberapa efektif metode ini dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah

Banyak pihak mengamati bahwa penggunaan kata-kata yang terkesan kasar, meskipun bertujuan untuk menyampaikan kebaikan, dapat berpotensi memberikan dampak negatif. Hal ini menimbulkan perdebatan di kalangan masyarakat tentang apakah pendekatan semacam ini benar-benar efektif dalam menarik perhatian dan mengajak orang untuk memahami nilai-nilai dakwah.

Dalam dunia dakwah, penting untuk mempertimbangkan bagaimana setiap kata yang diucapkan dapat mempengaruhi audiens. Penggunaan bahasa yang provokatif dapat menarik perhatian, tetapi juga berisiko menciptakan kesan yang salah atau bahkan menjauhkan orang dari pesan yang ingin disampaikan. Oleh karena itu, analisis yang lebih dalam tentang dampak jangka panjang dari gaya dakwah ini sangat diperlukan.

 

7 dari 8 halaman

6. Mengapa Gus Miftah mendapat kritik netizen?

Karena penggunaan kata-kata kasar saat memberikan nasihat kepada penjual es teh, meskipun maksudnya untuk mengajarkan bersyukur.

  

8 dari 8 halaman

7. Apa dampak tindakan keduanya di media sosial?

Gus Miftah mendapat kritik karena dianggap tidak sopan, sedangkan Niken dipuji atas kebaikan hatinya dan sikap yang menghargai pedagang kecil.

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence