Liputan6.com, Jakarta Pernahkah Anda mengalami hidung tersumbat yang berlangsung lama, bahkan setelah mencoba berbagai obat flu? Kondisi seperti ini mungkin disebabkan oleh hipertrofi konka, yaitu pembengkakan pada struktur konka di dalam hidung. Hipertrofi konka dapat mengganggu fungsi pernapasan, menyebabkan berbagai gejala tidak nyaman seperti nyeri pada wajah dan kesulitan bernapas.
Menurut data dari Hello Sehat, hipertrofi konka merupakan kondisi umum yang dialami hingga 25% orang dengan keluhan hidung tersumbat. Namun, banyak orang tidak menyadari gejala ini hingga kondisi memburuk dan memerlukan penanganan medis yang lebih serius.
Lantas apakah kondisi ini berbahaya bagi penderitanya? simak informasinya berikut ini, agar hipertrofi konka tidak disepelekan dan bisa segera ditangani, dirangkum Liputan6, Selasa (28/1).
Advertisement
Apa Itu Hipertrofi Konka?
Hipertrofi konka, atau dikenal juga sebagai turbinate hypertrophy, adalah pembengkakan pada konka inferior dan tengah di dalam hidung yang menghalangi aliran udara saat bernapas. Rongga hidung manusia memiliki tiga konka pada setiap sisi: superior, tengah, dan inferior, yang memainkan peran penting dalam penyaringan udara.
Konka sendiri adalah lekukan tulang dalam rongga hidung yang dilapisi oleh mukosa, berfungsi untuk melembapkan, mengatur suhu udara, serta menyaring partikel asing saat bernapas. Ketika konka mengalami pembesaran, udara yang masuk menjadi terhambat, sehingga gejala seperti mimisan, tidur mendengkur, dan hidung meler sering kali muncul.
Konka inferior sering menjadi bagian yang paling rentan terhadap hipertrofi karena kontak langsung dengan udara yang mengandung alergen atau polusi. Jika pembengkakan terjadi, fungsi utama konka terganggu, sehingga menyebabkan berbagai gejala, mulai dari hidung tersumbat hingga gangguan pernapasan yang lebih serius.
Pada kasus tertentu, hipertrofi konka juga dapat memengaruhi fungsi indra penciuman. Kondisi ini sering dikira sebagai sinusitis atau flu biasa, sehingga banyak penderita tidak mendapatkan diagnosis yang tepat.
Advertisement
Penyebab Hipertrofi Konka: Bisa dari Kehamilan sampai Debu
Hipertrofi konka dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Rhinitis alergi, yaitu reaksi terhadap alergen seperti debu, bulu binatang, atau serbuk sari, menjadi salah satu pemicu utama. Kondisi ini memicu peradangan pada mukosa konka yang kemudian menyebabkan pembengkakan.
Faktor lain adalah rinitis non-alergi, seperti paparan asap rokok, polusi udara, atau udara kering yang dapat memperburuk kondisi mukosa hidung. Selain itu, deviasi septum (tulang hidung bengkok) juga sering dikaitkan dengan hipertrofi konka, karena tekanan udara yang tidak merata di dalam rongga hidung.
Pada beberapa kasus, hipertrofi konka juga terjadi akibat infeksi sinus yang tidak diobati atau adanya gangguan struktural bawaan pada hidung, seperti konka bulosa.
"Hipertrofi Konka bisa disebabkan oleh deviasi septum kontralateral untuk melindungi mukosa hidung dari pengeringan akibat aliran udara berlebih (hipertrofi konka unilateral) serta bisa juga disebabkan rinitis alergi dan rinitis non alergi. Faktor lingkungan (debu dan tembakau) dan kehamilan juga bisa menyebabkan pembengkakan pada konka," tulis laman EMC Health Care, dikutip Liputan6.
Gejala Hipertrofi Konka yang Tidak Boleh Diabaikan
Gejala utama hipertrofi konka adalah hidung tersumbat yang berlangsung lama, meskipun tidak sedang mengalami flu atau pilek. Selain itu, penderita juga sering mengeluhkan napas melalui mulut, terutama saat tidur, yang menyebabkan mulut menjadi kering saat bangun.
