Sukses

Panduan Lengkap Sholat Istisqo, Tata Cara dan Bacaan Doa Sesuai Sunnah

Panduan lengkap tentang sholat istisqo, termasuk pengertian, dalil, tata cara pelaksanaan, bacaan doa, dan waktu yang tepat untuk memohon turunnya hujan. Disajikan sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW.

Liputan6.com, Jakarta Air merupakan kebutuhan dasar manusia yang tidak bisa digantikan. Tanpa air, kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan akan terancam. Islam mengajarkan bahwa ketika terjadi kekeringan atau kemarau panjang, umat muslim dianjurkan untuk melaksanakan sholat istisqo sebagai bentuk permohonan kepada Allah SWT agar diturunkan hujan.

Sholat istisqo telah dipraktikkan sejak zaman Rasulullah SAW dan memiliki tata cara khusus yang berbeda dari sholat sunnah lainnya. Ibadah ini menjadi semakin relevan di era modern, mengingat perubahan iklim yang semakin ekstrem dan berdampak pada ketersediaan air.

Untuk membantu umat Islam memahami dan melaksanakan sholat istisqo dengan benar, berikut panduan lengkapnya, sebagaimana telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (24/12/2024).

2 dari 7 halaman

Pengertian dan Dalil Sholat Istisqo

Di tengah kondisi kemarau panjang yang melanda berbagai wilayah, umat Islam memiliki amalan khusus berupa sholat istisqo yang dapat dilaksanakan untuk memohon turunnya hujan. Ibadah ini memiliki landasan kuat dalam ajaran Islam dan telah dipraktikkan sejak masa Rasulullah SAW.

Secara bahasa, istilah al-istisqa berasal dari kata thalab al-saqaya yang berarti meminta curahan air penghidupan. Para ulama fikih mendefinisikan sholat istisqo sebagai sholat sunnah muakkadah yang dikerjakan untuk memohon kepada Allah SWT agar menurunkan air hujan. Sholat ini memiliki kedudukan istimewa karena termasuk dalam kategori sunnah muakkadah, yang berarti sangat dianjurkan untuk dilaksanakan ketika dibutuhkan.

Dalil pelaksanaan sholat istisqo dapat ditemukan dalam hadits shahih yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.:

خرج النبي صلى الله عليه وسلم يوماً يستسقي فصلى بنا ركعتين بلا أذان ولا إقامة ثم خطبنا ودعا الله عز وجل وحول وجهه نحو القبلة رافعاً يديه ثم قلب ردائه فجعل الأيمن الأيسر والأيسر الأيمن

Artinya: "Nabi Muhammad SAW keluar rumah pada suatu hari untuk memohon diturunkan hujan, lalu beliau shalat dua rakaat bersama kita tanpa azan dan iqamat, kemudian beliau berdiri untuk khutbah dan memanjatkan doa kepada Allah SWT dan seketika itu beliau mengalihkan wajahnya (dari semula menghadap ke arah hadirin) menghadap ke kiblat serta mengangkat kedua tangannya, serta membalikkan selendang sorbannya, dari pundak kanan ke pundak kiri, begitupun ujung sorbannya." (HR. Imam Ahmad)

Dalam hadits lain yang diriwayatkan dari Aisyah r.a. disebutkan:

خرج رسول الله صلى الله عليه وسلم حين بدا حاجب الشمس

Artinya: "Rasulullah itu keluar untuk melaksanakan Salat Istisqa manakala matahari mulai naik." (HR Abu Dawud & Al-Hakim)

Sholat istisqo menjadi bukti bahwa Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa menggabungkan antara ikhtiar lahiriah dan batiniah. Meskipun kita hidup di era modern dengan berbagai teknologi canggih untuk mengatasi kekeringan, namun Islam tetap mengajarkan pentingnya memohon pertolongan kepada Allah SWT melalui ibadah khusus ini. Hal ini menunjukkan kesempurnaan ajaran Islam yang memperhatikan keseimbangan antara usaha fisik dan spiritual dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan.

