Liputan6.com, Jakarta Surat Al-Qadr merupakan salah satu surat pendek dalam Al-Qur'an yang menyimpan makna mendalam, terutama terkait malam Lailatul Qadar, malam penuh kemuliaan yang hanya hadir sekali dalam setahun. Surah ke-97 ini terdiri dari lima ayat dan sering dilafalkan oleh umat Islam dalam salat malam, terutama di sepuluh malam terakhir Ramadan.
Banyak ulama berbeda pendapat mengenai klasifikasi surat ini apakah Makkiyah atau Madaniyah, namun hampir seluruh mufassir sepakat bahwa kandungan utamanya adalah tentang turunnya Al-Qur’an pada malam yang disebut lebih baik dari seribu bulan. Lailatul Qadar bukan sekadar malam penuh berkah, tapi juga menjadi momen Allah menetapkan takdir, menurunkan para malaikat, dan memberikan ampunan kepada hamba-Nya.
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan,” demikian firman Allah dalam QS Al-Qadr ayat pertama. Malam ini, menurut berbagai riwayat sahih, merupakan malam ketika wahyu pertama turun kepada Rasulullah SAW sebagai awal dari risalah Islam yang abadi.
Advertisement
1. Turunnya Al-Qur’an pada Malam Kemuliaan
Al-Qur’an diturunkan pertama kali pada malam Lailatul Qadar. Sebagaimana dijelaskan dalam QS Al-Qadr:1, “Innaa anzalnaahu fii lailatil qadr,” yang artinya, "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam kemuliaan". Penafsiran ini dikukuhkan dalam beberapa ayat lain seperti QS Ad-Dukhan:3 dan QS Al-Baqarah:185, yang menegaskan bahwa malam tersebut terjadi di bulan Ramadan.
Menurut riwayat Ibnu Abbas, sebagaimana dikutip dalam Tafsir Ibnu Katsir dan dikonfirmasi oleh Imam Thobari dan Imam Al-Hakim, Al-Qur’an diturunkan secara sekaligus dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah di langit dunia, sebelum kemudian diturunkan secara bertahap selama 23 tahun. Hal ini mempertegas keagungan malam tersebut sebagai titik tolak perubahan dunia melalui wahyu.
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di menjelaskan bahwa malam Lailatul Qadar menjadi permulaan turunnya Al-Qur’an karena nilai agungnya, sekaligus sebagai malam ditetapkannya berbagai takdir. Inilah sebab mengapa Lailatul Qadar dipilih sebagai malam permulaan risalah kenabian.
Advertisement
2. Bacaan Surah Al-Qadr
إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ
innā anzalnāhu fī lailatil-qadr
1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.
وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ
wa mā adrāka mā lailatul-qadr
2. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ
lailatul-qadri khairum min alfi syahr
3. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
تَنَزَّلُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ
tanazzalul-malā`ikatu war-rụḥu fīhā bi`iżni rabbihim, ming kulli amr
4. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
سَلَٰمٌ هِىَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ ٱلْفَجْرِ
salāmun hiya ḥattā maṭla’il-fajr
5. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.
3. Asbabun Nuzul Surat Al-Qadr: Kisah di Baliknya
Asbabun nuzul dari surat Al-Qadr tidak memiliki riwayat sahih yang disepakati secara mutlak. Namun, beberapa penafsiran menyebut bahwa surat ini turun sebagai jawaban terhadap kekaguman para sahabat atas kisah seorang lelaki Bani Israil yang beribadah selama seribu bulan tanpa jeda. Ibadah ini dilakukan dengan salat malam dan jihad di siang hari.
Ibnu Katsir dan As-Suyuthi turut menyampaikan kisah ini dalam tafsir mereka. Dalam “Lubabun Nuqul”, disebutkan bahwa para sahabat terkesan akan kesungguhan ibadah seorang laki-laki Bani Israil, hingga turunlah ayat pertama surat Al-Qadr sebagai pernyataan bahwa ibadah satu malam Lailatul Qadar lebih baik dari amalan seribu bulan.
Dari kisah ini, dapat dipahami bahwa Allah ingin menghibur umat Nabi Muhammad SAW, bahwa mereka juga bisa mendapatkan pahala luar biasa hanya dalam satu malam yang dimuliakan. Malam ini menjadi simbol kemuliaan umat Islam di tengah keterbatasan umur yang lebih pendek dibandingkan umat terdahulu.
