Sukses

14 Makanan Khas Suku Nias, Warisan Kuliner yang Wajib Dicoba

Pulau Nias, sebuah destinasi eksotis di pesisir barat Sumatera Utara, menyimpan kekayaan kuliner yang menakjubkan.

Liputan6.com, Jakarta Pulau Nias, sebuah destinasi eksotis di pesisir barat Sumatera Utara, menyimpan kekayaan kuliner yang menakjubkan. Berbagai makanan khas suku Nias telah menjadi bagian integral dari warisan budaya yang dipertahankan secara turun-temurun, mencerminkan kearifan lokal dan keunikan tradisi masyarakat setempat.

Keberagaman makanan khas suku Nias tidak hanya mencerminkan kelezatan rasa, tetapi juga menyimpan nilai filosofis dan sejarah yang mendalam. Beberapa di antara makanan khas suku Nias bahkan telah mendapat pengakuan dari Kemendikbud sebagai warisan budaya tak benda, membuktikan betapa pentingnya pelestarian kuliner tradisional ini.

Bagi para pelancong yang mengunjungi Pulau Nias, mencicipi makanan khas suku Nias menjadi pengalaman yang tidak boleh dilewatkan. Dari hidangan ritual hingga makanan sehari-hari, setiap sajian memiliki cerita dan keunikannya sendiri, menghadirkan pengalaman kuliner yang tidak hanya memanjakan lidah tetapi juga memperkaya pemahaman tentang budaya setempat.

Berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber kumpulan makanan khas suku Nias, pada Senin (23/12).

2 dari 5 halaman

A. Makanan Ritual dan Tradisional Suku Nias

1. Babae: Warisan Kuliner dari Teluk Dalam

Babae merupakan hidangan istimewa yang berasal dari Teluk Dalam, Nias Selatan, dan telah diakui oleh Kemendikbud sebagai warisan cagar budaya tak benda. Keistimewaan hidangan ini terletak pada resep rahasianya yang mengkombinasikan kacang berprotein tinggi dengan daging halus yang diolah hingga mencapai tekstur yang sempurna.

Dalam tradisi masyarakat Nias, Babae bukan sekadar hidangan biasa, melainkan makanan yang memiliki nilai sakral. Hidangan ini hanya disajikan pada momen-momen khusus seperti ritual budaya, upacara lamaran, pesta pernikahan, dan perayaan kelahiran anggota baru keluarga. Keberadaannya yang eksklusif pada acara-acara tertentu menjadikan Babae sebagai simbol kemewahan dan keistimewaan dalam budaya Nias.

2. Gowi Nifufu: Penganan Pokok Penuh Sejarah

Gowi Nifufu menceritakan kisah perjuangan dan kreativitas masyarakat Nias di masa lampau. Terbuat dari ubi yang dimasak hingga lumat, hidangan ini muncul sebagai solusi di era ketika beras masih menjadi komoditas langka dan mahal di Pulau Nias.

Hingga kini, Gowi Nifufu tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Nias. Hampir setiap rumah tangga di Nias memiliki hidangan ini sebagai makanan pendamping nasi. Kelezatannya yang khas dan nilai historisnya yang dalam menjadikan Gowi Nifufu sebagai warisan kuliner yang patut dilestarikan.

3. Fakhe Nifalogu: Keunikan Nasi Periuk Tanah

Fakhe Nifalogu menghadirkan pengalaman menyantap nasi yang berbeda dari biasanya. Dimasak menggunakan periuk tanah liat dengan bara api, hidangan ini menghasilkan kerak yang menarik dan aroma khas yang menggugah selera.

Awalnya, Fakhe Nifalogu hanya disajikan pada pesta dan upacara tradisional Nias. Namun seiring waktu, popularitasnya semakin meluas hingga kini dapat ditemukan di berbagai rumah makan di Gunung Sitoli. Kombinasi antara nasi yang pulen dengan kerak yang gurih menciptakan harmoni rasa yang sulit dilupakan.

3 dari 5 halaman

B. Hidangan Laut Khas Nias

4. Hambae Nititi: Sajian Kepiting Premium

Hambae Nititi merupakan olahan kepiting unik yang menghadirkan cita rasa berbeda dari hidangan kepiting pada umumnya. Proses pembuatannya yang teliti mengkombinasikan daging kepiting pilihan dengan santan kelapa, menghasilkan hidangan dengan tekstur mirip abon dan rasa gurih yang khas.

Keistimewaan Hambae Nititi tidak hanya terletak pada rasanya, tetapi juga pada eksklusivitas ketersediaannya. Hidangan ini hanya dapat ditemukan di Kepulauan Hanako, Kecamatan Siromba, dan hanya tersedia pada bulan Mei hingga Juli. Musim yang terbatas ini berkaitan erat dengan periode panen kepiting terbaik, menjadikan Hambae Nititi sebagai hidangan yang dinanti-nantikan oleh para pecinta kuliner.

