Liputan6.com, Jakarta - Wacana pencapresan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dinilai sebagai ancaman. Sebab Jokowi berpotensi terpisah dengan wakilnya Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Pasangan 'dwi tunggal' itu tidak boleh terpisahkan lantaran keduanya dianggap tak mampu menjadi pemimpin efektif tanpa satu sama lain.
"Ibarat kaki, ini dua-duanya kaki asli. Bukan sebelah kaki asli sebelah palsu yang mungkin bisa jalan tapi nggak bisa lari, lompat, jongkok atau manjat," kata Peneliti Cyrrus Network, Hasan Nasbi di Jakarta, Rabu (12/3/2014).
Hasan menyatakan, tanpa Ahok maka Jokowi kemungkinan tidak berani membuat berbagai gebrakan yang kontroversial. Di sisi lain, Ahok dengan gayanya yang keras dan tanpa basa-basi membutuhkan sosok simpatik seperti Jokowi.
Sementara, dilihat dari visi dan misi, pasangan tersebut juga sangat klop. Terbukti dari hubungan mereka yang tetap langgeng selama satu setengah tahun memimpin Ibukota. Menurut Hasan, pasangan kepala daerah seperti mereka sangat jarang ditemukan di Indonesia.
"Biasanya masa bulan madu pasangan kepala daerah cuma satu bulan, setelah itu mereka mulai berebut, saling jegal. Buat saya pasangan Jokowi-Ahok ini duet maut, kalau yang lain duel maut," ujarnya.
Masih lanjut Hasan, jika Jokowi maju sebagai capres maka Ahok harus mendampinginya sebagai wakil presiden. Jika tidak, justru bakal berdampak buruk terhadap pembangunan nasional dan Ibu kota.
"Memisahkan keduanya terlalu riskan. Nanti Jakarta Baru berantakan, Indonesia barunya juga berantakan," tandas Hasan.
Baca juga: