Liputan6.com, Jakarta Kawasan Timur Indonesia mengharapkan figur capres dan cawapres yang tampil merupakan kombinasi antara perwakilan putra terbaik dari kawasan barat dan timur. Hal itu merupakan pilihan yang paling rasional, karena kawasan timur sejatinya memiliki posisi tawar yang cukup tinggi.
"Untuk menaikkan posisi tawar, muncul wacana perlunya wakil dari kawasan timur maju sebagai orang nomor satu. Namun jika tidak, ya pilihan yang paling rasional adalah kombinasi barat dan timur untuk posisi orang nomor satu dan nomor dua," ujar Nasrullah Kusadjibrata, fasilitator Focus Group Discussion (FGD) Indopolling dalam keterangan tertulisnya, Minggu (23/2/2014).
Menurut Nasrullah, tidak hanya di level pimpinan nasional. Merujuk potensi alam dan putra dari timur, dari hasil FGD terungkap, mayoritas menginginkan adanya wakil untuk pos-pos tertentu yang lebih maksimal. "Mereka menginginkan pos-pos strategis bisa dipegang putra terbaik dari timur," ungkap Nasrullah.
Minimal di pos pendidikan dan kebudayaan, kelautan dan perikanan juga pertahanan. “Wilayah timur identik dengan kelautan dan perikanan, karena mereka mayoritas berwilayah bahari, tidak daratan seperti Jawa,” tambah Nasrullah.
Pemerataan Pembangunan
Selain persoalan pimpinan nasional, kata Nasrullah, juga masalah pembangunan kawasan. Distribusi pembangunan dan pemimpin antara kawasan barat dan timur Indonesia masih menyimpan banyak persoalan. Kawasan timur belum maksimal terakomodir.
Nasrullah menilai, masih ada ketidakadilan dalam pembangunan, meskipun berlimpah sumber daya alam (SDA). Kawasan Timur cukup berlimpah tetapi pemerintah kurang mendorong investasi yang masuk di Kawasan timur Indonesia. “Tidak hanya persoalan sumber daya alam, persoalan sumber daya manusia dari kawasan timur yang cukup melimpah juga belum banyak diakomodir sebagai pemimpin untuk turut memberi sumbangan pada negara ini."
Menurutnya, ada 2 persoalan penting yang dihadapi, yakni sistem demokrasi dan kultur. Pertama, sistem demokrasi di Indonesia masih didominasi kawasan jawa. Ini terjadi karena demokrasi yang berbasis pada jumlah orang bukan pada luasan wilayah. “Jika pendekatannya masih seperti ini, kawasan timur akan selalu menempati urutan kedua setelah barat."
Persoalan kedua, kata Nasrullah, adalah persoalan kultur. Egosentrisme lokal juga persoalan kualitas sumber daya manusia yang harus lebih baik. Jika masalah ini teratasi, posisi tawar kawasan timur akan lebih bisa ditingkatkan lagi.
FGD yang diselenggarakan Indopolling ini menjaring 11 kota di Jawa, Bali Nusa, Maluku, Sulawesi, Papua dan Kalimantan.
Peneliti Indopolling Wilhelmus Wempy Hadir mengatakan, tujuan FGD tersebut untuk menjaring kader-kader terbaik dari timur yang layak tampil dalam panggung nasional di berbagai lembaga strategis negara.
"Konfigurasi kepemimpinan dari 2 geopolitik yang ada yakni perwakilan dari kawasan timur dan barat dapat membawa manfaat bagi NKRI,” ungkap Wempy.
FGD berlangsung dalam 3 putaran. Masing-masing putaran serentak dilakukan di 3 kota. FGD Kali ini telah berlangsung putaran ke-2. Adapun tiap FGD terdiri atas 2 sesi. Sesi pertama adalah akademisi perguruan tinggi dan peneliti setempat.
Sesi kedua adalah kelompok strategis dari tokoh masyarakat, media, LSM, pemuda atau mahasiswa dan pengusaha. “Dari 2 sesi tersebut, kami mendapatkan insight tentang problem antara kawasan timur dan barat Indonesia. Terutama figur pemimpin yang bisa mewakili kawasan timur,” tandas Wempy. (Alv/Rmn)
Baca juga:
Survei: Capres Partai Islam, Rhoma Irama Keok
Surya Paloh: Hasil Pileg Signifikan, Kita Cari Capres
Survei Polcomm: JK Capres Partai Islam