3 dari 7 halaman

Waktu Pelaksanaan yang Dianjurkan

Penentuan waktu dalam pelaksanaan sholat istisqo memiliki aturan khusus yang didasarkan pada sunnah Rasulullah SAW. Pemilihan waktu yang tepat menjadi salah satu faktor penting untuk memaksimalkan khusyuk dalam ibadah ini, sekaligus menghindari waktu-waktu yang dilarang untuk melakukan sholat.

Berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Aisyah r.a., Rasulullah SAW melaksanakan sholat istisqo setelah matahari terbit di atas permukaan bumi. Waktu pelaksanaannya mirip dengan waktu dimulainya sholat Idul Fitri atau Idul Adha, yaitu ketika matahari mulai naik sekitar satu tombak atau sekitar 20 menit setelah terbit. Pemilihan waktu pagi ini mempertimbangkan kondisi fisik dan spiritual jamaah yang masih segar, sehingga dapat melaksanakan ibadah dengan lebih khusyuk.

Para ulama memberikan kelonggaran bahwa sholat istisqo dapat dilaksanakan hingga sore hari. Namun, terdapat dua waktu yang harus dihindari dalam pelaksanaannya. Pertama, saat matahari tepat berada di atas kepala (waktu istiwa), dan kedua, saat matahari akan terbenam. Kedua waktu ini termasuk waktu yang dilarang untuk melaksanakan sholat secara umum.

Jika hujan belum juga turun setelah pelaksanaan pertama, sholat istisqo dapat diulang kembali di hari berikutnya. Tidak ada batasan jumlah pelaksanaan, karena tujuan utamanya adalah memohon turunnya hujan. Beberapa ulama bahkan menganjurkan untuk melaksanakan sholat istisqo selama tiga hari berturut-turut jika diperlukan, dengan tetap memperhatikan waktu-waktu yang dianjurkan.

Fleksibilitas waktu pelaksanaan sholat istisqo ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang memudahkan umatnya dalam beribadah. Meskipun ada waktu-waktu yang dianjurkan dan dilarang, namun tetap ada ruang untuk menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat. Yang terpenting adalah menjaga kekhusyukan dan kesungguhan dalam memohon kepada Allah SWT untuk menurunkan hujan yang bermanfaat bagi seluruh makhluk-Nya.

4 dari 7 halaman

Tata Cara Sholat Istisqo

Sholat istisqo memiliki tata cara khusus yang berbeda dengan sholat sunnah lainnya. Berdasarkan hadits dan praktik yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, berikut adalah panduan lengkap pelaksanaan sholat istisqo:

1. Persiapan Pelaksanaan

Sebelum melaksanakan sholat istisqo, terdapat beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Imam dan makmum berkumpul di tanah lapang, bukan di dalam masjid. Pemilihan lokasi di tanah lapang ini memiliki hikmah tersendiri, yaitu untuk menunjukkan kerendahan hati di hadapan Allah SWT. Para jamaah dianjurkan mengenakan pakaian sederhana dan tidak menggunakan wewangian, sebagai bentuk tawadhu dan pengakuan atas kelemahan manusia di hadapan Allah SWT.

2. Niat dan Takbiratul Ihram

Sholat istisqo dimulai dengan niat yang dilafalkan dalam hati: "Ushalli sunnat al-istisqai, rak'ataini mustaqbil al-qiblati (imaman/makmuman) lillahi taala". Berbeda dengan sholat berjamaah lainnya, sholat istisqo dilaksanakan tanpa didahului azan dan iqamat. Setelah niat, imam dan makmum melakukan takbiratul ihram sebagaimana biasa.

3. Pelaksanaan Rakaat Pertama

Pada rakaat pertama setelah takbiratul ihram, imam dan makmum melakukan takbir tambahan sebanyak tujuh kali. Di antara takbir-takbir tersebut, dianjurkan untuk membaca tasbih dan pujian kepada Allah SWT. Setelah itu, imam membaca Al-Fatihah dan surat pendek dengan suara jahr (keras) agar dapat didengar oleh makmum. Kemudian dilanjutkan dengan rukuk dan sujud seperti sholat biasa.

