Liputan6.com, Jakarta Kisah yang mengejutkan datang dari Zimbabwe utara, di mana seorang bocah berusia tujuh tahun berhasil ditemukan hidup setelah menghilang selama lima hari di cagar alam yang dihuni singa dan hewan liar lainnya. Anak itu dilaporkan hilang pada 27 Desember dari desanya yang berada di dekat Taman Nasional Matusadona, lokasi yang dikenal dengan medan berat dan satwa liar berbahaya. Pencarian dilakukan dengan melibatkan penjaga hutan, polisi, serta warga setempat.
Bocah tersebut, yang diidentifikasi sebagai Tinotenda Pundu, bertahan hidup dengan mengandalkan buah liar dan air yang diperolehnya melalui cara yang unik dan mengesankan. Dia menggali lubang di tepi sungai kering untuk mendapatkan air, sebuah teknik bertahan hidup yang umum di wilayah rawan kekeringan. Namun, tantangan besar yang dihadapinya termasuk hujan lebat dan ancaman dari predator hutan.
Penemuan Tinotenda menjadi sorotan dunia setelah dia ditemukan sejauh 49 kilometer dari desanya. Kondisinya lemah tetapi tanpa luka serius. Kisah ini menjadi bukti nyata kekuatan ketahanan manusia dalam situasi ekstrem.
Advertisement
1. Hilang di Tengah Hutan pada 27 Desember
Kehilangan Tinotenda terjadi pada 27 Desember ketika dia terlihat terakhir kali di sekitar desanya yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Matusadona. Wilayah ini dikenal memiliki populasi singa, gajah, dan satwa liar lainnya. Pihak keluarga segera melaporkan hilangnya anak itu kepada pihak berwenang, dan pencarian langsung dimulai.
Tim pencarian terdiri dari penjaga hutan, polisi, dan penduduk lokal. Mereka menghadapi tantangan besar, termasuk cuaca buruk berupa hujan deras yang memperlambat pencarian.
Hutan Matusadona, dengan luas 1.470 kilometer persegi, memiliki medan yang sulit diakses. Kondisi ini membuat upaya pencarian semakin kompleks.
Advertisement
2. Teknik Bertahan Hidup yang Menyelamatkan Nyawa
Selama lima hari, Tinotenda mengandalkan teknik bertahan hidup yang luar biasa. Dia memakan buah liar yang ditemukan di sepanjang perjalanannya dan menggali tanah di tepi sungai kering untuk mendapatkan air. Teknik ini, yang dikenal sebagai “mufuku,” umum digunakan di wilayah yang rentan kekeringan di Zimbabwe.
Tidur di atas batu-batu besar juga menjadi salah satu cara Tinotenda melindungi dirinya dari ancaman predator seperti singa dan macan tutul.
3. Penemuan Jejak Kaki yang Menjadi Kunci
Pada 30 Desember, tim pencarian menemukan jejak kaki kecil di dekat sungai kering di dalam taman nasional. Jejak ini menjadi petunjuk pertama yang signifikan. Dengan bantuan penjaga hutan yang berpengalaman, tim melacak arah jejak tersebut hingga menemukan Tinotenda pada dini hari 31 Desember.
Advertisement
4. Kondisi Saat Ditemukan
Ketika ditemukan, Tinotenda berada dalam kondisi sangat lemah tetapi tanpa luka serius. Dia langsung dibawa ke klinik lokal untuk pemeriksaan awal sebelum dirujuk ke rumah sakit untuk evaluasi lebih lanjut. Mutsa Murombedzi mengatakan bahwa anak tersebut membutuhkan infus karena mengalami dehidrasi parah.
Penduduk desa yang terlibat dalam pencarian memainkan drum setiap malam dengan harapan suara tersebut bisa membimbing Tinotenda kembali ke rumah.
5. Makna dan Pelajaran dari Kisah Ini
Kisah Tinotenda tidak hanya menyentuh hati banyak orang tetapi juga menjadi pelajaran tentang ketahanan, keberanian, dan kerja sama. Penemuan ini mengingatkan kita tentang pentingnya keterampilan bertahan hidup, terutama bagi masyarakat yang tinggal di dekat wilayah alam liar.
Taman Nasional Matusadona sendiri merupakan rumah bagi berbagai satwa liar seperti singa, macan tutul, zebra, dan kerbau. Kisah ini juga menyoroti pentingnya pelestarian lingkungan serta peran komunitas lokal dalam melindungi kehidupan di sekitar mereka.
Advertisement
Apa yang dilakukan bocah tersebut untuk bertahan hidup?
Tinotenda bertahan dengan memakan buah liar dan menggali tanah di tepi sungai kering untuk mendapatkan air.
Seberapa jauh bocah itu berjalan?
Dia berjalan sejauh 49 kilometer dari desanya sebelum ditemukan.
Advertisement
Siapa yang terlibat dalam pencarian?
Pencarian melibatkan penjaga hutan, polisi, dan penduduk desa.