Liputan6.com, Jakarta - Pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra menolak berkomentar mengenai 2 hakim konstitusi yang baru terpilih, yaitu Wahiduddin Adams dan Aswanto. Dia beralasan, dirinya sempat menolak ketika mendapat tawaran menjadi hakim konstitusi.
"Saya nggak enak ngomong itu. Nanti kalau saya ngomong, nanti dibilang 'Anda disuruh jadi hakim MK Anda nggak mau'. Saya nggak mau karena nggak ada bakat jadi hakim. Kalau jadi presiden bakat," ujarnya sambil tersenyum di Ruang Seminar FKUI, Salemba, Jakarta Pusat, Jumat (7/3/2014).
Mantan Menteri Hukum dan Perundang-undangan itu mengaku lebih memilih menjadi calon presiden karena ia menganggap persoalan dasar Indonesia adalah soal keadilan serta kepastian hukum. Itu pula yang membuat dia ingin fokus menyelesaikan semua masalah itu jika terpilih menjadi presiden.
"Ini akan jadi starting point. Ekonomi sosial dan lainnya tergantung itu. Kita tertinggal jauh. Kita tidak memiliki sistem itu. Saya sudah bekerja di 3 presiden. Jadi saya tahu kerja presiden," tegas capres dari Partai Bulan Bintang ini.
Terkait elektabilitasnya, Yusril menampik anggapan tingkat keterpilihannya dalam bursa capres tak kunjung menanjak. Sebab, ia percaya hasil-hasil survei capres selama ini sebagian besar tergantung pada pesanan penyandang dana.
"Siapa yang bilang tidak naik. Tergantung siapa yang bayar survei. Saya nggak pernah bayar. Kita terus. Pokoknya jalan aja," tandas Yusril. (Shinta Sinaga)
Baca juga:
Antasari Azhar Gandeng Yusril Ajukan PK Kedua
[VIDEO] Yusril Pesimis Uji Materi UU Pilpres Diputus MK Dalam Waktu Dekat
Yusril: Uji Materi UU Pilpres di MK Bikin Prabowo Khawatir
Â
Advertisement