4. Pelaksanaan Rakaat Kedua

Memasuki rakaat kedua, setelah berdiri dari sujud, imam dan makmum melakukan lima kali takbir tambahan sebelum membaca Al-Fatihah. Seperti pada rakaat pertama, pembacaan Al-Fatihah dan surat pendek juga dilakukan dengan suara jahr. Setelah itu, dilanjutkan dengan rukuk dan sujud, lalu duduk tahiyat akhir dan diakhiri dengan salam.

5. Membalik Sorban atau Selendang

Salah satu keunikan sholat istisqo adalah adanya sunnah membalik sorban atau selendang setelah selesai sholat. Imam membalik posisi sorban atau selendang yang dikenakan, di mana bagian kanan dipindah ke kiri dan sebaliknya. Praktik ini memiliki makna simbolis sebagai harapan akan perubahan keadaan dari kekeringan menjadi turunnya hujan.

Pelaksanaan sholat istisqo yang memiliki tata cara khusus ini menunjukkan bahwa setiap ibadah dalam Islam memiliki karakteristik dan hikmahnya masing-masing. Meski terdapat beberapa perbedaan dengan sholat sunnah lainnya, namun esensi utamanya tetap sama yaitu sebagai bentuk penghambaan dan permohonan kepada Allah SWT. Yang terpenting adalah melaksanakannya dengan khusyuk dan mengikuti tuntunan yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW.

5 dari 7 halaman

Khutbah Sholat Istisqo

Khutbah merupakan bagian penting dari rangkaian sholat istisqo yang dilaksanakan setelah selesai sholat. Berbeda dengan khutbah Jumat atau Idul Fitri, khutbah istisqo memiliki kekhususan dalam tata cara dan kontennya, terutama karena tujuannya yang spesifik yaitu memohon turunnya hujan.

1. Ketentuan Dasar Khutbah

Khutbah istisqo terdiri dari dua bagian yang dipisahkan dengan duduk sejenak di antara keduanya. Khatib menyampaikan khutbah dalam posisi berdiri, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW. Penyampaian khutbah dilakukan dengan penuh kerendahan hati, menunjukkan ketundukan kepada Allah SWT. Berbeda dengan khutbah Jumat yang mensyaratkan berpakaian rapi, khatib istisqo dianjurkan berpenampilan sederhana untuk menunjukkan keprihatinan atas kondisi kekeringan.

2. Takbir dalam Khutbah

Pada khutbah pertama, khatib membuka dengan sembilan kali takbir, sementara pada khutbah kedua dibuka dengan tujuh kali takbir. Jumlah takbir yang berbeda ini memiliki hikmah tersendiri dan merupakan bagian dari sunnah yang diajarkan Rasulullah SAW. Di antara takbir-takbir tersebut, khatib dan jamaah dianjurkan untuk membaca tasbih dan istighfar dengan suara lirih.

3. Konten Khutbah

Materi khutbah istisqo berfokus pada tiga aspek utama. Pertama, mengajak jamaah untuk bertaubat dan beristighfar atas dosa-dosa yang mungkin menjadi penyebab tertahannya hujan. Kedua, mengingatkan tentang pentingnya menjaga lingkungan dan memanfaatkan air dengan bijak. Ketiga, memberikan motivasi untuk tetap optimis dan tidak berputus asa dari rahmat Allah. Khatib juga dianjurkan untuk membacakan ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan hujan dan keberkahan.

4. Posisi Khusus Saat Berdoa

Keunikan khutbah istisqo terlihat pada saat berdoa di akhir setiap khutbah. Khatib disunnahkan untuk membalikkan badan membelakangi jamaah dan menghadap kiblat sambil mengangkat kedua tangan. Posisi ini dilakukan sambil menukar letak selendang atau sorban, di mana bagian kanan dipindah ke kiri dan sebaliknya. Tindakan ini memiliki makna simbolis sebagai harapan akan berubahnya kondisi dari kekeringan menjadi turunnya hujan.

5. Doa-doa Khusus

Dalam khutbah istisqo, terdapat doa-doa khusus yang dianjurkan untuk dibaca. Doa-doa ini berisi permohonan hujan yang bermanfaat, pengakuan akan kelemahan manusia, dan harapan akan rahmat Allah. Khatib dan jamaah sama-sama mengaminkan doa-doa tersebut dengan khusyuk, menciptakan suasana spiritual yang mendalam.

