Liputan6.com, Jakarta - Dor! Suara tembakan memecah keheningan malam. Tak hanya satu peluru yang muntah, tapi 42. Teror politik dimulai.
Peluru-peluru itu bersarang di tubuh Faisal (40). Dia adalah salah satu calon legislator (caleg) DPRK Aceh Selatan dari Partai Nasional Aceh (PNA) dengan nomor urut 1 untuk Daerah Pemilihan II. Dia juga menjabat Ketua PNA Kecamatan Sawang.
Faisal terkapar tewas diberondong tembakan oleh orang yang tak dikenal pada Minggu 2 Maret sekitar pukul 21.00 WIB. Tepatnya di Desa Ladang Tuha, Kecamatan Meukek, Kabupaten Aceh Selatan. Faisal menghembuskan napas terakhir saat dilarikan ke rumah sakit.
Menurut Ketua Umum PNA Irwansyah, Faisal diberondong tembakan dengan senjata laras panjang. Saat itu, Faisal tengah melintas dengan mobil di kawasan Jalan Gunung Cot Mancang, Gampong Ladang Tuha dari arah Aceh Barat Daya, menuju Tapaktuan, Aceh Selatan.
"Setelah menembaki, pelaku langsung kabur melarikan diri," kata Irwansyah saat dikonfirmasi dari Banda Aceh, Senin (3/3/2014).
Berdasarkan laporan anak buahnya di lapangan, Faisal diberondong hingga 42 kali. "Keluarga besar PNA ikut berduka cita atas meninggalnya kader terbaik kami," ujar Irwansyah.
Dengan kondisi tubuh yang mengenaskan karena diterjang peluru yang merobek bagian tubuhnya, Faisal sempat dibawa ke RSUD Yulidin Awah Tapaktuan untuk divisum.
Terkait Pemilu
Kapolri Jenderal Sutarman angkat bicara terkait kasus itu. Ia mengatakan, timnya tengah diturunkan untuk menyelidiki dan membongkar pembunuhan itu.
Sebuah tim khusus dari Mabes Polri juga ditugaskan langsung untuk mengamankan pelaksanaan pemilu di Aceh pascakejadian nahas itu.
"Pasukan saya akan dikirim 10 SSK (Satuan Setingkat Kompi) dari Mabes Polri ke Aceh untuk pengamanan Pemilu," ujar Sutarman di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (3/3/2014).
Menurut Sutarman, saat ini penyelidikan telah berjalan. Namun belum ada petunjuk tentang pelaku kejahatan itu.
"Pelaku belum teridentifikasi," imbuhnya.
Penembakan yang menewaskan Faisal, ungkap Kapolri, diduga terkait pertikaian politik antarpartai. Penembakan itu juga erat dengan Pemilu 9 April 2014.
"Aceh dulu seperti itu. Dulu saja pendatang ditembakin, diteror," ungkap.
Sutarman menyatakan Aceh termasuk daerah konflik. Namun berbeda dengan daerah lain, konflik di Aceh murni akibat Pemilu.
"Daerah-daerah potensi konflik ada Papua, Poso, Aceh. Tetapi Poso tidak terkait dengan pemilu. Papua tidak langsung terkait dengan pemilu. Kalau Aceh jelas terkait dengan pemilu," tegas Sutarman.
Dengan terjadinya penembakan atas Faisal, mantan Kabareskrim itu menilai peristiwa tersebut bisa menjadi pembelajaran politik yang tidak baik. Oleh karena itu Polri bergerak cepat.
Bukan Pertama
Penembakan yang menimpa caleg PNA bukanlah teror politik yang pertama di Aceh. Awal Februari lalu, Ketua Dewan Pimpinan Kecamatan PNA juga tewas dianiaya 2 pria tak dikenal yang mengendarai sepeda motor di Desa Lam Kuta, Pidie, Aceh Barat.
Teror politik juga menimpa Posko pemenangan caleg Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Utara dari Partai NasDem Zubir HT, di Jalan Line Exxon Mobil, Desa Munyee Kunyet, Kecamatan Matang Kuli, Kabupaten Aceh Utara, Nanggroe Aceh Darussalam. Posko itu ditembaki orang misterius.
