Sukses

Ilmuwan Selamatkan Laut dengan Buang Kotoran Paus Palsu, Bikin Laut Bau?

Kotoran paus palsu membantu meningkatkan jumlah plankton di lautan

Liputan6.com, Jakarta Para ilmuwan di Australia melakukan eksperimen unik untuk mengatasi krisis nutrisi di lautan dengan menggunakan kotoran ikan paus buatan. Proyek ini dipelopori oleh WhaleX Foundation, yang memompa cairan sintesis ke perairan lepas pantai Australia pada tahun 2021. Langkah ini bertujuan untuk mengembalikan keseimbangan ekosistem laut yang terganggu akibat penurunan populasi paus.

Penelitian menunjukkan bahwa kotoran paus memainkan peran penting dalam menyediakan nutrisi bagi plankton dan alga di perairan laut. Sayangnya, aktivitas perburuan paus pada abad ke-19 dan 20 menyebabkan populasi paus menurun drastis. Dengan teknologi ini, para ilmuwan berharap dapat menggantikan fungsi alami kotoran paus dalam siklus nutrisi laut.

Cairan sintetis yang digunakan dalam eksperimen ini mengandung nitrogen, fosfor, silika, dan zat besi, mirip dengan komposisi alami kotoran paus. Pada tahun 2025, WhaleX merencanakan pengujian lanjutan dengan menggunakan lima biopod berisi cairan palsu di lautan terbuka. Harapannya, teknologi ini dapat membantu mengurangi kadar karbon dioksida di atmosfer.

Namun, tantangan besar masih mengintai. Berikut Liputan6.com mengulas terobosan unik ini melansir dari Oddee, Minggu (5/1/2025).

 

2 dari 5 halaman

Peran Penting Kotoran Paus bagi Lautan

Penelitian membuktikan bahwa kotoran paus mengandung nutrisi penting seperti nitrogen dan zat besi. Nutrisi ini membantu plankton tumbuh subur di perairan laut. Pertumbuhan plankton yang pesat berkontribusi pada penyerapan karbon dioksida dari atmosfer.

David King, ahli kimia dari Universitas Cambridge, menjelaskan, "Kotoran paus bagaikan pupuk alami bagi lautan, dan kehilangannya berarti gangguan ekosistem yang signifikan." Penurunan populasi paus membuat distribusi nutrisi di lautan terganggu. Oleh karena itu, solusi alternatif seperti kotoran paus palsu menjadi penting.

Penyebaran nutrisi dari kotoran paus membantu menciptakan zona hijau yang kaya plankton di permukaan laut. Zona ini menjadi sumber makanan bagi berbagai spesies laut lainnya.

3 dari 5 halaman

Teknologi di Balik Kotoran Paus palsu

WhaleX Foundation mengembangkan cairan sintesis yang menyerupai komposisi alami kotoran paus. Cairan ini mengandung nitrogen, fosfor, silika, dan zat besi dalam jumlah yang seimbang. Teknologi ini telah diuji pada tahun 2021 di perairan timur Australia.

Proses penyebaran kotoran palsu melibatkan biopod khusus yang berisi campuran nutrisi. Biopod ini dirancang untuk melepaskan nutrisi secara perlahan di perairan laut. Penelitian awal menunjukkan hasil positif dalam meningkatkan pertumbuhan plankton.

Namun, efektivitas teknologi ini masih memerlukan pengujian lebih lanjut dalam skala yang lebih besar. Tantangan logistik dan biaya juga menjadi perhatian dalam penerapannya.

4 dari 5 halaman

Manfaat Kotoran Paus Buatan di Laut

Kotoran paus palsu membantu meningkatkan jumlah plankton di lautan, yang pada gilirannya menyerap karbon dioksida dalam jumlah besar. Proses ini membantu mengurangi dampak perubahan iklim global. Selain itu, plankton menjadi sumber makanan bagi ikan kecil dan spesies laut lainnya.

Jika diterapkan secara luas, teknologi ini dapat memulihkan ekosistem laut yang rusak. Keseimbangan nutrisi di perairan laut akan kembali normal. Namun, efektivitas jangka panjang masih perlu dipantau.

David King menambahkan, "Kami berharap teknologi ini bisa menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi krisis ekologi di lautan." Eksperimen lanjutan di tahun 2025 diharapkan membawa hasil yang lebih konkret.

5 dari 5 halaman

Tantangan dan Kontroversi di Balik Inovasi

Penerapan teknologi kotoran paus palsu menghadapi berbagai kendala. Salah satu tantangan terbesar adalah regulasi hukum internasional terkait penyebaran zat asing di perairan laut. Banyak negara masih meragukan keamanan teknologi ini.

Selain itu, biaya penelitian dan penerapan teknologi ini tidak murah. WhaleX Foundation masih bergantung pada dana hibah dan investasi untuk melanjutkan proyek ini. Efisiensi biaya dan dampak jangka panjang masih menjadi pertimbangan utama.

Namun, para ilmuwan optimis bahwa dengan penelitian lebih lanjut, teknologi ini dapat menjadi solusi efektif. Lautan yang sehat adalah kunci untuk menjaga keseimbangan ekosistem global dan mengurangi dampak perubahan iklim.

 

Â