Khutbah sholat istisqo menjadi bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari rangkaian ibadah ini. Selain sebagai media untuk memohon kepada Allah, khutbah juga berfungsi sebagai sarana untuk mengingatkan manusia akan ketergantungannya kepada Allah SWT dan pentingnya menjaga keseimbangan alam. Melalui khutbah yang disampaikan dengan penuh kekhusyukan, diharapkan dapat menggerakkan hati jamaah untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah dan memperbaiki hubungan dengan sesama makhluk-Nya.

6 dari 7 halaman

Bacaan Doa Sholat Istisqo

Doa merupakan esensi utama dari rangkaian sholat istisqo. Berbagai doa yang diajarkan Rasulullah SAW dalam sholat istisqo tidak hanya berisi permohonan hujan, tetapi juga mengandung makna mendalam tentang hubungan manusia dengan Allah SWT dan alam sekitarnya. Berikut adalah kumpulan doa-doa yang dianjurkan dalam sholat istisqo:

1. Doa Inti Sholat Istisqo

Doa utama yang sering dibaca dalam sholat istisqo adalah:

اللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيثًا هَنِيئًا مَرِيئًا غَدَقًا مُجَلَّلًا طَبَقًا سَحًّا دَائِمًا

Allaahummasqinaa ghaitsan mughiitsan hanii'an marii'an ghadaqan mujallalan thabaqan sahhan daa'iman

Artinya: "Ya Allah, turunkan kepada kami hujan yang menolong, menyenangkan, menyuburkan, merata, lebat, menyeluruh, terus-menerus, dan membawa manfaat"

Doa ini mencerminkan harapan akan hujan yang tidak hanya sekadar turun, tetapi juga membawa keberkahan dan manfaat bagi seluruh makhluk. Setiap kata dalam doa ini memiliki makna khusus yang menggambarkan karakteristik hujan yang diharapkan.

2. Doa Menghindari Putus Asa

اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِينَ

Allaahummasqinaal ghaitsa, wa laa taj'alnaa minal qaanithiin

Artinya: "Ya Allah, turunkanlah kepada kami hujan dan janganlah Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang berputus asa"

Doa ini mengajarkan kita untuk tetap optimis dan tidak berputus asa dalam kondisi apapun. Meskipun kekeringan berkepanjangan, kita tetap harus yakin akan pertolongan Allah SWT.

3. Doa Memohon Kesuburan

اللَّهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ وَأَدِرَّ لَنَا الضَّرْعَ وَاسْقِنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ الْأَرْضِ

Allahumma anbit lanaz zar'a, wa adirra lanadh dhar'a, wasqinaa min barakaatis samaa'i, wa anbit lanaa min barakaatil ardhi

Artinya: "Ya Allah, tumbuhkanlah tanaman kami, deraskan air susu ternak kami, turunkan kepada kami berkah dari langit, dan tumbuhkan untuk kami berkah dari bumi"

Doa ini menekankan pentingnya keberkahan yang menyeluruh, tidak hanya dari segi pertanian tetapi juga peternakan dan seluruh aspek kehidupan.

4. Doa Mengakui Kelemahan

اللَّهُمَّ إِنَّ بِالْعِبَادِ وَالْبِلَادِ وَالْبَهَائِمِ وَالْخَلْقِ مِنَ الْبَلَاءِ وَالْجُهْدِ وَالضَّنْكِ مَا لَا نَشْكُو إِلَّا إِلَيْكَ

Allahumma inna bil 'ibaadi wal bilaadi wal bahaa'imi wal khalqi minal balaa'i wal juhdi wadh-dhanki maa laa nasykuu illaa ilaik

Artinya: "Ya Allah, sungguh para hamba, negeri, hewan ternak, dan seluruh makhluk mengalami kesulitan, kesempitan, dan kesusahan yang kami tidak dapat mengadukan selain kepada-Mu"

Doa ini merupakan bentuk pengakuan akan keterbatasan manusia dan ketergantungan total kepada Allah SWT. Di dalamnya terkandung kesadaran bahwa hanya Allah yang mampu menyelesaikan segala kesulitan.

