Bola.com, Solo - Timnas Indonesia memiliki alasan kuat untuk merasa sangat kecewa setelah ditahan imbang 3-3 oleh Laos dalam lanjutan Piala AFF 2024.
Pertandingan yang berlangsung di Stadion Manahan, Solo pada tanggal 12 Desember 2024 ini, sebenarnya menempatkan skuad Garuda sebagai favorit. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan hasil yang berbeda.
Baca Juga
Kesulitan sudah tampak sejak awal pertandingan. Phousombon Panyavong berhasil membawa tim tamu unggul pada menit ke-9.
Advertisement
Timnas Indonesia sempat menyamakan kedudukan melalui tendangan Kadek Arel di menit ke-12, tetapi Laos kembali memimpin semenit kemudian. Kapten Bounphachan Bounkong menciptakan assist yang dieksekusi dengan baik oleh Phattana Phommathep.
Untungnya, Timnas Indonesia memiliki Pratama Arhan. Lemparan ke dalamnya dimanfaatkan oleh M. Ferarri untuk menyamakan skor menjadi 2-2 di akhir babak pertama.
Memasuki babak kedua, tuan rumah terus memberikan tekanan intensif. Namun, nasib buruk menghampiri ketika Marselino mendapatkan kartu kuning kedua pada menit ke-69.
Walau sempat berbalik unggul berkat gol kedua M. Ferrarri di menit ke-72, Laos berhasil menyamakan kedudukan melalui pemain pengganti, Peter Phanthavong. Skor tetap bertahan hingga peluit akhir dibunyikan.
Penguasaan Bola yang Baik
Mirip dengan pertandingan pertama melawan Myanmar, tim Indonesia kembali berinisiatif untuk menyerang. Asnawi Mangkualam dan rekan-rekan berhasil mendominasi penguasaan bola hingga mencapai 67%.
Dapat dibayangkan betapa sibuknya tim Laos dalam menjaga pertahanan mereka. Pertahanan yang berlapis menjadi salah satu alasan mengapa Indonesia kesulitan mencetak gol dalam situasi permainan terbuka.
Semua gol yang dicetak oleh tim asuhan Shin Tae-yong terjadi dalam situasi bola mati. Termasuk gol pertama yang dicetak oleh Kadek Arel, yang terjadi saat terjadi kemelut di dalam kotak penalti Laos.
Advertisement
Serangan yang Efisien
Dalam pertandingan yang berlangsung tadi, Indonesia seolah berhadapan dengan cerminan diri sendiri. Strategi yang diterapkan oleh tim Laos sangat menyerupai pendekatan yang sering digunakan oleh Skuad Garuda ketika mereka melawan tim-tim kuat Asia dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026. "Serangan balik mematikan jadi kunci kejutan yang terjadi di Manahan," adalah salah satu cara Laos mengatasi tekanan dari Indonesia. Setiap kali mereka melakukan tembakan tepat sasaran, hasilnya selalu berbuah gol.
Daffa Fasya, yang menggantikan posisi Cahya Supriadi sebagai penjaga gawang, tidak mampu berbuat banyak. Kiper Borneo FC Samarinda ini tidak berhasil melakukan satu pun penyelamatan selama pertandingan berlangsung. Situasi ini tentunya menjadi pelajaran penting bagi Indonesia untuk lebih waspada dan meningkatkan strategi pertahanan mereka di pertandingan mendatang. Keberhasilan Laos dalam memanfaatkan serangan balik menunjukkan bahwa Indonesia perlu memperkuat lini belakang agar tidak mudah kebobolan.
Umpan yang Mengkhawatirkan
Salah satu faktor lain yang membuat Indonesia gagal mengalahkan Laos adalah kualitas umpan yang cukup memprihatinkan. Permainan yang terburu-buru menjadi salah satu penyebab utama masalah ini. Pemain tampak tergesa-gesa dalam mengalirkan bola menuju sepertiga akhir lapangan lawan. Akibatnya, sering kali bola berhasil dipotong oleh pemain lawan sebelum mencapai kotak penalti.
Dalam pertandingan tersebut, Timnas Indonesia mencoba melakukan umpan panjang sebanyak 48 kali dengan tingkat keberhasilan hanya 50%. "Mereka pun hanya mengumpulkan 81% umpan sukses yang mayoritas berada di area tengah." Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada usaha untuk menguasai bola, efektivitas umpan masih perlu ditingkatkan, terutama dalam situasi yang lebih kritis di lapangan.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence
Advertisement