Sukses

Ditolak Driver Ojek Online Karena Tuli, Surya Sahetapy Ajak Tingkatkan Kesadaran Inklusi

Kejadian ini cukup membuat Surya terkejut lantaran perlakuan macam ini cukup jarang terjadi padanya.

Liputan6.com, Jakarta Surya Sahetapy, anak dari pasangan Dewi Yull dan Ray Sahetapy, baru-baru ini membagikan pengalaman tidak menyenangkannya melalui media sosial. Surya yang merupakan penyandang disabilitas tuli, mendapatkan perlakuan diskriminatif dari seorang pengemudi ojek online.

Kejadian ini cukup membuat Surya terkejut lantaran perlakuan macam ini cukup jarang terjadi padanya. Putra ketiga Dewi Yull dan Ray Sahetapy adalah seorang dosen di Rochester Institute of Technology/National Technical Institute for the Deaf. Ia diketahui menetap di Amerika dan baru kembali ke Indonesia setelah 3 tahun.

Sayangnya saat berada di negara yang seharusnya menjadi “rumah”, Surya justru mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan. Berikut kisah Surya Sahetapy yang mendapat perlakuan tidak baik dari driver ojek online, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (2/1/2025).

2 dari 3 halaman

Ditolak dan Disebut Cacat

Kejadian ini bermula ketika Surya memesan ojek online dan memberi tahu sang pengemudi bahwa ia berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. "Saya pakai bahasa isyarat," tulis Surya dalam pesan kepada driver. Namun, alih-alih mendapatkan pengertian, Surya justru menerima jawaban yang mengecewakan. "Maaf saya cancel, saya nggak biasa bawa orang cacat," tulis pengemudi tersebut. Kalimat yang digunakan driver tersebut jelas mengandung unsur diskriminasi yang tidak hanya menyinggung Surya, tetapi juga menunjukkan kurangnya pemahaman mengenai cara berkomunikasi dengan penyandang disabilitas.

Surya, yang baru kembali dari Amerika Serikat setelah bertahun-tahun tinggal di luar negeri, merasa sangat terkejut dan kecewa dengan kejadian ini. Meski merasa mentalnya terjaga karena tidak jadi diantar oleh seseorang yang tidak mencerminkan sikap masyarakat yang inklusif, Surya tetap memilih untuk tidak menyebarkan identitas sang driver. Sebaliknya, ia justru memanfaatkan platform media sosial untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesadaran inklusi.

3 dari 3 halaman

Usulkan Tingkatkan Kesadaran Inklusi

Menurut Surya, penyandang disabilitas seperti dirinya tidak boleh dianggap sebagai "cacat", melainkan sebagai individu yang berbeda dalam cara berkomunikasi, tetapi tetap memiliki kemampuan dan hak yang sama. Ia menekankan pentingnya untuk tidak menggunakan kata-kata yang merendahkan, dan mengajak masyarakat untuk lebih menghargai perbedaan.

"Orang yang 'tidak normal' itu: koruptor dan orang yang merugikan negara," tulis Surya dalam unggahan tersebut, yang menunjukkan sikap positif dan penuh semangatnya dalam memerangi diskriminasi.

Surya juga mengungkapkan bahwa, meskipun kejadian ini menyakitkan, ia memilih untuk tidak membandingkannya dengan pengalaman serupa di luar negeri, tetapi lebih memilih untuk memberikan kontribusi positif bagi perubahan di Indonesia. Ia berharap agar pengalaman ini dapat menjadi pelajaran bagi semua pihak, baik pengguna layanan transportasi online maupun penyedia layanan, untuk meningkatkan kesadaran tentang inklusi dan keberagaman.

Pihak Gojek Indonesia, melalui akun media sosialnya menyatakan telah menghubungi Surya untuk menyampaikan permohonan maaf dan berharap kejadian serupa tidak terulang lagi. Surya berharap, ke depan, penyandang disabilitas bisa dianggap sebagai penumpang biasa tanpa adanya stigma atau diskriminasi.

Kisah Surya Sahetapy ini menjadi panggilan bagi kita semua untuk lebih terbuka dan menghargai keberagaman, serta meningkatkan kesadaran tentang pentingnya inklusi dalam semua aspek kehidupan. Dengan edukasi dan pelatihan yang tepat, diharapkan kejadian diskriminatif serupa tidak terjadi lagi, dan setiap orang dapat menikmati layanan transportasi tanpa rasa takut atau khawatir akan diperlakukan secara tidak adil.