5. Silio Guro: Pepes Udang Khas Pesisir

Silio Guro menghadirkan perpaduan sempurna antara udang segar dan kelapa parut yang diolah dengan metode tradisional. Proses pembuatannya yang sederhana namun membutuhkan ketelitian dalam mencampurkan bahan menghasilkan hidangan dengan cita rasa yang kompleks.

Pembungkus daun pisang dan metode pembakaran di atas tungku memberikan aroma khas yang menggoda. Harmoni antara manis alami udang, gurih kelapa, dan aroma daun pisang menciptakan pengalaman kuliner yang memanjakan lidah. Silio Guro paling nikmat dinikmati dengan nasi hangat, menjadikannya pilihan favorit untuk santapan utama.

6. Kofo-kofo: Gulai Ikan ala Nias

Kofo-kofo menampilkan keahlian masyarakat Nias dalam mengolah hasil laut. Hidangan ini dibuat dengan memadukan ikan yang telah digoreng dengan santan kelapa kental, menciptakan gulai dengan cita rasa yang kaya dan mendalam.

Keunikan Kofo-kofo terletak pada variasi metode pengolahannya yang berbeda-beda di setiap daerah di Nias. Beberapa masyarakat memilih untuk menumbuk ikan terlebih dahulu sebelum dimasak dengan santan, sementara yang lain menambahkan telur untuk memberikan tekstur yang lebih kaya. Meski berbeda cara pengolahan, esensi kelezatan Kofo-kofo tetap terjaga dan paling nikmat disantap dengan nasi hangat.

7. Nibini Ogo: Pepes Khas Nias Selatan

Nibini Ogo, yang dalam bahasa Nias berarti makanan yang dimasak menggunakan daun pisang muda, merupakan hidangan yang menghadirkan cita rasa authentic pesisir Nias. Variasi isian yang beragam, mulai dari ikan laut, ikan air tawar, hingga daging, memberikan pilihan yang dapat disesuaikan dengan selera masing-masing.

Proses pembuatan Nibini Ogo membutuhkan ketelitian dalam membumbui dan membungkus bahan makanan. Setiap bahan harus diolesi bumbu secara merata sebelum dibungkus rapat dengan daun pisang dan dipanggang selama sekitar 20 menit. Hasil akhirnya adalah hidangan yang aromatis dengan cita rasa yang meresap hingga ke dalam, menciptakan pengalaman kuliner yang mengesankan.

4 dari 5 halaman

C. Olahan Daging dan Makanan Pokok Khas Nias

8. NiOwuru: Preservasi Daging Tradisional

NiOwuru merepresentasikan kearifan lokal masyarakat Nias dalam mengawetkan daging. Teknik pengasinan tradisional ini awalnya dikembangkan untuk menjaga daging tetap awet dan dapat dikonsumsi dalam jangka waktu yang lebih panjang. Meski awalnya hanya menggunakan daging babi, kini variasi NiOwuru telah berkembang mencakup daging kerbau dan ayam.

Proses pengolahan NiOwuru membutuhkan keahlian khusus dalam menentukan kadar garam dan waktu pengasinan yang tepat untuk menghasilkan cita rasa optimal. Hidangan ini telah berkembang menjadi salah satu oleh-oleh favorit dari Nias, dengan ketersediaan yang mudah ditemukan di berbagai toko oleh-oleh. Menariknya, setiap daerah di Nias memiliki variasi resep NiOwuru tersendiri yang menambah keragaman cita rasa kuliner Nias.

9. Harinake: Hidangan Kehormatan Nias Utara

Harinake bukan sekadar hidangan biasa dalam tradisi Nias Utara dan Barat. Makanan ini memiliki nilai filosofis mendalam sebagai simbol penghormatan kepada tamu dalam sistem kekerabatan. Proses pembuatannya yang teliti, menggunakan daging pilihan yang dipotong kecil-kecil dan dimasak dengan kuah khas, mencerminkan kesungguhan dalam menyambut tamu terhormat.

Sebagai lauk pendamping nasi, Harinake menampilkan kompleksitas rasa yang tercipta dari perpaduan bumbu-bumbu pilihan. Meski saat ini dapat ditemukan di berbagai kesempatan, nilai filosofis Harinake tetap terjaga sebagai hidangan yang mengandung makna penghormatan dan keakraban dalam budaya Nias.

10. Bawi Niasoni: Teknik Pengawetan Daging Babi

Bawi Niasoni menunjukkan kepiawaian masyarakat Nias dalam mengawetkan daging babi melalui proses pengasinan tradisional. Teknik pengawetan ini melibatkan proses yang teliti, dimana daging babi diberi taburan garam dan disimpan dalam tempayan khusus selama berhari-hari hingga mencapai tingkat kematangan yang diinginkan.