Rangkaian doa-doa dalam sholat istisqo ini menunjukkan kesempurnaan ajaran Islam dalam memberikan tuntunan berdoa. Setiap doa tidak hanya berisi permohonan, tetapi juga mengandung nilai-nilai spiritual yang mendalam, pengakuan akan kelemahan manusia, dan harapan akan rahmat Allah yang menyeluruh. Melalui doa-doa ini, kita diajarkan untuk memohon dengan cara yang baik, penuh adab, dan mencakup kebaikan bagi seluruh makhluk.

7 dari 7 halaman

Adab Ketika Hujan Turun

Ketika Allah SWT mengabulkan doa dan menurunkan hujan setelah pelaksanaan sholat istisqo, terdapat beberapa adab dan sunnah yang diajarkan Rasulullah SAW. Praktik-praktik ini mencerminkan rasa syukur sekaligus penghormatan terhadap rahmat Allah yang turun dalam bentuk air hujan. Berikut adalah panduan lengkap tentang adab ketika hujan turun:

1. Menyambut Tetesan Hujan Pertama

Berdasarkan hadits dari Anas r.a., Rasulullah SAW mengajarkan untuk menyambut hujan pertama dengan membiarkan tubuh terkena air hujan. Beliau pernah membuka pakaiannya hingga terkena air hujan, seraya menjelaskan bahwa hujan tersebut baru saja meninggalkan Rabb-nya. Praktik ini memiliki makna spiritual yang mendalam, menunjukkan kedekatan antara rahmat Allah dengan hamba-Nya, sekaligus rasa syukur atas karunia yang diturunkan.

2. Membaca Doa Saat Hujan Turun

Ketika hujan turun, dianjurkan untuk membaca doa:

اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً

Allahumma shayyiban nafi'an"Artinya: "Ya Allah, jadikanlah hujan ini hujan yang bermanfaat

Doa ini mencerminkan harapan agar hujan yang turun membawa keberkahan dan manfaat, bukan menjadi sumber bencana atau kerugian. Hal ini juga mengingatkan kita bahwa setiap rahmat Allah perlu disikapi dengan bijaksana.

3. Melakukan Dzikir dan Tahmid

Saat hujan turun, dianjurkan untuk memperbanyak dzikir dan tahmid sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT. Bisa dengan membaca "Alhamdulillah" atau "Subhanallah" berulang kali. Praktik ini mengingatkan kita bahwa hujan adalah salah satu tanda kekuasaan Allah yang patut disyukuri, sebagaimana disebutkan dalam berbagai ayat Al-Quran.

4. Memanfaatkan Momen Spiritual

Waktu turunnya hujan adalah salah satu waktu mustajab untuk berdoa. Oleh karena itu, dianjurkan untuk memanfaatkan momen ini dengan memperbanyak doa dan permohonan kepada Allah SWT. Bisa untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, atau umat Islam secara keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa hujan bukan hanya berkah fisik, tetapi juga membawa berkah spiritual.

5. Menjaga Adab dan Kesopanan

Meski dianjurkan untuk menyambut hujan, tetap harus memperhatikan adab dan kesopanan. Misalnya, tidak berlebihan dalam bermain air, tidak mengganggu orang lain yang sedang berteduh, dan tetap menjaga aurat. Hal ini mengingatkan bahwa dalam bersyukur pun kita harus tetap menjaga batasan-batasan syariat.

Adab-adab ketika hujan turun ini mengajarkan kita bahwa setiap nikmat Allah harus disyukuri dengan cara yang benar. Hujan yang turun bukan hanya sekedar fenomena alam, tetapi merupakan rahmat yang membawa berbagai keberkahan, baik secara fisik maupun spiritual. Dengan memahami dan mengamalkan adab-adab ini, diharapkan kita bisa mendapatkan manfaat yang maksimal dari turunnya hujan, sekaligus meningkatkan kualitas keimanan kita kepada Allah SWT.

Sholat istisqo merupakan salah satu bentuk ibadah yang mengajarkan kita untuk selalu menyadari ketergantungan kepada Allah SWT. Melalui ibadah ini, kita diajarkan untuk memadukan doa dan ikhtiar dalam menghadapi berbagai tantangan alam, termasuk kekeringan dan kemarau panjang.