Liputan6.com, Jakarta - Beberapa teror menjelang Pemilu 2014 terjadi. Antara lain perusakan posko PDIP di Yogyakarta dan pelemparan granat di kantor Partai Aceh. Teror yang terjadi itu dinilai karena tindakan elite parpol yang tidak dewasa.
"Saya melihat teror di Yogyakarta itu karena para elite parpol di sana masih kurang dewasa, ya mana bisa masyarakat biasa melakukan tindakan perusakan atau teror seperti itu. Di Aceh juga sama, makanya peran elite parpol di sini dipertanyakan," kata anggota Komisi III FPKS Indra kepada Liputan6.com di Jakarta, Jumat (14/3/2014).
Indra menilai, teror menjelang pemilu sudah biasa terjadi. Namun demikian, hal tersebut tidak bisa dibenarkan. "Saya rasa masyarakat sudah cerdas, kalau tidak ada picuan dari elite-elitenya. Biasanya elitenya yang tidak sehat dan tidak siap itu memanfaatkan loyalitas para pendukungnya untuk lakukan teror," ujarnya.
Dia mengatakan, teror menjelang pemilu harus menjadi masalah bersama yang tidak hanya ditangani aparat keamanan. Indra berharap, kepolisian menindak tegas pelaku teror. Jangan sampai membuat pemilih ketakutan.
"Saya juga mengajak seluruh peserta pemilu kompetisi secara sehat, jangan black campaign, harus profesional. Karena adanya tindakan teror itu biasanya tindakan masyarakat dipacu elite-elite nya sendiri," tandas Indra. (Shinta Sinaga)
Baca juga:
Kantor Partai Aceh Digranat, Warga Diimbau Tetap Tenang
Kapolri Perintahkan Kapolda Usut Ledakan di Kantor Partai Aceh
Â
Advertisement