Proses penyajian Bawi Niasoni memerlukan tahapan tambahan berupa penggorengan atau pembakaran untuk menghasilkan cita rasa optimal. Kombinasi antara tingkat keasinan yang pas dan teknik pemasakan akhir yang tepat menghasilkan hidangan yang kaya akan rasa dan dapat disimpan dalam waktu lama.

11. Lehendalo Nifange: Rendang Talas Nias

Lehendalo Nifange menghadirkan interpretasi unik masyarakat Nias terhadap konsep rendang. Menggunakan talas sebagai bahan utama, hidangan ini menampilkan kreativitas dalam mengolah bahan pangan lokal. Proses pembuatannya yang rumit, melibatkan perebusan daun talas dan pencampuran dengan kelapa sangrai serta bumbu rempah pilihan, menghasilkan hidangan dengan cita rasa yang kompleks.

Hidangan ini memiliki peran penting dalam berbagai acara adat, mulai dari pesta pernikahan hingga syukuran. Perpaduan antara tekstur talas yang lembut dengan bumbu rempah yang meresap menciptakan harmoni rasa yang membuktikan kecanggihan kuliner tradisional Nias.

5 dari 5 halaman

D. Kudapan dan Makanan Ringan Khas Nias

12. Tamboyo: Ketupat Khas dengan Sentuhan Lokal

Tamboyo merupakan interpretasi unik masyarakat Nias terhadap ketupat yang telah dikenal luas di Nusantara. Yang membedakan Tamboyo dari ketupat pada umumnya adalah penggunaan beras ketan sebagai bahan dasarnya. Pemilihan bahan ini tidak sembarangan, melainkan hasil dari pengalaman panjang yang menghasilkan tekstur pulen dan kelezatan khas.

Keberhasilan dalam membuat Tamboyo terletak pada ketepatan dalam mengukur kadar garam. Terlalu sedikit garam akan menghasilkan rasa hambar, sementara kelebihan garam akan merusak keseimbangan rasa. Para pembuat Tamboyo tradisional umumnya memiliki "feeling" khusus dalam menentukan takaran yang tepat, hasil dari pengalaman bertahun-tahun dalam membuat hidangan ini.

13. Biga: Manisnya Warisan Kuliner Nias

Biga atau bika menjadi representasi kudapan manis tradisional Nias yang telah bertahan selama generasi. Penggunaan madu sebagai bahan utama tidak hanya memberikan rasa manis alami, tetapi juga mencerminkan kearifan lokal dalam memanfaatkan hasil alam. Eks Pasar Gomo menjadi salah satu lokasi utama untuk menemukan kudapan ini.

Proses pembuatan Biga memerlukan kesabaran dan ketelitian untuk menghasilkan tekstur dan rasa yang sempurna. Kudapan ini tidak hanya menjadi camilan favorit masyarakat lokal tetapi juga telah berkembang menjadi oleh-oleh populer yang dicari wisatawan. Keunikan rasanya menjadikan Biga sebagai salah satu duta kuliner Nias yang patut dibanggakan.

14. Gaolo Bekhu: Kreasi Sagu ala Nias

Gaolo Bekhu menampilkan kreativitas masyarakat Nias dalam mengolah tepung sagu menjadi hidangan yang menggugah selera. Proses pembuatannya melibatkan pencairan tepung sagu yang kemudian dimasak hingga mencapai kekentalan yang pas. Meski terdengar sederhana, diperlukan keahlian khusus untuk mendapatkan tekstur yang ideal.

Penyajian Gaolo Bekhu menjadi sempurna dengan pendamping berupa ikan laut yang diasinkan dan dibakar. Tambahan sambal yang dibuat dari cabai bakar yang digiling memberikan dimensi rasa pedas yang memperkaya cita rasa. Hidangan ini telah menjadi bagian dari sarapan atau makan siang tradisional masyarakat Nias, membuktikan ketahanannya sebagai warisan kuliner yang tetap relevan hingga kini.

Keempat belas makanan khas suku Nias di atas menunjukkan kekayaan kuliner yang luar biasa dari pulau ini. Setiap hidangan tidak hanya menawarkan kelezatan rasa tetapi juga menyimpan cerita, tradisi, dan nilai budaya yang mendalam. Dari hidangan ritual seperti Babae hingga kudapan ringan seperti Biga, kuliner Nias mencerminkan kreativitas dan kearifan lokal yang telah diwariskan selama generasi. Bagi para pelancong yang mengunjungi Nias, mencicipi hidangan-hidangan ini akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang kekayaan budaya suku Nias sekaligus pengalaman kuliner yang tak terlupakan.