Liputan6.com, Jakarta Bagi sebagian orang, gagasan tentang hari kematian mungkin terasa menyeramkan. Tetapi untuk mereka yang penasaran, hadir sebuah aplikasi inovatif bernama Death Clock. Diluncurkan pada Juli lalu, aplikasi ini menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk memperkirakan usia harapan hidup seseorang.
Baca Juga
Advertisement
Dilansir Liputan6.com dari Odditycentral, Kamis (5/12/2024), dengan mengandalkan data lebih dari 1.200 studi tentang harapan hidup dan melibatkan 53 juta partisipan, Death Clock menawarkan prediksi personal berdasarkan berbagai faktor gaya hidup.
Meskipun idenya terdengar menakutkan, aplikasi ini ternyata menarik perhatian banyak pihak, terutama para perencana keuangan. Alasan utamanya adalah potensi aplikasi ini untuk mendorong orang agar lebih serius mempersiapkan masa pensiun mereka.
Ryan Zabrowski, seorang perencana keuangan, menyebut bahwa salah satu kekhawatiran utama para pensiunan adalah kehabisan uang sebelum akhir hayat mereka. Menurutnya, alat berbasis AI seperti Death Clock dapat membantu individu membuat keputusan finansial yang lebih terinformasi.
Dengan memiliki gambaran mengenai sisa hidup mereka, orang-orang bisa mengatur keuangan lebih baik untuk menghadapi masa tua. "Alat seperti ini dapat memotivasi orang untuk merencanakan masa depan mereka dengan lebih matang," kata Zabrowski kepada Forbes.
Cara kerja aplikasi
Untuk menggunakan Death Clock, pengguna diminta menjawab serangkaian pertanyaan dalam kuesioner yang mencakup informasi demografis dasar seperti usia, jenis kelamin, dan etnisitas.
Selain itu, aplikasi ini juga mempertimbangkan riwayat keluarga, kesehatan mental, penyakit kronis, pola makan, kebiasaan olahraga, tingkat stres, hingga pola tidur. Semua data tersebut kemudian dianalisis oleh algoritma canggih untuk memberikan prediksi yang paling akurat.
Menurut laporan dari TechCrunch, hasil prediksi aplikasi ini cenderung optimistis. Salah satu jurnalis mereka, Anthony Ha, mencoba Death Clock dan mendapatkan prediksi bahwa ia akan hidup hingga usia 90 tahun, dengan potensi mencapai 103 tahun jika ia mengadopsi gaya hidup lebih sehat.
Namun, prediksi ini tetap harus dilihat dalam konteks, mengingat tabel mortalitas Administrasi Jaminan Sosial Amerika Serikat memperkirakan bahwa rata-rata pria berusia 85 tahun hanya memiliki harapan hidup sekitar 5,6 tahun.
Advertisement
Antara kontroversi dan kepopuleran sejak diluncurkan
Death Clock telah diunduh lebih dari 125.000 kali, menjadikannya salah satu aplikasi berbasis AI yang paling banyak dibicarakan. Namun, popularitasnya juga disertai dengan berbagai kontroversi. Sebagian orang mengkritik aplikasi ini karena dianggap menambah kecemasan pengguna dengan memberikan prediksi yang bisa jadi kurang akurat atau menimbulkan salah tafsir.
Meskipun demikian, aplikasi ini tetap menarik perhatian berbagai kalangan, dari mereka yang penasaran hingga para profesional yang melihat potensi manfaatnya.
Dengan konsepnya yang unik, Death Clock berhasil memanfaatkan kekuatan AI untuk menghadirkan layanan yang tidak hanya inovatif, tetapi juga relevan dengan kehidupan sehari-hari.