Beberapa gejala lain yang sering muncul meliputi nyeri pada wajah atau pangkal hidung, rasa tekanan pada dahi, serta mimisan akibat iritasi pada mukosa yang membengkak. Penderita juga dapat mengalami gangguan tidur, seperti mendengkur, karena sumbatan pada saluran udara.
Dalam beberapa kasus, hipertrofi konka juga dapat menyebabkan gangguan penciuman dan rasa nyeri kepala yang menyerupai migrain. Jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut secara terus-menerus, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter THT.
"Jika Anda memiliki riwayat seperti penciuman berkurang, hidung tersumbat, kesulitan bernapas, kesulitan untuk menghidu bau/aroma, nyeri kepala dan rasa seperti ada tekanan di dahi serta sekitar hidung, gangguan tidur, nyeri pada area wajah, bibir kering saat bangun tidur, flu, mendengkur, itu bisa mengakibatkan anda mengalami hipertrofi konka," tulis di laman Alodokter.com.
Advertisement
Bagaimana Hipertrofi Konka Didiagnosis?
Untuk mendiagnosis hipertrofi konka, dokter THT biasanya akan melakukan pemeriksaan menyeluruh, dimulai dari anamnesis untuk mengetahui riwayat gejala dan kondisi kesehatan Anda. Pemeriksaan fisik sering melibatkan penggunaan rinoskopi untuk memeriksa kondisi mukosa hidung secara langsung.
Jika diperlukan, dokter dapat melakukan pemeriksaan lanjutan seperti CT scan atau endoskopi hidung untuk memastikan tingkat keparahan pembengkakan. Tes ini membantu mengidentifikasi penyebab utama hipertrofi, termasuk kemungkinan adanya deviasi septum atau infeksi sinus yang tidak terdeteksi sebelumnya.
Diagnosis yang tepat sangat penting untuk menentukan jenis pengobatan yang paling efektif, baik melalui terapi medis maupun tindakan bedah.
Pengobatan Hipertrofi Konka: Obat dan Prosedur Operasi
Pengobatan hipertrofi konka tergantung pada tingkat keparahan gejala yang dialami pasien. Pada tahap awal, dokter biasanya meresepkan obat-obatan seperti dekongestan, antihistamin, atau semprotan hidung kortikosteroid untuk mengurangi peradangan dan pembengkakan pada konka.
Namun, jika pengobatan dengan obat tidak memberikan hasil yang memadai, prosedur operasi seperti inferior turbinate bone resection atau submucosal diathermy dapat dilakukan. Teknik ini bertujuan mengecilkan ukuran konka tanpa merusak fungsi utamanya, sehingga aliran udara kembali lancar.
Menurut EMC Healthcare, teknologi terbaru seperti Radiofrekuensi (RF) memungkinkan operasi dilakukan tanpa sayatan besar, sehingga risiko komplikasi pascaoperasi menjadi minimal. Prosedur ini dinilai efektif untuk mengatasi hipertrofi kronis yang tidak merespons terapi medis.
Lantas, apakah hipertrofi konka berbahaya? menurut Hallo Sehat kondisi ini bisa berkembang menjadi kondisi yang makin gawat lantaran penyebabnya yang diakibatkan oleh paparan virus serta bakteri. Kondisinya diperlukan penanganan khusus jika sudah semakin berkembang.
Advertisement
1. Apa saja gejala utama hipertrofi konka?
Gejala utama termasuk hidung tersumbat kronis, mimisan, nyeri wajah, dan gangguan tidur seperti mendengkur.
2. Apa yang menyebabkan hipertrofi konka?
Penyebabnya meliputi rinitis alergi, infeksi sinus, paparan polusi, dan deviasi septum hidung.
Advertisement
3. Apakah hipertrofi konka bisa sembuh tanpa operasi?
Pada kasus ringan, terapi obat dapat mengurangi gejala. Namun, kasus kronis sering memerlukan tindakan operasi.
4. Bagaimana cara mencegah hipertrofi konka?
Menghindari alergen, menjaga kebersihan rumah, dan menghindari paparan asap rokok dapat membantu mencegah pembengkakan konka.
Advertisement