Menurut Zubir, insiden tersebut terjadi pada Minggu 16 Februari pukul 04.20 WIB. Para pelaku yang datang dengan mengendarai sepeda motor langsung melepaskan tembakan sebanyak sepuluh kali ke arah posko.
Dua orang anggota tim pemenanganya dipukuli oleh penyerang tak dikenal tersebut. Saat itu, di posko ada lima orang anggota yang sedang bertugas.
"Begitu mendengarkan suara tembakan, 3 orang anggota yang sedang berjaga di depan posko langsung berhamburan diri menyelamatkan jiwa masing-masing," kata Zubir.
"Sementara, 2 orang yang berada di dalam posko tidak sempat melarikan diri, hingga akhirnya mereka dianiaya dengan cara ditendang di kepala, rahang dan punggung sampai memar mengeluarkan darah," tambah dia.
Polisi menemukan 7 selongsong peluru di Posko Partai Nasdem Aceh Utara. Menurut Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Kombes Pol Agus Rianto, jenis senjata yang digunakan pelaku masih dalam penyelidikan. Yang jelas, pelaku menggunakan satu senjata panjang.
"7 Selongsong peluru di TKP (tempat kejadian perkara), jenis senjata belum bisa dipastikan. Tetapi itu jenis senjata panjang," ungkap Agus.
Saat ini, sambungnya, tersangka masih dalam proses penyelidikan. Langkah utama yang dilakukan adalah menyisir TKP dan menanyakan kronologis penembakan pada 5 saksi yang berada di lokasi.
Agus menambahkan, hasil dari penyidik Polres Aceh Utara tidak mengarahkan dari pihak manapun yang terlibat dari pelaku penembakan ini. Saat ini polisi masih belum bisa memastikan siapa tersangka yang terlibat termasuk motif dari penembakan tersebut.
"Tersangka 2 orang, diduga membawa senjata panjang dan membawa kendaaran motor bebek," tukas Agus.
Dilempar Molotov
Setelah posko Partai Nasdem di Aceh Utara diberondong tembakan, kini teror menimpa rumah salah satu calegnya, T Husaini yang beralamat di Desa Meunasah Nibung, Kecamatan Meurah Mulia, Aceh Utara. Rumah T Husaini dilempar bom molotov oleh orang tak dikenal pada Jumat 21 Februari pukul 02.00 WIB dini hari.
"Kami sangat prihatin akan kejadian ini, seharusnya semua pihak bisa menerima jalannya pesta demokrasi, bukan pesta teror-meneror," ujar Sekjen Partai Nasdem Aceh Utara Syaifuddin saat dihubungi Liputan6.com.
Husaini merupakan caleg DPRK Aceh Utara Dapil III. Akibat pelemparan bom molotov tersebut, rumah Husaini mulanya terbakar pada bagian pintu. Namun api kemudian menjalar ke bagian dalam hingga membakar rak penyimpanan Alquran.
"Saat kejadian Beliau tidak ada di rumah, istri dan anaknya juga sedang berada di rumah orangtuanya. Saat kejadian, ada warga yang melihat kobaran api dan melaporkannya kepada keluarga korban," ujar Syaifuddin.
Pada pagi harinya, Partai Nasdem langsung melapor ke polisi. Mendapat laporan, polisi melakukan olah tempat kejadian perkara. Hasil olah TKP polisi menyebut kebakaran itu akibat lemparan bom molotov.
Syaifuddin menambahkan sederetan teror yang menimpa partai Nasdem di Aceh terjadi karena ada kekawatiran pihak tertentu terhadap kepopuleran partainya yang selama ini terus meningkat.
"Partai Nasdem kan lagi naik-naiknya saat ini. Mereka khawatir akan hal itu, makanya diteror," tutur dia.
Dia meminta polisi mengusut teror ini, agar demokrasi di Aceh dapat berlangsung sebagaimana mestinya. "Kader kita ketakutan dan khawatir akan hal ini, kami minta polisi untuk dapat menuntaskan teror terhadap Partai Nasdem," pungkas Syaifuddin. (Muhammad Ali)
Teror Politik Pencabut Nyawa
Dor! Suara tembakan memecah keheningan malam. Tak hanya satu peluru yang muntah, tapi 42. Teror politik dimulai.
Advertisement