Advertisement
4. Makna dan Tafsir Mendalam tentang Lailatul Qadar
Terdapat lima makna utama tentang kata “qadr” yang dikemukakan para ulama. Pertama, qadr berarti ‘kemuliaan’, seperti tafsir Az-Zuhri. Kedua, qadr berarti ‘sempit’, karena banyaknya malaikat turun di malam itu membuat bumi terasa sesak. Ketiga, qadr berarti ‘hukum’ karena malam itu menjadi malam penetapan takdir.
Ibnul Arabi menyatakan bahwa lailatul qadar bisa dimaknai sebagai malam kemuliaan sekaligus malam keputusan. Makna ini diperkuat oleh ayat dalam QS Ad-Dukhan:4, “Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah,” menandakan adanya pencatatan ulang terhadap takdir manusia untuk setahun ke depan.
Syaikh As-Sa’di menguraikan bahwa Allah menetapkan ajal, rezeki, dan takdir pada malam ini. Maka tak heran bila para salafus shalih sangat memperhatikan malam ini dengan meningkatkan ibadah, i’tikaf, dan introspeksi diri yang mendalam.
5. Keutamaan Lailatul Qadar dalam Hidup Umat Muslim
Keutamaan Lailatul Qadar sangat besar. Sebagaimana disampaikan dalam QS Al-Qadr:3, “Lailatul Qadr khairun min alfi syahr,” yang berarti malam itu lebih baik dari seribu bulan. Menurut Imam Mujahid dan Imam Syafi’i, ini berarti bahwa ibadah pada malam tersebut bernilai lebih tinggi dari ibadah tanpa Lailatul Qadar selama lebih dari 83 tahun.
Hadis riwayat Bukhari dan Muslim menyebutkan bahwa siapa yang menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. Hal ini menjadikan malam ini sebagai peluang emas yang tak boleh terlewatkan.
Malaikat dan Jibril turun pada malam ini membawa rahmat, berkah, dan keamanan. Dalam tafsir Ibnu Katsir, disebutkan bahwa setan pun tidak berkutik pada malam itu, menjadikan suasana hati dan spiritual umat Islam tenang dan damai hingga terbit fajar.
Advertisement
6. Cara Menghidupkan Lailatul Qadar dan Pesan Spiritualitasnya
Nabi Muhammad SAW menganjurkan umatnya untuk mencari malam Lailatul Qadar di sepuluh malam terakhir Ramadan, khususnya malam-malam ganjil. Sunnah yang dilakukan di antaranya adalah memperbanyak qiyamul lail, membaca Al-Qur’an, berdoa, dan berdzikir.
I’tikaf di masjid adalah salah satu bentuk upaya menghidupkan malam tersebut. Asy-Sya’bi mengatakan bahwa keselamatan dan kedatangan para malaikat diperuntukkan bagi mereka yang menghidupkan malam ini di masjid. Mereka mendapatkan perlindungan dari godaan setan hingga datangnya Subuh.
Spirit Lailatul Qadar bukan hanya tentang jumlah rakaat atau panjangnya bacaan, tetapi tentang keikhlasan, pengharapan, dan keterhubungan hamba kepada Rabb-nya. Malam ini adalah momentum pembaruan jiwa dan permohonan ampun yang tulus dari kedalaman hati.
Pertanyaan dan Jawaban Populer Seputar Lailatul Qadar
Kapan malam Lailatul Qadar terjadi?
Malam ini diyakini terjadi di sepuluh malam terakhir Ramadan, terutama pada malam-malam ganjil seperti malam ke-21, 23, 25, 27, atau 29.
Apa yang dilakukan pada malam Lailatul Qadar?
Umat Islam disunnahkan memperbanyak salat malam, membaca Al-Qur’an, berdzikir, dan berdoa. Doa yang dianjurkan adalah: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni.
Apa tanda-tanda Lailatul Qadar?
Langit terasa tenang, tidak panas maupun dingin, matahari pagi berikutnya terbit dengan sinar lemah, dan suasana hati hamba terasa damai dan tenteram.
Advertisement