Liputan6.com, Jakarta Pesawat Jeju Air penerbangan 7C2216 mengalami kecelakaan tragis di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, pada Minggu pagi, 29 Desember 2024. Pesawat Boeing 737-800 ini tergelincir di landasan pacu, melintasi zona penyangga, dan menabrak penghalang beton dengan kecepatan tinggi sebelum terbakar.
Dari total 181 orang di dalam pesawat, hanya dua orang yang berhasil selamat, sementara 179 lainnya tewas dalam insiden tersebut. Kedua korban selamat diketahui adalah awak pesawat, seorang pria dan seorang wanita, yang berada di antara enam awak kabin saat kecelakaan terjadi.
Advertisement
Baca Juga
Keduanya mengalami luka-luka tetapi berhasil bertahan meski pesawat terbakar hebat setelah tabrakan. Bagian-bagian badan pesawat bahkan terlempar ke udara akibat kerasnya benturan. Pihak berwenang mengonfirmasi identitas korban selamat tersebut.
Penyelidikan lebih lanjut juga sedang dilakukan untuk mengetahui penyebab tergelincirnya pesawat di landasan pacu dan faktor-faktor yang memungkinkan kedua korban bertahan hidup dari kecelakaan yang menewaskan sebagian besar penumpang lainnya.
Masih menjadi pertanyaan apakah posisi duduk atau faktor lainnya memainkan peran penting dalam keselamatan kedua korban ini? Simak ulasannya yang telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (31/12/2024).
1. Dua korban selamat telah teridentifikasi
Melansir ABC News, dua korban selamat dari kecelakaan pesawat paling mematikan di Korea Selatan dalam beberapa dekade terakhir, saat ini tengah menjalani perawatan di rumah sakit berbeda di Seoul.
Salah satu korban, seorang pria bernama belakang Lee, merupakan pramugara yang selamat dari insiden tersebut. Lee dirawat di unit perawatan intensif karena patah tulang, namun ia sudah dalam kondisi sadar dan dapat berkomunikasi dengan staf medis.
Direktur Rumah Sakit Universitas Wanita Ewha Seoul, Ju Woong, menyatakan bahwa Lee yang diketahui berusia 33 tahun sedang dalam perawatan khusus karena kemungkinan mengalami kelumpuhan total. Meski begitu, ia berada dalam kondisi stabil dan tidak menunjukkan tanda-tanda kehilangan ingatan.
Menurut Ju Woong, Lee telah "diselamatkan" dan sepenuhnya mampu berbicara serta memahami situasi di sekitarnya. Meskipun masih dalam tahap pemulihan, kondisi mentalnya dilaporkan cukup baik, memberikan harapan untuk pemulihan total setelah insiden yang mengerikan itu.
Advertisement
2. Kondisi korban selamat
Sementara wanita yang selamat ialah pramugari berusia 25 tahun bernama Koo. Saat ini dalam proses pemulihan. Meski tidak dirawat di unit perawatan intensif, kondisinya tetap dipantau oleh tim medis, menurut pernyataan staf rumah sakit dan pejabat dari Kementerian Infrastruktur Darat dan Transportasi Korea.
Koo menderita cedera pada pergelangan kaki dan kepalanya, kata staf medis di rumah sakit tersebut pada Yonhap. Staf medis yang merawatnya menolak menjawab pertanyaan lebih lanjut tentang kondisinya.
Kementerian mengonfirmasi bahwa tidak ada dari kedua korban selamat yang mengalami cedera yang mengancam nyawa. Mereka dilaporkan sadar di rumah sakit, meskipun tidak memiliki ingatan yang jelas mengenai kejadian setelah mendengar suara ledakan saat pendaratan.
3. Posisi kursi dua korban yang selamat
Bersama pramugari bernama Koo, pramugara Lee berhasil bertahan hidup karena keduanya duduk di bagian belakang pesawat, yang menurut statistik adalah area teraman dalam penerbangan komersial.
Menurut pejabat setempat, keduanya berada di ekor pesawat Boeing 737 saat pesawat tergelincir dan menabrak dinding pembatas. Bagian ekor ini merupakan satu-satunya bagian pesawat yang tetap utuh setelah kecelakaan hebat itu.
Kepala pemadam kebakaran Muan, Lee Jung Hyun, menyebut bahwa sementara ekor hanya sedikit berubah bentuk, bagian lain dari pesawat hampir tidak dapat dikenali.
Advertisement
4. Posisi duduk korban selamat jadi faktor keselamatan
Analisis data Administrasi Penerbangan Federal AS selama 35 tahun yang dipublikasikan TIME pada 2015 menunjukkan bahwa kursi di sepertiga belakang pesawat memiliki tingkat kematian lebih rendah, yakni 32 persen, dibandingkan 39 persen di bagian tengah dan 38 persen di bagian depan.
Statistik ini mendukung kemungkinan bahwa posisi duduk di bagian belakang pesawat membantu menyelamatkan kedua pramugari tersebut. Kondisi ini memberikan wawasan penting bagi keselamatan penerbangan dan memperkuat pandangan bahwa pemilihan tempat duduk di pesawat dapat berpengaruh besar dalam menghadapi situasi darurat.
Sementara itu, investigasi terkait penyebab kecelakaan terus berlanjut untuk mencegah tragedi serupa di masa depan.
5. Ingatan korban dan faktor keselamatan lainnya
Lee, salah satu korban selamat dari kecelakaan tragis di Bandara Internasional Muan, hanya mengingat mengencangkan sabuk pengaman beberapa saat sebelum pesawat mendarat. Hal berikutnya yang dia ingat adalah terbangun di rumah sakit sambil bertanya, "Di mana saya? Apa yang terjadi?" seperti dilaporkan oleh Korea Times.
Sebagai pramugara, Lee dan rekannya kemungkinan duduk di bagian belakang pesawat karena tugas mereka. Posisi duduk ini dinilai lebih aman dalam kecelakaan.
Menurut Doug Drury, Profesor Penerbangan dari Universitas Queensland Tengah Australia, faktor lain yang memengaruhi keselamatan termasuk lokasi kursi, seperti di dekat pintu keluar yang memungkinkan evakuasi lebih cepat. Namun, duduk di baris pintu keluar dekat sayap dapat lebih berbahaya karena risiko kebakaran dari tangki bahan bakar.
Advertisement
6. Lokasi kursi yang aman di pesawat
Selain kursi belakang, kursi tengah dinilai lebih aman dibanding kursi dekat jendela atau lorong karena adanya perlindungan tambahan dari penumpang di kedua sisi. Meski begitu, Drury menekankan bahwa kemungkinan meninggal dalam kecelakaan pesawat tetap sangat kecil, terlepas dari lokasi kursi.
Penelitian ini menyoroti pentingnya posisi duduk dan protokol keselamatan dalam penerbangan, memberikan wawasan yang berguna bagi penumpang untuk mengurangi risiko dalam situasi darurat. Namun, tetap saja, kecelakaan pesawat adalah peristiwa langka dengan risiko fatalitas yang sangat rendah.